Mba, makanya berkat gabung di milis ini en artikel dari mba luluk, mba intan ama mba sylvia atau lainnya...... aku jadi belajar 'tidak panik' kalo' salma daffa panas, awalnya emang 'berantem' dulu dg ayahnya anak2.......karena beliau apa2 obat atau dokter, alhamdulillah sekarang ayahnya mulai 'asyik'....waktu kita mudik ke bukit tinggi....salma sempet panas karena perubahan udara, ayahnya malah anteng ajah waktu oom nya suruh segera ke dokter terdekat.......katanya nanti juga 2 hari turun panasnya kok, pas akhirnya harus ke dokter....he..he..malah dokternya udah pulang ha..ha...( doa bundanya spy gak usah ke dokter he..heh )
waktu salma panas tinggi trus kena rosela ( cmiiw ), ayahnya anak2 malah nyuruh telp temen milis he..he.. akhirnya aku bell mba sylvia, ternyata saat itu mba sylvia abis persalinan.......aduh kalo' inget lagi jadi malu :( hebatnya mba sylvia tetep bantu info en tenang sekali bantuin aku via hp...... maap yah mba........ thx banget mba2 ku yah.......... -----Original Message----- From: Luluk Lely Soraya I [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, 29 November, 2005 2:58 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Tanya Antibiotik Amoxan ?? Ya gak begitu juga dong. Suhu demam gak bisa dijadikan patokan utk perlu gaknya antibiotik. Jika semudah ini maka gak perlu lagi dong dokter ada. Yg betul adalah batuk pilek obatnya hanya istirahat & makan makanan sehat. Bukan antibiotik, bukan obat flu dsbnya. Ok moga gak bosen direpost lagi artikel2 ini. Luluk -=================== Dari www.cdc.gov Hidung "Meler" dan ingus berwarna hijau atau kuning) selama "common cold" (batuk pilek ringan) dan akan berhenti dengan sendirinya. Berikut fakta seputar batuk pilek ringan & hidung meler. Apakah penyebab hidung meler ? Ketika kuman penyebab colds (virus) menginfeksi hidung dan sinus, hidung akan memproduksi lendir. Lendir ini membersihkan hidung & sinus dari kuman tsb. Setelah 2 atau 3 hari, sel-sel imun tubuh akan membunuh kuman tsb, mengubahnya menjadi lendir berwarna putih atau kuning. Di dalam hidung terdapat bakteri baik. Ia juga ada di dalam lendir. Bakteri ini akan mengubah lendir menjadi berwarna kehijauan. Kondisi ini normal & bukan berarti anak butuh antibiotik. Apa yang harus dilakukan ? ? Perawatan terbaik adalah menunggu & perhatikan kondisi anak. Gangguan hidung, batuk dan gejala lainnya seperti demam, pusing, ngilu pada sendi, semua itu terasa mengganggu. Namun demikian antibiotik TIDAK akan membuatnya lebih cepat sembuh. ? Penggunaan vaporizer (penguapan) atau garam nasal drop membantu anak lebih nyaman saltwater nose drops makes their child feel better. Perlukah antibiotik untuk hidung meler ? Antibiotik dibutuhkan jika dokter mendiagnosis anak terkena sinusitis. Dokter biasanya meresepkan obat atau memberikan tips bagaimana menolong anak dengan gejala "colds" seperti demam dan batuk, tetapi antibiotik TIDAK dibutuhkan untuk mengobati hidung meler. Bagaimana jika antibiotik tetap diberikan ? Minum antibiotik saat tidak dibutuhkan adalah BERBAHAYA. Tiap kali kita meminum antibiotik (AB), maka kuman-kuman di hidung & tenggorokan beresiko menjadi resisten. Kuman yang resisten tidak dapat dibunuh oleh antibiotik manapun. Akibatnya jika anak butuh AB, ia butuh AB jenis kuat dan harus dimasukkan lewat jarum suntik. Atau butuh rawat inap di RS karena hal ini. Karena hidung meler akan akan sembuh dengan sendirinya, maka sebaiknya jangan minum AB dan gunakan hanya saat dibutuhkan. ====================== Popular Articles Category: Advis Medis Mengapa Anak Terus Panas-batuk-pilek? Wed Sep 11, 2002 Artikel pendek ini menjelaskan bagaimana Anda bisa mengatasi panas-batuk-pilek anak Anda berkepanjangan, dengan menghilangkan kepercayaan terhadap antibiotika yang lebih banyak menimbulkan masalah daripada manfaat dalam mengobati FLU. Mengapa anak terus panas-batuk-pilek? Oleh: Prof. Iwan Darmansjah Seorang bayi seharusnya jarang sakit, karena masih ditopang imunitas tinggi sewaktu dikandung atau menyusu ibunya. Penyakit sehari-hari seperti flu (yang ditandai panas-batuk-pilek), penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman dapat ditolaknya. Sejak lama fakta ini telah disadari. Coba saja, bila bayi Anda tinggal serumah dengan seorang penderita campak, maka biasanya ia tidak akan gampang tertular. Namun nyatanya, banyak anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap 2 - 3 minggu karena penyakit yang sama: bolak-balik demam, batuk, dan pilek. Tentu banyak orang tua bosan. Mereka menggugat, "Mengapa ini harus terjadi, sedangkan semua kebutuhan anak saya telah dicukupi?" Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan, karena dapat bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa menimbulkan alergi suhu dingin, sehingga hidung anak mampet, sehingga ia bernafas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar. Belum lagi penularan virus di sekolah dan tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk - pilek. Tak langka pula kejadian sakit gara-gara anak mengonsumsi makanan ringan tidak sehat yang membuat tenggorokan menggelitik. Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun. Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya. Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk-pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Selain mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek sampingan berbahaya. Kalau dikatakan akan mempercepat penyembuhan pun tidak, karena penyakit virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari, dengan atau tanpa antibiotik. Hal ini telah dibuktikan dengan studi terkontrol (membandingkan dengan plasebo, alias obat bohong) berulang kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi. Orang tuanya lalu langsung membeli antibiotik di apotik atau pasar hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi obat tersebut. Lingkaran setan ini: sakit >> antibiotik >> imunitas menurun >> sakit lagi >>, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi, yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit. Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara obat batuk-pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan si anak tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya pun menjadi lebih baik. Salah kaprah kedua ialah gejala batuk - pilek yang tidak diobati secara benar; artinya, siasat pengobatan perlu diubah. Ini lantaran obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap penderita. Bahkan sering terjadi, batuk - pilek malah menjadi lebih parah dan berkepanjangan. Suatu perubahan dalam resep, yang mendasar dan individual, perlu dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas-batuk-pilek ini. Yang utama ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang baru. Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin yang efektif - merupakan obat pilek terbaik. Pseudo-efedrin, fenilpropanolamin, atau etilefrin yang lebih sering dijumpai dalam obat-jadi, tidak lebih baik dari efedrin, walaupun lebih mahal. Semua obat lain yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan. Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Selamat mencoba. Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu! INTISARI Sept 2002, hal 80-81 Sumber Artikel : http://www.iwandarmansjah.web.id/popular.php?id=21 ======================= http://www.nics.gov.uk/press/hss/040119a-hss.htm ANTIBIOTICS DONÂ’T WORK ON COLDS OR MOST COUGHS AND SORE THROATS SAYS CHIEF MEDICAL OFFICER Antibiotics should not be taken for colds, most coughs and sore throats. This is the key message in a publicity campaign launched by the Department of Health, Social Services and Public Safety. The aim of the campaign, which features a cartoon capsule character called Andy Biotic, is to try to reduce the inappropriate use of antibiotics. The campaign will include radio adverts, leaflet inserts in newspapers, advertising in shopping centres and at bus stops; leaflets will also be available in GP surgeries, pharmacies and other public outlets. Stressing the importance of the campaign, Chief Medical Officer, Dr Henrietta Campbell, said: "This campaign carries a very important message. If we do not limit the prescribing of antibiotics for minor complaints, they will eventually lose their effectiveness against many illnesses. "Bacteria are very clever and can adapt to become resistant to antibiotics. This means that antibiotics are becoming less effective at fighting many infections. This is already beginning to happen and is of particular concern to many health professionals who are working to reduce the level of infection in our hospitals and residential homes. Vulnerable patients may need antibiotics more than most to fight infections which is why the fewer antibiotics taken earlier in life holds patients in good stead. "The objective of this campaign is to make patients aware that most coughs, sore throats and colds do not need antibiotic treatment, but can be managed with simple remedies while they run their natural course. This can be up to a week for sore throats and longer for colds and chesty coughs." Dr Campbell went on to say: "My message to patients is, antibiotics should not be taken for simple coughs, sore throats and colds. Do not expect your doctor to prescribe antibiotics for these minor complaints, which are usually viral ailments. NOTES TO EDITORS: This is the fourth time this campaign has been run; the first occasion being in the winter of 1999. It aims to support health professionals in their management of patients with acute upper respiratory tract infections or sore throats by reducing patientsÂ’ expectations for an antibiotic prescription from their GP. There has been a marked reduction in antibiotic prescribing in Northern Ireland over the last five years which indicates that the message is being driven home, both to health professionals and the public. Figures indicate that there are currently 15% fewer prescriptions being written for antibiotic drugs than there were in 1998. The actual numbers of such prescriptions have dropped by over 325,000 p.a. in that time. The campaign also encourages patients to seek advice from community pharmacists on safe and appropriate symptomatic relief. In addition the campaign explains that antibiotics will also kill the "good bacteria" that will help to keep us all healthy. ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]