Untuk melengkapi wawasan kita mengenai HFMD, berikut saya FWkan artikel
mengenai penyakit tersebut.  Semoga bermanfaat.

Mamanya Naufal

> Jakarta , Jumat,10-11-2000 00:00:10
> Virus Siluman Itu Kini Menggerayangi Jakarta
> 
> GATRA.com - Masih ingat gambar di atas yang muncul di situs ini 7 Oktober
> lalu.  Virus siluman yang digambarkan sebagai raksasa hijau yang mematikan
> anak-anak itu kini sudah masuk di Jakarta. Puluhan anak dirawat di Rumah
> Sakit Pondok Indah. Belum ada kabar dia merengut nyawa anak-anak. Beberapa
> sekolah di Pondok Indah mulai diliburkan. Kabarnya kasus serupa juga sudah
> menyebar di beberapa sekolah lain. Virus tersebut merengut sekitar 4 anak
> di
> Singapura, 50 nyawa anak di Serawak dan 78 di Taiwan. Kini dia ada di
> sekitar kita.
> IBU Soet, bukan nama sebenarnya, kebingungan ketika mendapati putrinya
> yang
> berumur enam tahun menangis sepulang sekolah awal Oktober lalu. Anit,
> sebut
> saja begitu nama anak tersebut, masih duduk di Sekolah Dasar Kemang
> Pratama
> Bekasi.  Anit mengeluhkan sariawan di mulut yang membuatnya susah makan.
> Malamnya, suhu tubuh Anit mencapai 38 derajat. Ibu berusia 35 tahun itu
> mulai panik, diberinya Anit obat penurun panas.
> Keesokan harinya panas Anit agak berkurang, tapi sariawan dimulutnya
> justru
> bertambah banyak. Yang membuat Ibu Soet kaget, muncul bintil-bintil merah
> berair diseputar telapak tangan dan kaki Anit. Ny. Soet kemudian membawa
> Anit ke dokter. Tambah Kaget Ibu Soet karena dokter memvonis Anit
> terserang
> penyakit Hand Foot and Mouth Disease (HFMD). Akhir September lalu penyakit
> kaki?mulut?tangan tersebut sempat menggemparkan warga kota Singapura dan
> merengut empat nyawa anak.
> 
> Oleh dokter Anit diberi obat simtomasis yaitu obat yang sifatnya hanya
> pencegahan, terdiri dari obat antijamur, antibiotik dan multivitamin.
> Dokter
> juga menyarankan agar tubuh Anit terus-menerus diberi cairan bergizi.
> Karena
> itu Ibu Soet memberikan susu kotak pada Anit.
> 
> Namun sial, karena enggan minum, suatu hari Anit menyisakan susu kotak
> tersebut.
> Dan dengan enteng adiknya yang berumur 2 tahun 8 bulan menyeruput susu
> sisa
> tersebut. Keesokan harinya giliran Feb-feb, sang adik, mengalami gejala
> serupa. Mulut Feb-feb memerah, dipenuhi sariawan. Tak berapa lama telapak
> kaki dan tangannya juga disesaki bintil-bintil yang tak terasa gatal.
> 
> Mungkin karena masih kecil Feb-feb agak susah dipaksa ibunya untuk tetap
> makan dan minum untuk menggantikan cairan tubuh yang banyak keluar. Oleh
> dokter yang sama Feb-feb disarankan dirawat di Rumah Sakit agar segera
> mendapatkan infus.
> "Jika tidak dikhawatirkan virus Coxsacie yang menyebabkan HFMD ini bisa
> menyerang otak," kata ibu Soet. Selama 4 hari, mulai 15- 18 Oktober lalu,
> Feb-feb menjadi salah satu penghuni ruang rawat anak di Rumah Sakit Pondok
> Indah, Jakarta Selatan.
> 
> Di sana selain cairan infus, Feb-feb juga mendapat obat simtomasis.
> Setelah
> 4 hari dirawat bintil-bintil di telapak tangan dan kakinya mengering
> demikian juga sariawan di mulutnya. Alhamdulilah Feb-feb sekarang sudah
> pulang ke rumahnya dengan selamat. Padahal penyakit yang disebabkan virus
> Coxsacie atau kadang disebut virus siluman itu tergolong misterius dan
> mematikan.
