Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun

Ada dua pelajaran yang dapat ditangkap dari kisah ibu Risma ini. Dan semoga
Allah SWT membuka hati si suami untuk tidak terus menerus menyalahkan
istrinya. Seharusnya bagi ibu Risma, keluarga adalah nomor satu, sehingga
kewajiban memenuhi undangan temannya seharusnya dipertimbangkan dengan
penyakit yang sedang di derita si suami. Apalagi orang sakit itu pasti perlu
banget dukungan, semangat, kesabaran dari si pendamping yang dicintainya.
Bahkan kata dokter itu merupakan salah satu obat terbesar bagi psikologi si
sakit. Ini kelihatan dari keberatannya si suami untuk mengizinkan perginya
si istri. Apalagi perginya dengan membawa anak. Benar, untuk segala sesuatu
perbuatan seharusnya atas izin suami dulu. Bahkan dalam islam saja, untuk
berpuasa sunah saja si istri musti minta izin dari suami.

Saya nggak menyalahkan si suami yang jadi dendam bahkan menyalahkan istri
yang tidak menurut apa yang sudah dilarangnya (karena ia butuh istri
mendapinginya saat dia dalam keadaan sakit). Seharusnya itu jadi
pertimbangan dari ibu Risma. Tapi, si suami (Farhan) juga tidak perlu sampai
berlarut-larut menyalahkan istrinya, toh tidak ada didunia ini ibu yang
waras yang rela dipisahkan dari anak dan suaminya. Atau membiarkan anaknya
meninggal karena ulahnya yang disengaja. Apalagi si ibu yang mengandungnya
selama 9 bulan, melahirkan, menyusuinya. Apakah itu bukan suatu pukulan
berat bagi dirinya yang mungkin menimbulkan penyesalan yang tidak
henti-hentinya (saya sadari batin si ibu setelah menyaksikan bagaimana
mereka berjuang melahirkan seorang mahluk baru dari hasil buah cinta
kasihnya dengan si suami).

Seharusnya bapak Farhan menyadari bahwa kejadian itu memang sudah jadi
takdir Illahi. Sadar bahwa anak yang diamanahkan oleh sang pencipta kepada
mereka memang sudah saatnya diminta kembali dengan cara yang sudah
ditentukan pula oleh Nya. Seharusnya mereka berdua bertobat dan memperbaiki
hubungan mereka yang sudah hancur. Toh kalau memang rizkinya insya-Allah
Allah SWT akan menitipkan amanahnya kembali.

Mohon maaf kalau memang tidak berkenan, semoga Allah SWT tidak membebani
kita dengan apa-apa yang tidak sanggup kita hadapi. Mudah2 ada dari salah
seorang milis ini yang dapat menyampaikan kepada Bapak Farhan. 

Salam,

Ayahyangturutprihatindengankisahini

Kirim email ke