From: Ira Mashura
<[EMAIL PROTECTED]>
To: '[EMAIL PROTECTED]' <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, May 08, 2000 10:29
Subject: RE: [balita-anda] Buat netter, info tentang NI


     Nah..'kan bener dugaan saya, pasti ada efek psikologis dari masa lalu
NI yang berdampak pada prilakunya saat ini (sesuai dgn pengakuan NI
sendiri). Entah itu dari lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan, dsb-nya
yang unik,
membuatnya menjadi pribadi yg unik pula.
==========================
     Mbak Ira Mashura Yth :
     Maaf sebelumnya ya.
     Pikiran Mbak di atas tampak masih berpikiran modis. Dengan kata lain
... hampir mirip dengan mereka yang  menganggap sebuah pemikiran itu
mempunyai legitimasi jika datangnya dari Barat. Mereka bangga kalau dalam
seminar, wawancara, atau diskusi mampu mengutip <sketsa aja nih> : teori
Prof. Dr. Ir. Bill Clinton dari Harvard of University atau riset Prof Dr. Ir
George Bush dari MIT. Apalagi kalau diucapkan sambil memijit-mijit dahinya.
     Seolah-olah di mata mereka, karya ilmiah itu dikatakan bermutu bila
mempunyai catatan perpustakaan yang panjang serta sebagian besar dari buku
asing.  Kalau tidak, bisa-biasa dianggap nyeleneh, mengada-ada, sampai
melanggar kaidah-kaidah keilmuan yang sudah disepakati, yang menurut istilah
mbak adalah : "unik"
     Padahal ketika menghadapi era globalisasi, kita tidak bisa lagi
mengandalkan kemampuan melahap berbagai teksbook/jurnal. Soalnya ketika
sebuah materi diuraikan dalam sebuah buku, maka dalam waktu bersamaan, bisa
saja muncul fenomena yang terkait dengan materi itu, tetapi mempunai nilai
kompleksitas, efisiensi, efektivitas, sampai permasalahan yang jauh lebih
baik. Akhirnya, apa yang dipelajari itu ditinjau dari puncak prestasi secara
global, sudah merupakan materi yang tidak mempunyai kekuatan untuk bersaing
di kancah perdagangan bebas.
     Kembali pada mereka.
     Padahal mereka mempunyai sensor intelektual. Mereka bisa menyeleksi
pemikiran melalui alam krisit, aktif, dan kreatifnya. Menyeleksi dalam
artian, mengukur, "berapa persen kesalahannya" dan "berapa persen
kebenarannya".
     Kalau cara berpikir mereka seperti itu ya tak ubahnya seperti para
remaja yang memotong rambutnya dengan gaya Demi More, Sania Twain, dan
Marlyn Monroe. Karena itu saya katakan, "masih berpikiran modis".
     Padahal setiap bangsa "dari mana pun", "era kapan pun", dan "di mana
pun" mempunyai karakteristik permikiran yang bisa diadopsi untuk
memperbanyak perbendaharaan perbendaharaan di dunia.
     Kalau bukan mereka sendiri yang mengaktuliasikan dan mengsuportnya ya
siapa lagi.
     Apakah cara berpikir modis mau kita terapkan dalam urusan keperluan
"balita" ?
     Kalau cara ini yang kita pakai, maka produsen keperluan balita di luar
negeri akan senang-senang saja kok. Harga sekaleng susu balita yang modal
pokoknya cuman Rp. 4.000 rupiah, bisa dijual sampai Rp. 20.000. Berarti
semakin banyak yang berpikiran modis, berarti semakin banyak orang yang bisa
dijadikan segmen pasar yang menguntungkan melalui penjualan produknya.
     Kalau ini terjadi .... berapa banyak uang dari kantong para ibu untuk
keperluan balita yang tersedot ke luar negeri untuk kemudian dipinjamkan
lagi kepada kita melalui lembaga seperti IMF.
     Rasanya tidak salah kalau kita kaji hubungan antara "apresiasi pola
berpikir modis" dengan "krisis yang menimpa bangsa Indonesia sekarang".
     Entah bagaimana kalau para ekonom barat mengamati diskusi kita di sini.
Jangan2 mereka akan mentertawakan kita sambil berkata : "Pantesan bangsa loe
bangkrut !"
     Saya sungguh prihatin bila ada ibu yang bekerja di perusahaan asing,
lalu dengan pola berpikir konsumtif membelanjakan untuk balita berupa produk
asing, yang berarti menyedot uang dari kantongnya untuk kepentingan asing,
sementara menganggap pemikiran yang "lain daripada yang lain" sebagai
nyeleneh.
     Padahal upaya orang asing mengobok-obok   ekonomi kita pun tidak
terlepas dari pemikiran "yang lain daripada yang lain" yang mereka rancang.
     Seharusnya kita kan melakukan kerjasama untuk menghadapi pihak asing.
Kalau nggak mau kerjasama ya kerja paksa demi kepentingan pihak asing.



Salam,



Nasrullah Idris







>> Pusing milih POP3 atau web mail? mail.telkom.net solusinya <<

Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
->Aneka kado pilihan untuk anak, http://www.indokado.com/kado.html 
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]











Kirim email ke