> 
> Pada 1997 virus sejenis menyerang Serawak, Malaysia Timur, di Utara
> Kalimantan Barat, yang menyebabkan kematian 50 anak. Setahun kemudian
> penyakit yang sama juga menyerang Taiwan dan merengut sekitar 78 anak.
> Saat
> itu disebut penyebabnya adalah virus Coxsackie atau juga disebut EV71.
> 
> Virus Siluman itu rupanya diam-diam telah berjangkit di Jakarta cukup
> lama.
> Dokter Adi Tagor dari Rumah Sakit Pondok Indah menduga penyakit itu sudah
> mulai berjangkit sejak awal September lalu, atau hampir bersamaan dengan
> di
> Singapura. Pada saat itu di RS Pondok Indah mulai kedatangan satu-dua
> pasien
> yang menunjukkan gejala HFMD. "Ada sekitar 20 anak sedang dirawat jalan
> dan
> sekitar 10 dirawat inap," kata Dr. Tagor.
> 
> Tak hanya itu, "Saya dengar ada juga pasien yang dirawat di Rumah Sakit
> lain," kata dokter spesialis anak yagn ikut menangani beberapa pasien yang
> terkena penyakit HMFD tersebut. Ibu Soet juga mengatakan di sekolah Anit
> ada
> juga anak yang terkena penyakit yang sama. Tapi, menurutnya, ketika
> ditanya
> pihak sekolah mengaku apa nama penyakit tersebut. "Kabarnya sih ada salah
> satu anak yang beberapa waktu lalu habis dari Singapura," kata Ibu Soet.
> Akhir Oktober lalu, memang anak-anak baru saja libur sekolah selama dua
> minggu.
> 
> Tapi heboh penyakit itu di sekitar kawasan Pondok Indah memang sudah mulai
> berdengung sejak kemarin. Seorang ibu yang anaknya Taman Kanak-kanak Teddy
> Bear di Jalan Metro Pondok Indah, mengatakan bahwa anaknya mulai kemarin
> diliburkan. "Karena sudah ada dua anak yang terkena," ujar ibu yang enggan
> namanya disebutkan itu.
> 
> Masih di Pondok Indah, pengelola Kinderland Preschool kemarin juga
> menyebarkan peringatan. Dalam selebaran berbahasa Inggris tersebut
> ditulis:
> "Ini untuk memberitahukan pada anda bahwa selama anak-anak libur telah
> berjangkit penyakit HMFD. Satu orang anak telah terjangkit penyakit
> tersebut
> pada hari Senin. Oleh karena itu kami mengharapkan untuk menjaga
> kebersihan,
> karena kasus yang sama telah terjadi di beberapa sekolah di Jakarta,"
> tulis
> peringatan tersebut. Dibalik kertas fotokopian itu juga dituliskan tentang
> apa itu penyakit HMFD,
> bagaimana gejalanya, serta bagaimana menanganinya. Hingga kemarin
> Kinderland, yang khusus untuk anak-anak di bawah lima tahun tersebut belum
> diliburkan.
> 
> Tapi kalau menilik kasus di Singapura awal Oktober lalu, untuk langkah
> pencegahan, semua sekolah taman kanak-kanak ditutup selama sepuluh hari.
> Tak
> hanya itu, anak kecil juga disarankan untuk tidak dibawa main ke restoran,
> taman bermain umum, juga ke kolam renang. Karena virus jahat itu sangat
> mudah tersebar. Heboh yang melanda Serawak tiga tahun lalu juga ditangani
> mirip dengan di Singapura.
> 
> Tak lama setelah kejadian di Singapura giliran Johor Baru, yang berbatasa
> dengan Singapura juga dijangkit penyakit yang sama. Saat itu malah
> Thailand
> sempat melarang warganya untuk membawa anak kecil ke Singapura. Pemerintah
> Thailand juga memerintahkan untuk memeriksa anak-anak yang datang dari
> Singapura.
> 
> HMFD, menurut Dr. Tagor, sebenarnya bisa dikategorikaan penyakit kuno.
