Assalamu 'alaikum wr.wb.

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih pada semua rekan yang sudah meluangkan
waktu membalas email saya sebelumnya.

Sekedar cerita, barangkali berguna untuk yang lain : akhirnya tanggal 17 Mei
(senin) malam saya putuskan anak saya diopname - baru pulang kamis malam,
setelah BAB nya sudah mulai mengental. Itu juga yang menyebabkan saya baru
bisa membalas sekarang karena selama empat hari tsb cuti (namanya juga
nebeng email kantor...).

Selama diopname, pada dasarnya tidak ada treat yang khusus yang anak saya
terima. Bahkan obat yang diberikan juga malah obat turun panas dan radang
tenggorokan saja (padahal anak saya tidak panas). Sama seperti yang Pak Eko
ceritakan, kelihatannya DSA nya justru membiarkan anak saya BAB terus sampai
selesai. Bahkan antibiotik dari DSA sebelumnya pun di stop. Keuntungan yang
diperoleh di RS relatif hanya ketenangan istri saya (saya sendiri sebenarnya
tidak begitu panik karena anak saya masih mau minum ASI, air putih, bahkan
sejak selasa pagi mau makan lumayan banyak) - karena ada infus yang
terpasang - habis dua botol dari senin malam sampai kamis pagi.

Pada dasarnya saya kira (setelah saya sekarang agak mengerti) tidak perlu
sekali sampai diopname. Seperti tulisan Pak Iwan, dehidrasi anak saya
rasanya sebenarnya tidak parah. Hanya dehidrasi ringan saja. Kalau kita ke
RS ada kriteria dehidrasi ini dari ringan, sedang dan berat lengkap dengan
tindakan yang harus diambil. Da menurut panduan tsb, dehidrasi ringan
mestinya memang tidak perlu di infus.

But nevertheless, thanks God anak saya sudah baikan dan ada pengalaman yang
bisa diambil.

Satu hal yang mengganggu saya, sebelum ini anak saya tidak takut dokter,
Divaksin suntik pun tidak menangis, Tapi pengalaman diinfus kemarin sangat
membuat saya kuatir. Pernah saya baca bahwa otak anak berkembang sampai 50%
kemampuannya sampai ia berusia 2 tahun, ini saya asumsikan termasuk mememori
rasa takut. Selalu kami usahakan agar anak tidak takut pada sesuatupun
dengan tidak pernah ditakut-takuti. Menangispun juga tak pernah tanpa sebab.


Nah waktu pemasangan infus kemari, anak saya sampai menangis histeris
ketakutan dalam waktu yang cukup lama. Saya yang memegangi sampai ingin
menangis juga karena nggak pernah melihat dia begitu. Sampai akhirnya,
karena pemasangan pertama salah/ sulit ketemu aliran darah, untuk pemasangan
kedua kami serahkan perawat yang menangani. Saya dan istri kabur - nggak
tega. Kelihatannya sih anak saya nggak sehisteris waktu ada saya, mungkin
dia tahu nggak ada tempat untuk escape jadi dia harus hadapi. Tapi sesudah
itu, setiap didekati perawat, anak saya jadi ketakutan dan saya kuatir
trauma ini akan dia simpan sampai besar.

Barangkali ada yang punya pengalaman di RS lain, mungkin di MMC (yang saya
kira jauh lebih mahal dari RSI), atau diluar negeri. Bagaimana sih prosedur
yang benar untuk hal tsb, yang tanpa menimbulkan ketakutan berlebihan pada
anak ?

Terimakasih sebelumnya. 

Wassalam,
Bayu Nur Indra
(Note : Kalau lain kali ada yang diare, saya siap ikut menjawab)




Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com

--------------------------------------------------------------------------
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet




Kirim email ke