Untuk melengkapi wawasan kita mengenai HFMD, berikut saya FWkan artikel mengenai penyakit tersebut. Semoga bermanfaat. Mamanya Naufal > Jakarta , Jumat,10-11-2000 00:00:10 > Virus Siluman Itu Kini Menggerayangi Jakarta > > GATRA.com - Masih ingat gambar di atas yang muncul di situs ini 7 Oktober > lalu. Virus siluman yang digambarkan sebagai raksasa hijau yang mematikan > anak-anak itu kini sudah masuk di Jakarta. Puluhan anak dirawat di Rumah > Sakit Pondok Indah. Belum ada kabar dia merengut nyawa anak-anak. Beberapa > sekolah di Pondok Indah mulai diliburkan. Kabarnya kasus serupa juga sudah > menyebar di beberapa sekolah lain. Virus tersebut merengut sekitar 4 anak > di > Singapura, 50 nyawa anak di Serawak dan 78 di Taiwan. Kini dia ada di > sekitar kita. > IBU Soet, bukan nama sebenarnya, kebingungan ketika mendapati putrinya > yang > berumur enam tahun menangis sepulang sekolah awal Oktober lalu. Anit, > sebut > saja begitu nama anak tersebut, masih duduk di Sekolah Dasar Kemang > Pratama > Bekasi. Anit mengeluhkan sariawan di mulut yang membuatnya susah makan. > Malamnya, suhu tubuh Anit mencapai 38 derajat. Ibu berusia 35 tahun itu > mulai panik, diberinya Anit obat penurun panas. > Keesokan harinya panas Anit agak berkurang, tapi sariawan dimulutnya > justru > bertambah banyak. Yang membuat Ibu Soet kaget, muncul bintil-bintil merah > berair diseputar telapak tangan dan kaki Anit. Ny. Soet kemudian membawa > Anit ke dokter. Tambah Kaget Ibu Soet karena dokter memvonis Anit > terserang > penyakit Hand Foot and Mouth Disease (HFMD). Akhir September lalu penyakit > kaki?mulut?tangan tersebut sempat menggemparkan warga kota Singapura dan > merengut empat nyawa anak. > > Oleh dokter Anit diberi obat simtomasis yaitu obat yang sifatnya hanya > pencegahan, terdiri dari obat antijamur, antibiotik dan multivitamin. > Dokter > juga menyarankan agar tubuh Anit terus-menerus diberi cairan bergizi. > Karena > itu Ibu Soet memberikan susu kotak pada Anit. > > Namun sial, karena enggan minum, suatu hari Anit menyisakan susu kotak > tersebut. > Dan dengan enteng adiknya yang berumur 2 tahun 8 bulan menyeruput susu > sisa > tersebut. Keesokan harinya giliran Feb-feb, sang adik, mengalami gejala > serupa. Mulut Feb-feb memerah, dipenuhi sariawan. Tak berapa lama telapak > kaki dan tangannya juga disesaki bintil-bintil yang tak terasa gatal. > > Mungkin karena masih kecil Feb-feb agak susah dipaksa ibunya untuk tetap > makan dan minum untuk menggantikan cairan tubuh yang banyak keluar. Oleh > dokter yang sama Feb-feb disarankan dirawat di Rumah Sakit agar segera > mendapatkan infus. > "Jika tidak dikhawatirkan virus Coxsacie yang menyebabkan HFMD ini bisa > menyerang otak," kata ibu Soet. Selama 4 hari, mulai 15- 18 Oktober lalu, > Feb-feb menjadi salah satu penghuni ruang rawat anak di Rumah Sakit Pondok > Indah, Jakarta Selatan. > > Di sana selain cairan infus, Feb-feb juga mendapat obat simtomasis. > Setelah > 4 hari dirawat bintil-bintil di telapak tangan dan kakinya mengering > demikian juga sariawan di mulutnya. Alhamdulilah Feb-feb sekarang sudah > pulang ke rumahnya dengan selamat. Padahal penyakit yang disebabkan virus > Coxsacie atau kadang disebut virus siluman itu tergolong misterius dan > mematikan. > > Pada 1997 virus sejenis menyerang Serawak, Malaysia Timur, di Utara > Kalimantan Barat, yang menyebabkan kematian 50 anak. Setahun kemudian > penyakit