> Karena berdasarkan buku sejarah kedokteran sudah ada sejak sebelum perang
> dunia. Seiring dengan perkembangan jaman, sistem imunisasi makin
> meningkat,
> sehingga orang dibuat sedemikian imune terhadap virus. Pada saat yang
> bersamaan virus tersebut mengalami mutasi karena pengaruh cuaca dunia
> sehingga dia masih hidup dalam kondisi sekarang.
> 
> Setelah sekian lama orang tak mengenal lagi HMFD tiba-tiba Coxsacie yang
> sudah bermutasi tersebut kembali menyerang manusia. Sasaran empuk virus
> ini
> adalah anak-anak, terutama di bawah lima tahun, sebab daya tahan tubuh
> mereka masih tergolong lemah. Ada bermacam tipe Coxsacie, tapi yang
> menyebabkan HMFD adalah type 5 dan 16 dengan masa inkubasi 3 - 5 hari.
> 
> Virus ini masuk ke tubuh yang rentan lewat persentuhan atau udara. Lalu ia
> akan 'merenangi' darah untuk mencari 'tempat persemayaman' yang nyaman.
> "Di
> mulut, tangan, dan kakilah mereka menemukannya," kata Dr. Tagor. Apabila
> si
> penderita tidak memasukkan makanan atau minuman maka daya tahan tubuh akan
> terus merosot. Akibatnya si virus kemungkinan akan menyerang otak. "Bila
> sudah sampai taraf ini proses penyembuhan akan semakin sulit dan bukan tak
> mungkin mendatangkan kematian," kata Tagor.
> 
> Yang menyebabkan jatuhnya korban, menurut tagor, karena banyak orang tua
> awam dengan virus tersebut. Sehingga mereka menganggap enteng penyakit
> yang
> mematikan tersebut. "Makanya saya tekankan kepada mereka untuk selalu
> menjaga agar si anak tetap mendapat cairan yang cukup supaya si virus
> tidak
> lari ke otak," kata Tagor.
> 
> Sebulan lalu ketika virus tersebut berjangkit di Singapura Gatracom
> memperkirakan bahwa tak lama lagi penyakit tersebut bis amasuk ke
> Indonesia.
> Waktu itu belum terdengar ada kasus di sini. Padhaal ternyata beberapa
> kasus
> telah terjadi. Kini tampaknya pemerintah, baik departemen kesehatan maupun
> departemen pendidikan, perlu melakukan langkah yang tepat, agar virus maut
> tidak terus bergentayangan di sini. Dani Hamdani, Taurisita Nugrani
> 
> 
> Singapura , Kamis,09-11-2000 23:16:47
> 
> Makhluk Apakah si Virus Maut
> 
> GATRA.com - SECARA anatomi, anggota tubuh kaki?tangan dan mulut mempunyai
> jarak, tapi ketiganya mempunyai keterikatan menjadi sebuah nama penyakit:
> "Kaki, Tangan dan Mulut". Seperti halnya nama penyakit THT; Telinga,
> Hidung
> dan Tenggorokan. Penyakit yang disebabkan oleh virus A Coxsackie begitu
> membahayakan, terutama bagi usia anak-anak.
> 
> Hampir seluruh pasien selalu menderita selama 4 hingga 6 hari. Akan
> tetapi,
> wabah di Serawak pada tahun 1997 dan di Taiwan tahun 1998 menelan nyawa
> korban yang tidak sedikit.
> 
> Gejala yang nampak pada pasien di kedua negara tersebut adalah meriang
> (panas-dingin), mulut perih. Selain itu pada tubuh pasien diketemukan
> virus
> yang mematikan; enterovirus 71, atau EV71.
> 
> Meskipun EV71 belumlah muncul, virus siluman tersebut dapat memicu
> komplikasi pada otak, dan tulang belakang yang berakibat fatal pada
> kesehatan paru-paru. Beberapa ahli berpendapat virus tersebut menyebakan
> radang otot hati yang dapat menyebakan kematian juga.
> 
> Di Taiwan, 10% pasien dari sekitar 100,000 kasus, ditemukan adanya
> komplikasi.
