Selasa, 18 Oktober 2005 Warga Gunakan Kompor 'SBY'
SUKABUMI -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama minyak tanah sangat berdampak buruk bagi masyarakat kecil. Tingginya harga jual minyak tanah menyebabkan rakyat kecil tak lagi mampu membelinya. Mereka pun kemudian beralih menggunakan bahan bakar selain minyak tanah. ''Kami sangat keberatan dengan mahalnya harga minyak tanah ini. Sebab, minyak tanah ini merupakan keperluan pokok bagi masyarakat miskin. Hampir semua keperluan makan rumah tangga rakyat kecil menggunakan minyak tanah,'' ujar Ny Ai Suprianti, Senin (17/10). Menurut warga Kampung Pangkalan RT 3/5 Kelurahan Situ Ekar Kecamatan Lembur Situ Kota Sukabumi ini, akibat mahalnya minyak tanah,kebanyakan warga di kampungnya kini menggunakan serbuk gergaji sebagai bahan bakar. Sedangkan kompornya, kata dia, dibuat sendiri oleh warga dengan menggunakan kaleng dan rangka kompor bekas. ''Kami para ibu-ibu di sini sepakat untuk menamai kompor itu dengan nama kompor SBY. Ini sebuah bentuk protes kami kepada pemerintah SBY yang telah menaikkan harga minyak tanah,'' kata Ai menandaskan. Diungkapkan Ai, dengan menggunakan kompor SBY tersebut, sejumlah warga merasa lebih ringan bebannya. Pasalnya, hingga kini bahan bakar serbuk kayu gergaji itu masih gratis. ''Kami hanya tinggal mengambilnya saja di pabrik penggergajian kayu yang ada di kampung kami ini,'' ungkap dia. Menurut Ai, satu kaleng ukuran sedang berisi serbuk kayu gergajian itu cukup untuk menanak nasi, memasak air putih, membuat sayur dan lauk pauknya. Dengan kata lain, lanjut dia, satu kompor tersebut cukup untuk digunakan satu kali memasak semua keperluan rumah tangga. ''Kurang lebih, api dari kompor SBY kekuatan lamanya mencapai sekitar dua jam,'' cetusnya. Menurut Ny Susum, sudah sepekan ini dirinya menggunakan kompor SBY. Ia mengatakan, akibat adanya kenaikan harga BBM, segala kebutuhan hidup menjadi lebih mahal. Karena itu, kata dia, daripada membeli minyak tanah yang mahal, lebih baik menggunakan bahan bakar yang ada saja. ''Dengan kompor SBY ini alhamdulillah menjadi lebih irit,'' ujarnya. Di Bandung, pengusaha industri kompor Kiaracondong, mengeluhkan tingginya harga bahan baku. Akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), harga bahan baku pembuatan kompor terus naik. Dampaknya produksi kompor turun hingga 20 persen dari sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Kiki Pemana, salah satu pengusaha industri kompor. Di antara harga bahan baku yang naik adalah harga lempengan (pelat) besi semula Rp 4.750 per kd dan kini menjadi Rp 7.000. Kemudian besi untuk kaki kompor dari semula Rp 2.300 per kg menjadi Rp 4 ribu. (ako/kie ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=217698&kat_id=89