yang sama juga menyerang Taiwan dan merengut sekitar 78 anak. > Saat > itu disebut penyebabnya adalah virus Coxsackie atau juga disebut EV71. > > Virus Siluman itu rupanya diam-diam telah berjangkit di Jakarta cukup > lama. > Dokter Adi Tagor dari Rumah Sakit Pondok Indah menduga penyakit itu sudah > mulai berjangkit sejak awal September lalu, atau hampir bersamaan dengan > di > Singapura. Pada saat itu di RS Pondok Indah mulai kedatangan satu-dua > pasien > yang menunjukkan gejala HFMD. "Ada sekitar 20 anak sedang dirawat jalan > dan > sekitar 10 dirawat inap," kata Dr. Tagor. > > Tak hanya itu, "Saya dengar ada juga pasien yang dirawat di Rumah Sakit > lain," kata dokter spesialis anak yagn ikut menangani beberapa pasien yang > terkena penyakit HMFD tersebut. Ibu Soet juga mengatakan di sekolah Anit > ada > juga anak yang terkena penyakit yang sama. Tapi, menurutnya, ketika > ditanya > pihak sekolah mengaku apa nama penyakit tersebut. "Kabarnya sih ada salah > satu anak yang beberapa waktu lalu habis dari Singapura," kata Ibu Soet. > Akhir Oktober lalu, memang anak-anak baru saja libur sekolah selama dua > minggu. > > Tapi heboh penyakit itu di sekitar kawasan Pondok Indah memang sudah mulai > berdengung sejak kemarin. Seorang ibu yang anaknya Taman Kanak-kanak Teddy > Bear di Jalan Metro Pondok Indah, mengatakan bahwa anaknya mulai kemarin > diliburkan. "Karena sudah ada dua anak yang terkena," ujar ibu yang enggan > namanya disebutkan itu. > > Masih di Pondok Indah, pengelola Kinderland Preschool kemarin juga > menyebarkan peringatan. Dalam selebaran berbahasa Inggris tersebut > ditulis: > "Ini untuk memberitahukan pada anda bahwa selama anak-anak libur telah > berjangkit penyakit HMFD. Satu orang anak telah terjangkit penyakit > tersebut > pada hari Senin. Oleh karena itu kami mengharapkan untuk menjaga > kebersihan, > karena kasus yang sama telah terjadi di beberapa sekolah di Jakarta," > tulis > peringatan tersebut. Dibalik kertas fotokopian itu juga dituliskan tentang > apa itu penyakit HMFD, > bagaimana gejalanya, serta bagaimana menanganinya. Hingga kemarin > Kinderland, yang khusus untuk anak-anak di bawah lima tahun tersebut belum > diliburkan. > > Tapi kalau menilik kasus di Singapura awal Oktober lalu, untuk langkah > pencegahan, semua sekolah taman kanak-kanak ditutup selama sepuluh hari. > Tak > hanya itu, anak kecil juga disarankan untuk tidak dibawa main ke restoran, > taman bermain umum, juga ke kolam renang. Karena virus jahat itu sangat > mudah tersebar. Heboh yang melanda Serawak tiga tahun lalu juga ditangani > mirip dengan di Singapura. > > Tak lama setelah kejadian di Singapura giliran Johor Baru, yang berbatasa > dengan Singapura juga dijangkit penyakit yang sama. Saat itu malah > Thailand > sempat melarang warganya untuk membawa anak kecil ke Singapura. Pemerintah > Thailand juga memerintahkan untuk memeriksa anak-anak yang datang dari > Singapura. > > HMFD, menurut Dr. Tagor, sebenarnya bisa dikategorikaan penyakit kuno. > Karena berdasarkan buku sejarah kedokteran sudah ada sejak sebelum perang > dunia. Seiring dengan perkembangan jaman, sistem imunisasi makin > meningkat, > sehingga orang dibuat sedemikian imune terhadap virus. Pada saat yang > bersamaan virus tersebut mengalami mutasi karena pengaruh cuaca dunia > sehingga dia masih hidup dalam kondisi sekarang. > > Setelah sekian lama orang tak mengenal lagi HMFD tiba-tiba