Ih.. Ternyata ngewayang abis juga deh mbak Intan.. 

Tapi sedikit koreksi neh.. Bukannya putra-putranya Dewi Kunti dan Dewi
Madrim itu terlahir karena hubungan mereka sama dewa-dewa yah.. Soalnya
sejak muda dulu Prabu Pandu sudah kena kutuk oleh Dewa yang sedang malih
rupa menjadi kijang yang sedang bermesraan. Dan karena kijang jantan itu
mati dipanah saat sedang (maaf) bercumbu mesra, maka kijang jelmaan dewa itu
akhirnya menyumpahi Pandu yang nantinya juga akan mati saat sedang akan
bercumbu asmara dengan istri-istrinya.. Al hasil kelima anak mereka
merupakan anak titisan dari para dewa tersebut.. Spt. Dengan Dewa Bayu Kunti
menghasilkan anak Bima Sena, denan Dewa Indra mendapat anak Arjuna, dsb. 
(itu sekelumit kisah di Mahabharata)

Ngomong2 nyambungnya ke PP tersebut maksudnya apa yah ?

-----Original Message-----
From: intan dima [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, October 11, 2005 2:25 PM
To: BA
Subject: [balita-anda] mengenang kembali PANDAWA


maaf, yg gak suka di delete ajah....
lumayan buat mengenang dan menghidupkan kembali kisah lama....
tapi kalau dibaca habis, kok nyambungnya ke PP no. 10/1983 ya? *ngakak*

TOKOH PANDAWA DALAM KESENIAN WAYANG 
oleh 
Sutini, BA 

Dalam Nawasari Warta Edisi II telah disebutkan bahwa salah satu jenis wayang
adalah wayang Purwa. Di Museum Mpu Tantular Wayang Purwa dipamerkan di Ruang
VII yaitu Ruang Koleksi Kesenian. 

Untuk mengenal lebih dekat dengan wayang Purwa, maka kita harus mencoba
untuk mengenal para pelaku dari wayang tersebut. Biasanya wayang Purwa
ceriteranya berkisar antara ceritera Mahabarata atau Ramayana. Dalam
ceritera Mahabarata ada pihak PANDAWA dan pihak KURAWA. Untuk kali ini hanya
membahas tentang TOKOH PANDAWA. 

Asal Usul 

Prabu Pandu Dewanata mempunyai dua orang isteri yaitu Dewi Kuntitalibrata
dengan Dewi Madrim. Prabu Pandu adalah putra Raden Abiyasa raja dari Astina,
sedangkan Dewi Kuntitalibrata adalah putri dari Prabu Kuntibojo raja
Mandura, dan Dewi Madrim adalah putri dari Prabu Mandrapati raja Mandraka. 

Dari perkawinan Pandu dengan Kunti menghasilkan 3 putra yaitu: Puntadewa,
Bratasena dan Arjuna, sedangkan dari perkawinannya dengan Madrim
menghasilkan 2 putra, yaitu: Nakula dan Sadewa, yang dilahirkan kembar.
Tetapi kedua anak kembar ini mulai kecil diasuh oleh ibu Kunti karena
ditinggal mati ayah dan ibunya (Madrim). 

Ketika mengasuh anak Kunti tidak pernah membedakan antara satu dengan
lainnya, atau antara anak tiri dengan anak kandung yang dididik dengan cinta
kasih seorang ibu sampai menjadi dewasa. Kunti adalah pencerminan seorang
IBU yang patut diteladani. 

Kelima anak Prabu Pandu itulah yang disebut dengan PANDAWA 

  1.. PUNTADEWA.
  adalah raja negara Amarta atau Indrapasta. Setelah perang Baratayuda
Puntadewa menjadi raja Astina yang bergelar Prabu Kalimataya. Nama lain yang
dipakai adalah: Darmawangsa, Darmakusuma, Kantakapura, Gunatalikrama,
Yudistira, Sami Aji (sebutan dari Prabu Kresna). Sifatnya: jujur, sabar,
hatinya suci, berbudi luhur, suka menolong sesama, mencintai orang tua serta
melindungi saudara-saudaranya.
  Pusakanya bernama: Jamus Kalimasada, yang mempunyai kekuatan sebagai
perlindungan dan petunjuk pada kebenaran serta kesejahteraan. Mempunyai dua
isteri yaitu: Dewi Drupadi dan Dwi Kuntulwilaten. 