> Pada 400 orang yang masih hidup, virus itu mewariskan perkembangan
> komplikasi pada otak dan tulang belakang yang berakibat lumpuhnya anggota
> tubuh mereka. Lebih tragis lagi 76 orang anak-anak meninggal akibat
> pulmonary edema ? kelebihan cairan excessive pada paru-paru.
> 
> EV71 pertama kali terdeteksi di California tahun 1974. Bahkan secara
> sporadis tercatat pada 1975, di Hungary, Jepang 1978, dan Australia 1986.
> Wabah itu makin mendekati SIngapura pada 1997 di Serawak dan 1998 di
> Taiwan.
> 
> Dr Jane Cardosa dan rekannya di Malaysia mencatat di Jurnal Kesehatan The
> Lancet bahwa wabah di Serawak, semua anak-anak yang mati akibat EV71 juga
> membawa virus lain bernama adenovirus. Virus ini sulit dideteksi karena
> berkembang sangat lambat dan harus dikomfirmasikan oleh Pusat Pengontrol
> Penyakit , di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
> 
> Dr Cardosa beranggapan bahwa virus adenovirus menyebabkan infeksi pada
> hati
> dan bila muncul bersamaan dengan virus EV71, keduanya akan berinteraksi.
> Hasilnya adalah sebuah komplikasi yang semakin fatal.
> 
> Bila anda peduli dengan kesehatan anak-anak anda, bawalah mereka ke
> laboratorium untuk didiagnosis kuman virus nasehat beberapa orang.
> 
> Apapun kasusnya peralatan pencegahan harus terfokus di pusat kesehatan
> anak-anak. Singkat kata berusahalah mencatat data kesehatan anak-anak anda
> ketika mereka berada di tempat penitipan atau di tempat lainnya hingga
> pulang ke rumah. Bahkan mereka harus bersih hingga ke mainannya.
> 
> Sementara pihak berwajib di Hongkong merespon keadaan di Taiwan dengan
> memonitor virus yang mematikan. Sebaliknya pihak berwajib di Malaysia
> memutuskan untuk tidak mempublikasikan ceritera tentang EV71. Dan
> Singapura
> memilih lebih transparan dan terbuka terhadap perkembangan terakhir
> tentang
> episode yang mencekam tersebut. Bagaimana dengan Jakarta yang jarak hanya
> 55
> menit perbangan dari Singapura. [Disarikan Ihsan dari The Strait Times]
> 
> 
> Singapura , Kamis,09-11-2000 22:53:50
> 
> Ketika Virus Itu Menyerang Singapura
> 
> GATRA.com - Jumat, 06 Oktober 2000.
> 
> MINGGU pagi lalu masyarakat kota Singapura heboh oleh sebuah pengumuman
> yang
> dimuat harian terbesar di negeri itu The Strait Times. Pengumuman dari
> pemerintah itu menyebutkan semua tempat permaian anak, taman kana-kanak,
> tempat penitipan anak ditutup selama seminggu hingga 10 hari. Anak-anak
> juga
> disarankan untuk tidak dibawa ke tempat umum. ''Repot, anakku tak boleh
> dibawa ke McDonald, entah sampai kapan,'' kata Saidah, warga Kota Singa
> itu,
> pada Gatra.
> 
> Langkah pemerintah tak sampai disitu. Semua tempat itu juga ditempelkan
> pengumuman tentang kemungkinan adanya virus mematikan yang disebutnya:
> Penyakit Tangan-Kaki- Mulut. Semua barang di sekolah dan penitipan anak
> itu
> dikeluarkan, untuk dijemur dan diberi desinfektan.
> 
> Langkah itu diambil setelah sehari sebelumnya dua orang anak kakak
> beradik?bayi perempuan berusia 14 bulan dan kakak laki-lakinya 2,5
> 
> tahun?meninggal dunia. Sehingga jumlah yang meninggal dalam sebulan
> terakhir
> menjadi 4 orang, dengan gejala yang sama yaitu: Panas dingin, kesakitan
> dan
> iritasi kulit.