Coxsacie yang > sudah bermutasi tersebut kembali menyerang manusia. Sasaran empuk virus > ini > adalah anak-anak, terutama di bawah lima tahun, sebab daya tahan tubuh > mereka masih tergolong lemah. Ada bermacam tipe Coxsacie, tapi yang > menyebabkan HMFD adalah type 5 dan 16 dengan masa inkubasi 3 - 5 hari. > > Virus ini masuk ke tubuh yang rentan lewat persentuhan atau udara. Lalu ia > akan 'merenangi' darah untuk mencari 'tempat persemayaman' yang nyaman. > "Di > mulut, tangan, dan kakilah mereka menemukannya," kata Dr. Tagor. Apabila > si > penderita tidak memasukkan makanan atau minuman maka daya tahan tubuh akan > terus merosot. Akibatnya si virus kemungkinan akan menyerang otak. "Bila > sudah sampai taraf ini proses penyembuhan akan semakin sulit dan bukan tak > mungkin mendatangkan kematian," kata Tagor. > > Yang menyebabkan jatuhnya korban, menurut tagor, karena banyak orang tua > awam dengan virus tersebut. Sehingga mereka menganggap enteng penyakit > yang > mematikan tersebut. "Makanya saya tekankan kepada mereka untuk selalu > menjaga agar si anak tetap mendapat cairan yang cukup supaya si virus > tidak > lari ke otak," kata Tagor. > > Sebulan lalu ketika virus tersebut berjangkit di Singapura Gatracom > memperkirakan bahwa tak lama lagi penyakit tersebut bis amasuk ke > Indonesia. > Waktu itu belum terdengar ada kasus di sini. Padhaal ternyata beberapa > kasus > telah terjadi. Kini tampaknya pemerintah, baik departemen kesehatan maupun > departemen pendidikan, perlu melakukan langkah yang tepat, agar virus maut > tidak terus bergentayangan di sini. Dani Hamdani, Taurisita Nugrani > > > Singapura , Kamis,09-11-2000 23:16:47 > > Makhluk Apakah si Virus Maut > > GATRA.com - SECARA anatomi, anggota tubuh kaki?tangan dan mulut mempunyai > jarak, tapi ketiganya mempunyai keterikatan menjadi sebuah nama penyakit: > "Kaki, Tangan dan Mulut". Seperti halnya nama penyakit THT; Telinga, > Hidung > dan Tenggorokan. Penyakit yang disebabkan oleh virus A Coxsackie begitu > membahayakan, terutama bagi usia anak-anak. > > Hampir seluruh pasien selalu menderita selama 4 hingga 6 hari. Akan > tetapi, > wabah di Serawak pada tahun 1997 dan di Taiwan tahun 1998 menelan nyawa > korban yang tidak sedikit. > > Gejala yang nampak pada pasien di kedua negara tersebut adalah meriang > (panas-dingin), mulut perih. Selain itu pada tubuh pasien diketemukan > virus > yang mematikan; enterovirus 71, atau EV71. > > Meskipun EV71 belumlah muncul, virus siluman tersebut dapat memicu > komplikasi pada otak, dan tulang belakang yang berakibat fatal pada > kesehatan paru-paru. Beberapa ahli berpendapat virus tersebut menyebakan > radang otot hati yang dapat menyebakan kematian juga. > > Di Taiwan, 10% pasien dari sekitar 100,000 kasus, ditemukan adanya > komplikasi. > Pada 400 orang yang masih hidup, virus itu mewariskan perkembangan > komplikasi pada otak dan tulang belakang yang berakibat lumpuhnya anggota > tubuh mereka. Lebih tragis lagi 76 orang anak-anak meninggal akibat > pulmonary edema ? kelebihan cairan excessive pada paru-paru. > > EV71 pertama kali terdeteksi di California tahun 1974. Bahkan secara > sporadis tercatat pada 1975, di Hungary, Jepang 1978, dan Australia 1986. > Wabah itu makin mendekati SIngapura pada 1997 di Serawak dan 1998 di > Taiwan. > > Dr Jane Cardosa dan rekannya di Malaysia mencatat di Jurnal Kesehatan The > Lancet bahwa wabah di Serawak, semua