Dear all, ini mungkin berguna untuk kita semua.....
  
Republika, 08 Mar 1998  
 Antibiotik Membuat Gigi Buram?

Pemberian antibiotik kepada anak harus dilakukan secara hati-hati. ''Sebelum
memutuskan untuk memberikan antibiotik pada anak, terlebih dahulu harus
dilihat penyebab penyakitnya. Kalau penyebabnya virus, tidak perlu
antibiotik. Tapi kalau penyebabnya kuman antibiotik perlu diberikan,'' kata
dokter spesialis anak, Noenoeng Rahajoe MD.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah, antibiotik tidak boleh
diberikan dalam jangka waktu lama. Pemberian antibiotik dalam waktu lama
akan mengakibatkan kuman menjadi resisten. Di samping itu, kelebihan dosis
antibiotik juga akan mematikan kuman yang normalnya memang ada dalam saluran
cerna dan berfungsi membantu tubuh dalam pembentukan vitamin.

Namun, ada penyakit yang perlu diberi antibiotik dalam jangka lama. Misalnya
penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus alfa hemoliticus, yang
memerlukan pemberian antibiotik selama 10 hari. Bila tidak, diberikan
antibiotik selama 10 hari kuman tersebut tidak terbasmi dan menimbulkan
komplikasi-komplikasi penyakit.

Untuk penyakit TB pengobatannya juga harus diberikan dalam waktu lama.
Kalau, tidak kuman TB akan menang dan menimbulkan resisten.

Pemberian antibiotik yang tidak sampai tuntas atau kurang juga bisa
mempercepat terjadinya resistensi kuman dan komplikasi, misalnya gangguan
pada syaraf perifer, fungsi hati, dan lain-lain.

Tidak semua antibiotik membuat gigi buram. Menurut Noenoeng, antibiotik yang
membuat gigi buram itu adalah dari golongan tetrasiklin. ''Biasanya jenis
antibiotik ini hanya diberikan pada orang dewasa, tidak digunakan untuk
anak-anak,'' katanya.

Gigi buram pada anak, tambahnya, penyebabnya bisa macam-macam. Gigi susu
yang hampir lepas biasanya warnanya berubah. Di samping itu juga ada
penelitian yang menyimpulkan bahwa orang yang tinggal di tempat yang airnya
kekurangan kadar fluor, giginya tidak mengkilap dan mudah keropos, baik pada
gigi susu maupun gigi permanen.

Memberi obat pada anak

Jenis obat untuk bayi atau balita umumnya berbentuk sirup atau puyer.
Sedangkan untuk asma obatnya berbentuk hisap dan memakai alat bantu.

Dalam memberikan obat kepada anak, sangat penting bagi orangtua untuk
mengikuti petunjuk dokter. Apabila belum jelas, jangan sungkan atau takut
menanyakannya pada dokter atau apoteker secara rinci. Hal-hal yang perlu
diketahui dengan jelas adalah dosis obat, waktu pemberian obat, lama
penggunaan obat (ada obat yang harus diminum sampai habis, ada yang tidak),
dan batas akhir obat masih boleh digunakan (tanggal kadaluwarsa).

''Ada obat yang harus diminum sebelum, selama, atau sesudah makan. Hal itu
harus diperhatikan, supaya efektivitasnya bagus,'' jelas Noenoeng. Ia
kemudian mencontohkan rifampisin, yang harus diminum sebelum makan. Kalau
diminumnya sesudah makan, paparnya, kandungan obat tersebut sulit diserap
sehingga tidak efektif.

Bila obat harus diminum tiga kali sehari, lanjut ketua Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) ini, harus betul-betul diberikan tiga kali dalam sehari,
yaitu pagi, siang dan sore. Apabila obat harus diberikan empat kali sehari
berarti waktunya pagi, siang, sore dan malam. Obat yang kelebihan atau
kekurangan dosis juga bisa menyebabkan kerja obat tidak efektif.

Ketidakakuratan dalam pemberian jumlah obat merupakan suatu kelemahan.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa cairan yang sama yang dituangkan ke
dalam sendok teh oleh orang yang berbeda, dapat menghasilkan perbedaan
volume berkisar antara 2,5 sampai 7,8 mililiter. Itu berarti obat yang
diminum oleh anak bisa tidak menghasilkan efek yang diinginkan. Atau
sebaliknya, dapat menyebabkan efek yang merugikan. Karena itu mintalah
selalu sendok atau alat takar standar.

Apabila obat dalam bentuk puyer sediakan cairan berupa air putih dan kalau
perlu diberi sedikit gula atau madu supaya tidak pahit. Kalau terpaksa harus
mencampurkan dengan susu, obat tersebut jangan dimasukkan ke dalam botol
susu. ''Sediakan saja susu dalam sendok, lalu masukkan obat ke dalam sendok
tersebut. Kalau obat dimasukkan ke dalam dot dikhawatirkan anak tidak
menyukai rasa susu yang ada obatnya, sehingga ia tidak mau minum susu
lagi.''

Saat pemberian obat pada anak diusahakan jangan sampai anak tersedak, karena
bisa masuk ke paru-paru.  n @Inisial:nri nri 


----------------------------------------------------------------------------
----
Hak Cipta © 1998 Harian Umum Republika.
Dilarang memperbanyak dan menerbitkan ulang dalam bentuk apa pun tanpa
seizin dari penerbit. Hak cipta dilindungi Undang-Undang. 
Desain: © Radnet Media Services  
 
 


Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"

------------------------------------------------------------------------
Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, kirim email ke: 
[EMAIL PROTECTED]
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet






Kirim email ke