> 
> Penutupan itu melibatkan sekitar 140.000 anak-anak di 557 pusat penitipan
> anak dan 440 taman kanak-kanan dan seluruh orang tua mereka harus bekerja
> eksta. Dr Phua Kong Boo, yang mengepalai departemen kedokteran anak rumah
> sakit Women's and Children's, menyatakan bahwa belum bisa dipastikan
> kematian itu karena infeksi virus. ''Tapi orang tua disarankan untuk
> menjauhkan anak-anak dari tempat ramai seperti taman bermain atau kolam
> renang,'' kata Dr. Phua Kong Boo.
> 
> Sejak 12 September di Singapura terjadi 363 kasus anak yang terkena
> penyakit
> itu dan hampir semuanya bisa disembuhkan. Ketua satuan tugas penyakit
> Tangan-Kaki-Mulut dari Komisi Kesehatan Masyarakat Wang Nan Chee,
> menyatakan
> bahwa semua pengelola taman kanak-kanan dan penitipan anak disarankan
> untuk
> ditutup selama paling lama 10 hari sebagai langkah penjagaan. Ia
> menjelaskan
> anak-anak di bawah lima tahun adalah yang paling rentan terkena virus
> mematikan tersebut.
> 
> ''Kami memutuskan menutup, untuk menghindari penyebaran,'' katanya.
> Infeksi
> penyakit tersebut, menurut Wang Nan Chee, akan berkembang dalam tiga
> sampai
> lima hari. Artinya dalam 7 hingga 10 hari, dua siklus dari penyakit akan
> terlewati. ''Jika dalam waktu itu tidak ada lagi penyakit baru, berarti
> kita
> sudah bisa mengontrol penyakit itu,'' kata Wang Nan.
> 
> Virus ini memang tergolong tergolong misterius. Pada 1997 virus sejenis
> menyerang Serawak, Malaysia Timur, di Utara Kalimantan Barat, yang
> menyebabkan kematian 50 anak. Setahun kemudian penyakit yang sama juga
> menyerang Taiwan dan merengut sekitar 78 anak. Saat itu disebut
> penyebabnya
> adalah virus Coxsackie atau juga disebut EV71.
> 
> Gejala awalnya berupa flu dan demam. Tak jarang pasien dan dokter kurang
> menanggapi secara serius. Mereka menduga, penyakit itu akan hilang sendiri
> dari tubuh penderita dalam waktu lima hari. Namun rasa waswas kemudian
> muncul setelah demam dan suhu badan penderita terus meninggi selama tiga
> hari.  Kondisi ini makin parah setelah penderita mulai muntah-muntah, dan
> pada kulit mereka muncul bintik-bintik merah. Untuk memastikan mereka
> terserang coxsackie,
> kemudian dilakukan pengecekan pada darah dan tinja.
> 
> Dari cara penyerangannya, hingga menyebabkan kematian penderita dalam
> tempo
> singkat, jelas Coxsackie termasuk virus berbahaya. Jika sudah masuk ke
> dalam
> tubuh melalui darah, virus ini bisa menyerang saraf, yang dapat
> menyebabkan
> radang selaput otak dan bisa menyeret penderita menjadi lumpuh.
> Organ-organ
> penting lain, seperti jantung, paru-paru, dan hati, juga bisa terinfeksi.
> Kasus yang banyak mengakibatkan kematian pada anak-anak di Serawak itu
> karena virus tersebut menyebabkan gagal jantung. Sampai sekarang obat yang
> cespleng untuk
> menghantam virus ini belum tersedia.
> 
> ''Jadi lebih baik kami bertindak cepat dan tidak menunda,'' kata Wang
> Nan.Langkah cepat juga telah diambil oleh pemerintah Negeri Gajah Putih
> Thailand. Dua hari lalu, Rabu 3 Oktober, kementrian kesehatan negeri itu
> memerintahkan untuk memeriksa penumpang dari Singapura. Pemerintah
> Thailand
> juga menyarankan warganya yang akan melakukan perjalanan ke Singapura
> dengan
> membawa anak-anak untuk menundanya.