  2.. BRATASENA.
  Setelah dewasa bernama Werkudara. adalah ksatria Jodipati dan
Tunggulpamenang. Pernah menjadi raja di Gilingwesi, dengan gelar Prabu
Tuguwasesa. Nama lain yang dipakai adalah: Bima, Bayusutu, Dandun Wacana,
Kusuma Waligita. Sifatnya: jujur, tidak sombong, jiwanya suci, sangat patuh
kepada guru-gurunya (terutama dengan Dewa Ruci), mencintai ibunya serta
menjaga saudara-saudaranya. Bila berperang semboyannya adalah menang, bila
kalah berarti mati. Bratasena adalah merupakan suri tauladan kehidupan
dengan sifat yang jujur dan jiwanya suci.
  Pusakanya adalah: Kuku Pancanaka di tangan kanan dan kiri sangat ampuh,
sangat kuat dan tajam. Selain kuku pancanaka Werkudara juga mempunyai
kekuatan angin (lima kekuatan angin), serta dapat membongkar gunung.
Mempunyai dua permaisuri yaitu: Arimbi dan Nagagini. Dengan Arimbi
mendapatkan putra bernama Gatotkaca, yang dapat terbang tanpa sayap. Dari
perkawinannya dengan Nagagini memperoleh putra bernama Antasena yang dapat
masuk ke dalam bumi dan menguasai samodra. Bratasena pada waktu lahir dalam
keadaan bungkus. Yang menyobek bungkus tersebut adalah Gajah Situ Seno. Pada
waktu itu Gajah Situ Seno masuk ke dalam tubuh Bratasena, sehingga mempunyai
kekuatan luar biasa dan bisa menyobek bungkus tersebut. 

  3.. ARJUNA.
  adalah ksatria Madukara, juga menjadi raja di Tinjomoya. Nama lain yang
dipakai sangat banyak, antara lain: Janaka, Parta, Panduputra, Kumbawali,
Margana, Kuntadi, Indratanaya, Prabu Kariti, Palgunadi, Dananjaya. Sifatnya:
Suka menolong sesama, gemar bertapa, cerdik dan pandai, ahli dibidang
kebudayaan dan kesenian.
  Arjuna adalah ksatria yang sakti mandraguna, kekasih para Dewa, ia adalah
titisan Dewa Wisnu. Istri Arjuna banyak sekali, ia dijuluki lelananging
jagad, parasnya sangat tampan dan tidak ada tandingannya. Permaisurinya di
arcapada adalah Wara Sumbadra dan Wara Srikandi. Selain itu masih banyak
lagi istri-istrinya antara lain: Rarasati, Sulastri, Gandawati, Ulupi,
Maeswara, dsbnya.
  Permaisuri di kahyangan antara lain Dewi Supraba, Dewi Dersanala pada
bidadari di Tinjomaya. Arjuna berjiwa ksatria, berjiwa luhur, suka menolong,
serta kesayangan para Dewa. Tetapi ada kelemahan yang tidak boleh diteladani
dan ditrapkan pada jaman sekarang yaitu beristri banyak. 

  4.. NAKULA.
  adalah anak ke empat Prabu Pandu Dewanata dengan Dewi Madrim yang lahir
kembar dengan Sadewa. Ayah dan ibunya (Madrim) meninggal pada waktu si
kembar masih kecil, oleh karena itu sejak kecil mereka diasuh oleh ibu Kunti
dengan tidak membedakan antara satu dengan lainnya. 
  Setelah perang Bratajuda Nakula dan Sadewa menjadi raja di Mandraka dengan
Sadewa. Nama lain adalah Raden Pinten. Nakula adalah ahli dalam bidang
Pertanian. Pada waktu perang Baratayuda, Nakula dan Sadewa yang bisa
meluluhkan hati Prabu Salya (dari pi- hak Kurawa). Sebab Prabu Salya adalah
saudara Dewi Madrim, selain itu sebenarnya dalam hatinya memihak pada
kebenaran yaitu Pandawa. Akhirnya Prabu Salya memberitahukan kepada Nakula
dan Sadewa bahwa yang bisa mengalahkannya hanyalah Puntadewa, karena
Puntadewa berdarah putih. 