anak-anak yang mati akibat EV71 juga > membawa virus lain bernama adenovirus. Virus ini sulit dideteksi karena > berkembang sangat lambat dan harus dikomfirmasikan oleh Pusat Pengontrol > Penyakit , di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. > > Dr Cardosa beranggapan bahwa virus adenovirus menyebabkan infeksi pada > hati > dan bila muncul bersamaan dengan virus EV71, keduanya akan berinteraksi. > Hasilnya adalah sebuah komplikasi yang semakin fatal. > > Bila anda peduli dengan kesehatan anak-anak anda, bawalah mereka ke > laboratorium untuk didiagnosis kuman virus nasehat beberapa orang. > > Apapun kasusnya peralatan pencegahan harus terfokus di pusat kesehatan > anak-anak. Singkat kata berusahalah mencatat data kesehatan anak-anak anda > ketika mereka berada di tempat penitipan atau di tempat lainnya hingga > pulang ke rumah. Bahkan mereka harus bersih hingga ke mainannya. > > Sementara pihak berwajib di Hongkong merespon keadaan di Taiwan dengan > memonitor virus yang mematikan. Sebaliknya pihak berwajib di Malaysia > memutuskan untuk tidak mempublikasikan ceritera tentang EV71. Dan > Singapura > memilih lebih transparan dan terbuka terhadap perkembangan terakhir > tentang > episode yang mencekam tersebut. Bagaimana dengan Jakarta yang jarak hanya > 55 > menit perbangan dari Singapura. [Disarikan Ihsan dari The Strait Times] > > > Singapura , Kamis,09-11-2000 22:53:50 > > Ketika Virus Itu Menyerang Singapura > > GATRA.com - Jumat, 06 Oktober 2000. > > MINGGU pagi lalu masyarakat kota Singapura heboh oleh sebuah pengumuman > yang > dimuat harian terbesar di negeri itu The Strait Times. Pengumuman dari > pemerintah itu menyebutkan semua tempat permaian anak, taman kana-kanak, > tempat penitipan anak ditutup selama seminggu hingga 10 hari. Anak-anak > juga > disarankan untuk tidak dibawa ke tempat umum. ''Repot, anakku tak boleh > dibawa ke McDonald, entah sampai kapan,'' kata Saidah, warga Kota Singa > itu, > pada Gatra. > > Langkah pemerintah tak sampai disitu. Semua tempat itu juga ditempelkan > pengumuman tentang kemungkinan adanya virus mematikan yang disebutnya: > Penyakit Tangan-Kaki- Mulut. Semua barang di sekolah dan penitipan anak > itu > dikeluarkan, untuk dijemur dan diberi desinfektan. > > Langkah itu diambil setelah sehari sebelumnya dua orang anak kakak > beradik?bayi perempuan berusia 14 bulan dan kakak laki-lakinya 2,5 > > tahun?meninggal dunia. Sehingga jumlah yang meninggal dalam sebulan > terakhir > menjadi 4 orang, dengan gejala yang sama yaitu: Panas dingin, kesakitan > dan > iritasi kulit. > > Penutupan itu melibatkan sekitar 140.000 anak-anak di 557 pusat penitipan > anak dan 440 taman kanak-kanan dan seluruh orang tua mereka harus bekerja > eksta. Dr Phua Kong Boo, yang mengepalai departemen kedokteran anak rumah > sakit Women's and Children's, menyatakan bahwa belum bisa dipastikan > kematian itu karena infeksi virus. ''Tapi orang tua disarankan untuk > menjauhkan anak-anak dari tempat ramai seperti taman bermain atau kolam > renang,'' kata Dr. Phua Kong Boo. > > Sejak 12 September di Singapura terjadi 363 kasus anak yang terkena > penyakit > itu dan hampir semuanya bisa disembuhkan. Ketua satuan tugas penyakit > Tangan-Kaki-Mulut dari Komisi Kesehatan Masyarakat Wang Nan Chee, > menyatakan > bahwa semua pengelola taman kanak-kanan dan penitipan anak disarankan > untuk > ditutup selama paling lama 10 hari sebagai langkah