Prof. Dr. Suzuki, pakar musik, dari Jepang pernah melakukan riset terhadap 2 grup wanita hamil (grup A/grup B). Untuk grup A diperdengarkan musik. Sedangkan grup B dibiarkan saja. Beberapa lama setelah semua bersalin, dia mengecek. Ternyata anak dari grup A umumnya lebih cepat memahami musik dari anak dari grup B. Ini merupakan contoh bukti bahwa manusia sudah bisa diajar sejak masih "janin". Dengan kata lain, indera janin sudah bisa menerima stimulasi dari luar, sebagaimana pengakuan/pernyataan beberapa pakar ginekologi/obsteri di Jepang. Lidah janin juga sudah bisa merasakan beberapa jenis rasa, seperti air ketuban. Sedangkan, jenis menu yang disantap wanita hamil sedikit- banyak bisa mempengaruhi rasa air ketuban, meskipun tidak terlalu kontras (ibarat air ledeng dengan air pompa). Ketika lahir, bayi sudah bisa melihat beberapa objek dekat, seperti puting susu/warna payudara. Hanya saja masih samar hingga memberi kesan belum bisa melihat. Semua itu memberi indikasi, janin bisa dirangsang buat meningkatkan fungsi indera mereka (plus point). Menurut mereka, rangsangan bisa dilakukan ketika usia 3 bulan, kondisi di mana indera janin sudah lengkap. Dengan rangsangan, sebagaimana yang dilakukan Prof. Dr. Suzuki, tiap sinyal yang diterima serta direkam akan bisa reaksi. Walaupun ini tampak sepele, tapi jika diperhatikan/direnungi dengan serius serta sering dilakukan akan merupakan misteri yang menarik serta menakjubkan. Sebagaimana diketahui, janin sering bergerak hingga menggelikan. Ini sebenarnya mengandung nilai komunikasi akibat perlakuan terhadap perut yang sedang berisi janin. Misalkan ibu yang meraba/mengelus perut hingga terasa hangat. Karena hangat ini, bayi terangsang buat bergerak/bertingkah. Apalagi disertai jenis suara yang sering datang, baik dalam lagu (seperti : "La la la!!!") maupun melalui kalimat (seperti : "Anak yang sayang!!!"). Ketika lahir. memori itu akan dibuka, hingga rangsangan dari luar dengan bentuk yang sama, nggak lagi dianggap sebagai objek baru. Apalagi jika langsung dirangsang dengan bentuk/cara seperti yang pernah dialami ketika masih janin. Mengajar Janin, menurut The Japan Times Weekly International Educational" mulanya diapresiasikan di AS. Lalu di Jepang, dengan menampakkan sukses, seperti kemampuan menguasai mata pelajaran yang lebih baik/lebih cepat. "Mengajar janin" tampak akan terus jadi persoalan buat dikaji hingga diperbincangkan, bahkan mungkin saja masuk agenda berbagai lembaga internasional yang bertalian dengan anak-anak, seperti UNICEF. Soalnya, menurut beberapa ilmuwan, mengandung prospek yang baik dalam memecahkan persoalan tentang beragam "intelektual anak", yang berarti menunjang "pendidikan anak", buat menghadapi masa depan. Walaupun demikian, penemuan itu hanya merupakan suatu faktor. Masih banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi kecerdasan bayi, seperti genetika, lingkungan, perawatan, dan persalinan. Tiap faktor harus diperhatikan dengan cermat. Banyak ajaran, baik adat maupun ilmiah, tentang mengajar manusia harus dilakukan sejak bayi. Soalnya perkembangan manusia ketika sudah dewasa banyak dipengaruhi oleh rangsangan intelektual yang diperoleh mereka ketika masih bayi.Karena itu, timbul pertanyaan pada beberapa ilmuwan, bagaimana jika langsung saja dilakukan sejak janin? Ini dengan asumsi, "makin dini tentu makin baik". Di Belanda kini diperkenalkan apa yang disebut "Hiptonomi", yakni baragam sistim mengajar janin. Ini disusun oleh beberapa ilmuwan berdasarkan percobaan/penelitian terhadap banyak wanita hamil, lalu disimpulkan berdasarkan metode statistika. Mana yang sudah cocok, langsung dimasukkan, dan mana yang belum cocok, disimpan dulu. Di Jepang, banyak ibu yang mengajar anak sejak masih janin. Melalui hasil kursus yang diterima sebelum hamil/nikah, mereka tiap hari melakukan langkah-langkah tertentu terhadap janin, seperti mendengarkan suara merdu/lembut dari tape/mulut buat merangsang telinga. Itu dilakukan dengan disiplin serta frekwensi tinggi tiap hari. Umumnya mereka tidak cemas hanya karena mengajar sejak dini, karena apa yang dilakukan mereka hanya mengandung resiko sangat kecil saja. Penelitian/Percobaan yang bersumberkan masalah sepele itu kini terus dilakukan. Bukan saja di Jepang, juga di negara-negara yang sarat dengan makalah ilmiah, khusus tentang kesehatan. Memang, walaupun masalah "janin" hanya merupakan satu cabang dari kebidanan saja, ternyata mengandung banyak misteri, sebagaimana yang diakui oleh pakar itu. (BAHAN : RASI + dan Lain-Lain) Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com ->Aneka kado pilihan untuk anak, http://www.indokado.com/kado.html Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]