> 
> Bagaimana dengan pemerintah Indonesia. Hingga kemarin, pemerintah belum
> terdengar mengambil langkah apa-apa untuk menjaga kemungkinan serangan
> wabah
> mematikan bagi anak-anak itu ke sini. Padahal, jalur penerbangan maupun
> pelayaran ke Singapura tergolong padat. [Dani Hamdani]
> 
> 
> Joho Baru , Kamis,09-11-2000 22:40:38
> 
> Sang Virus Menjalar ke Malaysia
> 
> GATRA.com - Sabtu 7 Oktober 2000.
> 
> VIRUS Maut yang telah merenggut empat nyawa anak [Lihat Topik Hari Ini
> Gatra.com 6 Oktober] itu tampaknya masih terus bergetayangan di Singapura.
> Kemarin, kembali 10 anak diduga dijangkiti virus penyakit
> tangan-kaki-mulut
> masuk ke Rumah Sakit Wanita dan Kanak-Kanak KKH) dan Hospital Universiti
> Nasional (NUH).
> 
> Jumlah anak yang kini masih menginap di rumah sakit seluruh Singapura
> kembali menjadi 30. Kemarin 13 anak sudah diijinkan pulang oleh dokter.
> Seorang anak berusia lima tahun yang tidak lain dari kakak dua anak yang
> meninggal Sabtu pekan lalu. Sejak Kementrian Lingkungan Singapura
> mewajibkan
> lapor, 1 Oktober lalu, sudah ada 408 anak yang dilaporkan masuk rumah
> sakit
> dengan gejala yang sama.
> 
> Selain di Singapura, virus maut itu juga mulai merambat masyarakat Johor
> Baru. Kota di Malaysia tersebut paling dekat dengan Singapura, hanya
> dibatasi oleh selat pendek yang dihubungkan oleh jembatan. Johor Baru
> terletak sekitar 600 kilometer dari Kualalumpur, ibu kota negeri Jiran
> tersebut.
> 
> Seorang anak lelaki berusia tiga tahun meninggal dunia diduga akibat
> penyakit yang sama. Zhang Jinkai, nama anak tersebut, seperti dilaporkan
> Berita Harian Online kemarin, dimasukkan ke Rumah Sakit Besar Johor Baru
> karena diserang demam dan mengalami bisul serta bintik-bintik merah pada
> hari Minggu. Namun nyawa anak tersebut tidak tertolong dan menghebuskan
> nafas terakhir Selasa Malam.
> 
> ''Mak ciknya berkata keluarga budak itu mahu dia dimasukkan ke sebuah
> hospital di Singapura, tetapi tidak dibenarkan kerana hospital itu sudah
> pun
> penuh,'' tulis Berita Harian. Pihak berkuasa negeri Johor Baru menerima
> laporan bahwa 187 kanak-kanak lain telah dijangkiti penyakit
> Kaki-Tangan-Mulut tersebut.
> 
> Pemerintah Johor Baru telah mengambil langkah serupa si Sipangura.
> Pemerintah menyarankan agar para orang tua tidak membawa anak-anak ke
> tempat-tempat sibuk, seperti kolam renang dan taman permainan
> 
> Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular
> dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Dr. Umar Fahmi Achmadi MPH,
> pemerintah sejauh ini baru memantau kemungkinan penyebaran virus tersebut.
> "Kita sedang mempelajari karakteristik virus tersebut," kata Umar.
> 
> Selain itu, Umar juga telah meminta para petugas Kesehatan di tiap bandara
> untuk siap-siap mengantisipasi kemungkinan masuknya virus tersebut. Namun,
> Umar mengakui keterbatasan yang dimiliki pemerintah. "Kami tidak memiliki
> peralatan untuk mendeteksi virus tersebut," katanya. Umar mengaku sedang
> menjajaki kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan lembaga swasta
> untuk bekerjasama mendeteksi virus maut tersebut.
> 
> Pemerintah Indonesia, menurut Umar, sejauh ini belum berencana untuk
> memeriksa semua anak yang datang dari Singapura atau melarang membawa anak
> melancong ke Negeri Singa tersebut. Padahal, Singapura tergolong negeri
> yang
> paling banyak dikunjungi oleh orang Indonesia. Baik lewat udara dari
> Jakarta, Bali, Medan, Pontianak, Ujungpandang, maupun lewat laut dari
> Batam.