penjagaan. Ia > menjelaskan > anak-anak di bawah lima tahun adalah yang paling rentan terkena virus > mematikan tersebut. > > ''Kami memutuskan menutup, untuk menghindari penyebaran,'' katanya. > Infeksi > penyakit tersebut, menurut Wang Nan Chee, akan berkembang dalam tiga > sampai > lima hari. Artinya dalam 7 hingga 10 hari, dua siklus dari penyakit akan > terlewati. ''Jika dalam waktu itu tidak ada lagi penyakit baru, berarti > kita > sudah bisa mengontrol penyakit itu,'' kata Wang Nan. > > Virus ini memang tergolong tergolong misterius. Pada 1997 virus sejenis > menyerang Serawak, Malaysia Timur, di Utara Kalimantan Barat, yang > menyebabkan kematian 50 anak. Setahun kemudian penyakit yang sama juga > menyerang Taiwan dan merengut sekitar 78 anak. Saat itu disebut > penyebabnya > adalah virus Coxsackie atau juga disebut EV71. > > Gejala awalnya berupa flu dan demam. Tak jarang pasien dan dokter kurang > menanggapi secara serius. Mereka menduga, penyakit itu akan hilang sendiri > dari tubuh penderita dalam waktu lima hari. Namun rasa waswas kemudian > muncul setelah demam dan suhu badan penderita terus meninggi selama tiga > hari. Kondisi ini makin parah setelah penderita mulai muntah-muntah, dan > pada kulit mereka muncul bintik-bintik merah. Untuk memastikan mereka > terserang coxsackie, > kemudian dilakukan pengecekan pada darah dan tinja. > > Dari cara penyerangannya, hingga menyebabkan kematian penderita dalam > tempo > singkat, jelas Coxsackie termasuk virus berbahaya. Jika sudah masuk ke > dalam > tubuh melalui darah, virus ini bisa menyerang saraf, yang dapat > menyebabkan > radang selaput otak dan bisa menyeret penderita menjadi lumpuh. > Organ-organ > penting lain, seperti jantung, paru-paru, dan hati, juga bisa terinfeksi. > Kasus yang banyak mengakibatkan kematian pada anak-anak di Serawak itu > karena virus tersebut menyebabkan gagal jantung. Sampai sekarang obat yang > cespleng untuk > menghantam virus ini belum tersedia. > > ''Jadi lebih baik kami bertindak cepat dan tidak menunda,'' kata Wang > Nan.Langkah cepat juga telah diambil oleh pemerintah Negeri Gajah Putih > Thailand. Dua hari lalu, Rabu 3 Oktober, kementrian kesehatan negeri itu > memerintahkan untuk memeriksa penumpang dari Singapura. Pemerintah > Thailand > juga menyarankan warganya yang akan melakukan perjalanan ke Singapura > dengan > membawa anak-anak untuk menundanya. > > Bagaimana dengan pemerintah Indonesia. Hingga kemarin, pemerintah belum > terdengar mengambil langkah apa-apa untuk menjaga kemungkinan serangan > wabah > mematikan bagi anak-anak itu ke sini. Padahal, jalur penerbangan maupun > pelayaran ke Singapura tergolong padat. [Dani Hamdani] > > > Joho Baru , Kamis,09-11-2000 22:40:38 > > Sang Virus Menjalar ke Malaysia > > GATRA.com - Sabtu 7 Oktober 2000. > > VIRUS Maut yang telah merenggut empat nyawa anak [Lihat Topik Hari Ini > Gatra.com 6 Oktober] itu tampaknya masih terus bergetayangan di Singapura. > Kemarin, kembali 10 anak diduga dijangkiti virus penyakit > tangan-kaki-mulut > masuk ke Rumah Sakit Wanita dan Kanak-Kanak KKH) dan Hospital Universiti > Nasional (NUH). > > Jumlah anak yang kini masih menginap di rumah sakit seluruh Singapura > kembali menjadi 30. Kemarin 13 anak sudah diijinkan pulang oleh dokter. > Seorang anak berusia lima tahun yang tidak lain dari kakak dua anak yang > meninggal Sabtu pekan lalu. Sejak Kementrian Lingkungan Singapura > mewajibkan > lapor, 1 Oktober lalu, sudah ada 408 anak yang dilaporkan masuk rumah > sakit > dengan gejala yang sama. > > Selain di Singapura, virus maut itu juga mulai merambat masyarakat Johor > Baru. Kota di Malaysia tersebut paling dekat dengan Singapura, hanya > dibatasi oleh selat pendek yang dihubungkan oleh jembatan. Johor Baru > terletak sekitar 600 kilometer dari Kualalumpur, ibu kota negeri Jiran > tersebut. > > Seorang anak lelaki berusia tiga tahun meninggal dunia diduga akibat > penyakit yang sama. Zhang Jinkai, nama anak tersebut, seperti dilaporkan > Berita Harian Online kemarin, dimasukkan ke Rumah Sakit Besar Johor Baru > karena diserang demam dan mengalami bisul serta bintik-bintik merah pada > hari Minggu. Namun nyawa anak tersebut tidak tertolong dan menghebuskan > nafas terakhir Selasa Malam. > > ''Mak ciknya berkata keluarga budak itu mahu dia dimasukkan ke sebuah > hospital di Singapura, tetapi tidak dibenarkan kerana hospital itu sudah > pun > penuh,'' tulis Berita Harian. Pihak berkuasa negeri Johor Baru menerima > laporan bahwa 187 kanak-kanak lain telah dijangkiti penyakit > Kaki-Tangan-Mulut tersebut. > > Pemerintah Johor Baru telah mengambil langkah serupa si Sipangura. > Pemerintah menyarankan agar para orang tua tidak membawa anak-anak ke > tempat-tempat sibuk, seperti kolam renang dan taman permainan > > Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular > dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Dr. Umar Fahmi Achmadi MPH, > pemerintah sejauh ini baru memantau kemungkinan penyebaran virus tersebut. > "Kita sedang mempelajari karakteristik virus tersebut," kata Umar. > > Selain itu, Umar juga telah meminta para petugas Kesehatan di tiap bandara > untuk siap-siap mengantisipasi kemungkinan masuknya virus tersebut. Namun, > Umar mengakui keterbatasan yang dimiliki pemerintah. "Kami tidak memiliki > peralatan untuk mendeteksi virus tersebut," katanya. Umar mengaku sedang > menjajaki kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan lembaga swasta > untuk bekerjasama mendeteksi virus maut tersebut. > > Pemerintah Indonesia, menurut Umar, sejauh ini belum berencana untuk > memeriksa semua anak yang datang dari Singapura atau melarang membawa anak > melancong ke Negeri Singa tersebut. Padahal, Singapura tergolong negeri > yang > paling banyak dikunjungi oleh orang Indonesia. Baik lewat udara dari > Jakarta, Bali, Medan, Pontianak, Ujungpandang, maupun lewat laut dari > Batam. > > Namun yang patut dipantau adalah akhir pekan ini. Sebab, tiap Sabtu dan > Minggu, merupakan puncak kunjungan masyarakat baik dari Singapura maupun > dari Batam. Di pelabuhan laut itupun belum dilaporkan adanya persiapan > khusus. Padahal, kalau virus itu sudah berjangkit, pemberantasannya bakal > lebih susah. Peribahasa "Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati" tampaknya > masih berlaku. [Dani Hamdani] > > > Singapura , Kamis,09-11-2000 22:13:04 > > Kisah Virus Itu di Sarawak > > GATRA.com - DINAS Kesehatan Kalimantan Barat dibuat sibuk belakangan ini. > Sebanyak lima dokter dan paramedis dari Pontianak dikirim ke Kabupaten > Sambas, Sanggau, dan Kapuas Hulu. Ini merupakan daerah perbatasan dengan > Sarawak, Malaysia. Kesigapan itu memang ada alasannya, karena negara > tetangga tersebut sedang dilanda serangan virus coxsackie. > > Hingga pertengahan Juli 1997 itu telah dilaporkan, 26 anak meninggal dan > 340 > lainnya