  5.. SADEWA.
  adalah anak kelima Prabu Pandu dengan Madrim, dilahirkan kembar dengan
Nakula. Setelah perang Baratayuda Sadewa menjadi raja dengan Nakula di
Mandraka. Nama kecil Sadewa adalah raden Tangsen. Sadewa adalah ahli dalam
bidang peternakan.
  Ia kawin dengan Endang Sadarmi, anak Bagawan Tembangpetra dari Pertapaan
Parangalas, dan mempunyai putra bernama Sabekti. 

Dengan adanya sifat-sifat Pandawa yang seperti tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya Pandawa, kerajaan Amarta menjadi kerajaan
yang kuat, aman, adil dan makmur. Hal ini dapat dibuktikan selain dengan
sifat-sifat mereka yang jujur, membela kebenaran dan sebagainya, juga berkat
kemampuan disegala bidang. Puntadewa adalah ahli dalam bidang kerohanian,
ahli dalam hal bertapa, ia berdarah putih, tokoh ini mementingkan
perdamaian, persatuan, kesejahteraan bersama.
Werkudara adalah tokoh yang menguasai keamanan, kekuatannya tidak
tertanding, apalagi dengan kehadiran kedua putranya dimana Gatotkaca
menguasai keamanan samodra (laut) dan darat. Arjuna adalah tokoh yang sakti,
pemanah yang ulung, suka menolong sesama, rasa kemanusiaannya tinggi, tutur
katanya lembut, ahli dalam bidang kebudayaan dan kesenian, ahli dalam bidang
bertapa. Tetapi ada satu hal kelemahannya yaitu terlalu banyak istri. Pada
jaman dulu istri merupakan lambang kehormatan, bisa juga sebagai upeti waktu
memenangkan perang, berbeda halnya dengan sekarang apalagi dengan adanya PP.
10 th. 1983 yang mengatur tentang perkawinan.
Si Kembar Nakula dan Sadewa adalah tokoh yang mencerminkan tingkah laku
untuk mencapai kesejahteraan/kemakmuran hidup, karena Nakula adalah ahli dan
tekun dalam bidang pertanian, sedangkan Sadewa ahli dan tekun dalam bidang
peternakan.
Sebenarnya Pandawa masih mempunyai saudara tua yang bernama Adipati Karno,
semasa kecil dinamakan Suryatmaja. Suryatmaja adalah putra Dewi Kunti dengan
Dewa Surya sebelum menikah dengan Pandu. Ini disebabkan adanya perbuatan
serong Dewa Surya yang bisa mengakibatkan Kunti menjadi hamil. Akhirnya Dewa
Surya ber tanggung jawab atas perbuatannya itu dengan jalan, pada waktu
melahirkan bayi (Suryatmaja) keluar lewat telinga, dengan demikian maka
Kunti dianggap masih suci.

Bayi yang diberi nama Suryatmaja kemudian dilarung (dihanyutkan) disungai
Yamuna yang kemudian diketemukan oleh Prabu Radeya di Petapralaya (dibawah
kokuasaan Astian). Karena merasa dibesarkan dan mukti wibawa di Astina, maka
pada waktu perang Baratayuda Adipati Karna berjuang dengan gagah berani
untuk membela negaranya. Ia menjadi senapati perang di pihak Astina, tetapi
akhirnya karna gugur oleh adiknya sendiri yaitu Arjuna.
Adipati Karna adalah suri tauladan sebagai pahlawan yang gigih membela
negara, meskipun rajanya (Astina) dipihak yang salah tetapi bagaimanapun
juga negaranya harus dibela dari kehancuran, yang dibuktikan sampai titik
darah penghabisan. 
Sumber : buku Nawasari warta edisi III pebruari 1996

Kirim email ke