> 
> Namun yang patut dipantau adalah akhir pekan ini. Sebab, tiap Sabtu dan
> Minggu, merupakan puncak kunjungan masyarakat baik dari Singapura maupun
> dari Batam. Di pelabuhan laut itupun belum dilaporkan adanya persiapan
> khusus. Padahal, kalau virus itu sudah berjangkit, pemberantasannya bakal
> lebih susah. Peribahasa "Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati" tampaknya
> masih berlaku. [Dani Hamdani]
> 
> 
> Singapura , Kamis,09-11-2000 22:13:04
> 
> Kisah Virus Itu di Sarawak
> 
> GATRA.com - DINAS Kesehatan Kalimantan Barat dibuat sibuk belakangan ini.
> Sebanyak lima dokter dan paramedis dari Pontianak dikirim ke Kabupaten
> Sambas, Sanggau, dan Kapuas Hulu. Ini merupakan daerah perbatasan dengan
> Sarawak, Malaysia. Kesigapan itu memang ada alasannya, karena negara
> tetangga tersebut sedang dilanda serangan virus coxsackie.
> 
> Hingga pertengahan Juli 1997 itu telah dilaporkan, 26 anak meninggal dan
> 340
> lainnya harus dirawat intensif di Rumah Sakit Sarawak. Mereka yang
> meninggal
> umumnya berusia 6 bulan sampai 4 tahun. Dan mereka hanya mampu bertahan
> hidup selama enam jam setelah masuk rumah sakit.
> 
> Yang membuat was-was, dua anak yang meninggal terakhir diketahui terjadi
> di
> wilayah dekat Sabah. Ini berarti sudah mulai mendekat ke wilayah
> Kalimantan
> Barat. Untuk itulah Dinas Kesehatan dan petugas karantina di perbatasan
> melakukan pengamatan secara serius terhadap anak-anak berusia di bawah 6
> 
> tahun dari Malaysia Timur ini yang menyeberang ke Kalimantan Barat.
> 
> Meski virus tersebut belum menyeberang ke wilayah Indonesia, petugas
> kesehatan telah berjaga-jaga. "Dengan dibantu paramedis kabupaten, mereka
> diperintahkan untuk masuk ke semua pusat kesehatan masyarakat di sekitar
> perbatasan dengan Malaysia," ujar Dokter Chairil Hamid, Kepala Sub-Dinas
> Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Masyarakat Kalimantan Barat.
> 
> Di tiga kabupaten itu, mereka ditugaskan memberi penyuluhan kepada para
> warga setempat mengenai tanda-tanda demam yang diakibatkan coxsackie, dan
> meningkatkan kebersihan serta kesehatan lingkungan masyarakat di situ. Tim
> dari Dinas Kesehatan itu juga diminta membuat laporan setiap saat bila ada
> hal-hal mencurigakan, yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Maklum,
> virus
> yang ditemukan Dall Dorf dan Sikles pada 1950-an itu bisa ditularkan lewat
> cairan dan udara.
> 
> Debu yang terkontaminasi coxsackie, misalnya, akan dengan mudah menempel
> pada makanan dan minuman. Biasanya orang-orang yang terserang virus
> coxsackie adalah mereka yang tidak memperhatikan kebersihan. Sayur-mayur
> yang ditanam di pinggir sungai dan penyiramannya menggunakan air sungai
> juga
> berpeluang terjangkit virus tersebut. "Untuk itu saya meminta masyarakat
> tetap tenang sambil menjaga kebersihan lingkungan dan memakan makanan
> bergizi," kata Chairil.
> 
> Suasana di Rumah Sakit Sarawak kelihatan mencekam. Di antara mereka yang
> masih hidup harus dirawat di ruang isolasi, dan tak sembarang pengunjung
> diperkenankan membesuk. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kesehatan Malaysia
> Datuk Chua Jui Meng bersama rombongannya terpaksa mengenakan penutup mulut
> dan plastik penutup baju ketika meninjau rumah sakit tersebut, untuk
> menghindari penularan coxsackie.
