Gimana tanggapan moms & dads??
============================
Belajar Baca di TK, Bahayakan Jiwa Anak 
 
JAKARTA (Media): Taman kanak-kanak (TK) yang mengajarkan baca, tulis, dan 
hitung (calistung), selain melanggar ketentuan dan dapat membahayakan 
perkembangan jiwa anak, juga bisa dikategorikan sebagai tindak penganiayaan 
(abuse).

Ketua Komisi Nasional (Komnas) Anak Seto Mulyadi mengatakan itu kepada Media di 
Jakarta, kemarin. Menurut Seto, Undang-Undang (UU) No 20/2003 tentang Sistem 
Pendidikan Nasional (Sidiknas) menyatakan TK masuk dalam sistem pendidikan anak 
usia dini (PAUD) dengan titik berat pembelajaran moral, nilai agama, sosial, 
emosional, dan kemandirian. Semua nilai-nilai tersebut ditanamkan melalui 
metode pembiasaan.

UU tersebut, kata Seto, sama sekali tidak menyebutkan TK sebagai sarana 
persiapan bagi anak sebelum memasuki SD. Begitu pula dengan pembelajaran huruf 
dan angka, jelas-jelas tidak masuk dalam kurikulum TK. Sehingga, pendidikan 
calistung dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap aturan.

Namun, lanjut Seto, pada praktiknya sebagian besar TK telah memberikan 
pembelajaran calistung. Dan itu ditengarai terkait dengan tuntutan mayoritas SD 
yang mengharuskan calon siswanya menguasai calistung.

"Orang tua kemudian balik menuntut pengelola TK. Mereka ingin anaknya 
dipersiapkan seoptimal mungkin agar tidak terhambat masuk SD. Inilah lingkaran 
kekeliruan yang pada akhirnya menjadikan anak sebagai korban. Akhirnya TK bukan 
menjadi sarana belajar sambil bermain, tapi belajar sambil menangis," kata Seto 
yang juga anggota Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).

Padahal, kata Seto, secara ilmiah anak-anak di bawah usia sekolah belum siap 
diajari calistung. Anak-anak TK tidak boleh dibebani target, melainkan diberi 
kesempatan bermain sepuas-puasnya. Sementara itu, pembelajaran tentang 
nilai-nilai kehidupan diberikan dengan metode tematik yang mudah dipahami.

Seto menegaskan, sebagai upaya mengembalikan hak-hak anak yang dianggap kini 
terampas oleh sistem pendidikan yang salah, pada 2006 mendatang BSNP akan 
mengeluarkan regulasi yang merombak sistem pendidikan kelas satu hingga tiga SD.

Aturan itu akan mengubah sistem pembelajaran berpola tematik, seperti yang 
diterapkan pada murid TK. Pembahasan pelajaran akan disederhanakan, disesuaikan 
dengan usia anak yang masih belia.

Saat ini, aturan tersebut tengah digodok BSNP. Rencananya, tahun depan, akan 
mulai disosialisasikan.

Keputusan merombak aturan didasarkan atas evaluasi BSNP pada muatan kurikulum 
yang saat ini berlaku. Kurikulum saat ini dinilai terlalu berat, disertai 
target dan materi yang tidak sesuai dengan usia anak.

"Sekarang ini sekolah menjadi kewajiban yang membebani anak. Padahal, sekolah 
dan belajar itu hak anak. Itu kerap kita lupakan," ujar Seto.

Bawa buku tulis

Sementara itu, berdasarkan pengamatan Media di sejumlah TK, selain diajarkan 
bernyanyi dan keterampilan melatih motorik, setiap harinya murid-murid TK juga 
mendapat pendidikan mengenal huruf-huruf alfabet serta angka. Bahkan, anak-anak 
yang masih berusia empat sampai lima tahun itu juga diharuskan berlatih 
menuliskannya dalam buku tulis seperti halnya murid SD.

Di TK Kartika Bojong Gede, Kabupaten Bogor, seluruh muridnya telah terbiasa 
membawa buku tulis setiap pagi. Selama tiga jam bersekolah di TK, dari pukul 
tujuh hingga sepuluh pagi, mereka berlatih menulis dan membaca hingga 
merangkainya dalam kata. Begitu pula dengan angka, selain menuliskannya, mereka 
juga dilatih pertambahan dan pengurangan sederhana.

"Alma sudah bisa baca sedikit-sedikit, diajar mama, tapi di sekolah juga 
belajar," kata Alma, seorang murid.

Nani, orang tua Alma mengaku terkadang merasa kasihan pada anaknya karena kerap 
harus bersusah payah menghafal dan menulis. Padahal, memegang pensil saja 
merupakan pekerjaan berat bagi anaknya yang belum genap lima tahun. Kendati 
begitu, Nani mengaku tak berani menyatakan keberatannya pada pihak sekolah.

"Kalau dia tidak bisa baca tulis, ya susah masuk SD. Semua SD yang ada di 
sekitar sini memberi tes baca tulis pada setiap anak yang mendaftar. Ada juga 
yang tidak, tapi SD-nya kurang bagus," kata Nani. (Zat/H-1)

M Tri Agus
http://triagus.multiply.com

Kirim email ke