> 
> Guna mencegah meluasnya wabah penyakit tersebut, Pemerintah Malaysia
> memutuskan untuk menutup sementara kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
> Bahkan murid-murid kelas I hingga II sekolah dasar di Serawak diperpanjang
> liburannya, walaupun tahun ajaran baru sudah berjalan sepekan. Beberapa
> orangtua murid pun tak mau menanggung risiko tertular. Ayi Nugraha,
> seorang
> konsul Indonesia yang bertugas di Kota Kuching, misalnya, memulangkan
> anaknya ke Bandung. "Lebih baik dia ke Bandung ikut belajar bersama
> temannya," kata Ayi. Beberapa hotel setempat yang terpengaruh oleh berita
> tersebut juga menutup fasilitas kolam renangnya.
> 
> Departemen Kesehatan Malaysia juga telah mengirim dua contoh darah ke
> Pusat
> Pengawasan Penyakit di Atlanta, Amerika Serikat. Di tempat itu dua contoh
> tadi akan diperiksa lagi untuk diseleksi, mana dari enam jenis coxsackie
> yang menyebabkan infeksi dan kematian pada anak-anak tersebut. Ini
> tentunya
> untuk menjawab kebingungan petugas kesehatan dengan ulah coxsackie yang
> hanya menyerang anak-anak. Padahal, virus tersebut juga mampu menular pada
> orang dewasa.
> 
> Kasus di Sarawak, menurut Profesor Sardjito, bisa terjadi karena anak-anak
> belum sadar mengenai kebersihan tangan, atau ada kemungkinan bakat
> memiliki
> virus tersebut sudah terdapat pada diri anak yang bersangkutan, "Sehingga
> ketika mereka diberi vaksin polio, vaksin tersebut justru mengaktifkan
> bibit
> coxsackie pada tubuh anak," kata ahli virus pada Fakultas Kedokteran
> Universitas Indonesia ini. Di Indonesia peluang untuk terjangkitnya virus
> coxsackie juga ada. "Tapi jumlah penderita di sini belum diketahui pasti,"
> katanya kepada Priska Hermin
> Leonny dari Gatra.
> 
> Virus ini tergolong misterius. Gejala awalnya berupa flu dan demam. Tak
> jarang pasien dan dokter kurang menanggapi secara serius. Mereka menduga,
> penyakit itu akan hilang sendiri dari tubuh penderita dalam waktu lima
> hari.
> Namun rasa waswas kemudian muncul setelah demam dan suhu badan penderita
> terus meninggi selama tiga hari. Kemudian kondisi ini makin parah setelah
> penderita mulai muntah-muntah, dan pada kulit mereka muncul bintik-bintik
> merah. Untuk
> memastikan mereka terserang coxsackie, kemudian dilakukan pengecekan pada
> darah dan tinja.
> 
> Dari cara penyerangannya, hingga menyebabkan kematian penderita dalam
> tempo
> singkat, jelas coxsackie termasuk virus berbahaya. Jika sudah masuk ke
> dalam
> tubuh melalui darah, virus ini bisa menyerang saraf, yang dapat
> menyebabkan
> radang selaput otak dan bisa menyeret penderita menjadi lumpuh.
> Organ-organ
> penting lain, seperti jantung, paru-paru, dan hati, juga bisa terinfeksi.
> 
> Kasus yang banyak mengakibatkan kematian pada anak-anak di Sarawak itu
> terutama karena virus tersebut menyebabkan terjadinya gagal jantung.
> Sampai
> sekarang obat yang cespleng untuk menghantam virus ini belum tersedia.
> "Bila
> ada yang terserang, kami hanya mampu mengamati kondisi tubuh penderita,
> dan
> memberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka," kata
> Chairil. [Aries Kelana, dan Dani Hamdani (Kuching)]
> 
> 
> ******* End *******
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -------------------------- eGroups Sponsor -------------------------~-~>
> Create your business web site your way now at Bigstep.com.
> It's the fast, easy way to get online, to promote your business,
> and to sell your products and services. Try Bigstep.com now.
> http://click.egroups.com/1/9183/2/_/25730/_/974087571/
> ---------------------------------------------------------------------_->
> 
> 


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Kirim email ke