harus dirawat intensif di Rumah Sakit Sarawak. Mereka yang > meninggal > umumnya berusia 6 bulan sampai 4 tahun. Dan mereka hanya mampu bertahan > hidup selama enam jam setelah masuk rumah sakit. > > Yang membuat was-was, dua anak yang meninggal terakhir diketahui terjadi > di > wilayah dekat Sabah. Ini berarti sudah mulai mendekat ke wilayah > Kalimantan > Barat. Untuk itulah Dinas Kesehatan dan petugas karantina di perbatasan > melakukan pengamatan secara serius terhadap anak-anak berusia di bawah 6 > > tahun dari Malaysia Timur ini yang menyeberang ke Kalimantan Barat. > > Meski virus tersebut belum menyeberang ke wilayah Indonesia, petugas > kesehatan telah berjaga-jaga. "Dengan dibantu paramedis kabupaten, mereka > diperintahkan untuk masuk ke semua pusat kesehatan masyarakat di sekitar > perbatasan dengan Malaysia," ujar Dokter Chairil Hamid, Kepala Sub-Dinas > Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Masyarakat Kalimantan Barat. > > Di tiga kabupaten itu, mereka ditugaskan memberi penyuluhan kepada para > warga setempat mengenai tanda-tanda demam yang diakibatkan coxsackie, dan > meningkatkan kebersihan serta kesehatan lingkungan masyarakat di situ. Tim > dari Dinas Kesehatan itu juga diminta membuat laporan setiap saat bila ada > hal-hal mencurigakan, yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Maklum, > virus > yang ditemukan Dall Dorf dan Sikles pada 1950-an itu bisa ditularkan lewat > cairan dan udara. > > Debu yang terkontaminasi coxsackie, misalnya, akan dengan mudah menempel > pada makanan dan minuman. Biasanya orang-orang yang terserang virus > coxsackie adalah mereka yang tidak memperhatikan kebersihan. Sayur-mayur > yang ditanam di pinggir sungai dan penyiramannya menggunakan air sungai > juga > berpeluang terjangkit virus tersebut. "Untuk itu saya meminta masyarakat > tetap tenang sambil menjaga kebersihan lingkungan dan memakan makanan > bergizi," kata Chairil. > > Suasana di Rumah Sakit Sarawak kelihatan mencekam. Di antara mereka yang > masih hidup harus dirawat di ruang isolasi, dan tak sembarang pengunjung > diperkenankan membesuk. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kesehatan Malaysia > Datuk Chua Jui Meng bersama rombongannya terpaksa mengenakan penutup mulut > dan plastik penutup baju ketika meninjau rumah sakit tersebut, untuk > menghindari penularan coxsackie. > > Guna mencegah meluasnya wabah penyakit tersebut, Pemerintah Malaysia > memutuskan untuk menutup sementara kelompok bermain dan taman kanak-kanak. > Bahkan murid-murid kelas I hingga II sekolah dasar di Serawak diperpanjang > liburannya, walaupun tahun ajaran baru sudah berjalan sepekan. Beberapa > orangtua murid pun tak mau menanggung risiko tertular. Ayi Nugraha, > seorang > konsul Indonesia yang bertugas di Kota Kuching, misalnya, memulangkan > anaknya ke Bandung. "Lebih baik dia ke Bandung ikut belajar bersama > temannya," kata Ayi. Beberapa hotel setempat yang terpengaruh oleh berita > tersebut juga menutup fasilitas kolam renangnya. > > Departemen Kesehatan Malaysia juga telah mengirim dua contoh darah ke > Pusat > Pengawasan Penyakit di Atlanta, Amerika Serikat. Di tempat itu dua contoh > tadi akan diperiksa lagi untuk diseleksi, mana dari enam jenis coxsackie > yang menyebabkan infeksi dan kematian pada anak-anak tersebut. Ini > tentunya > untuk menjawab kebingungan petugas kesehatan dengan ulah coxsackie yang > hanya menyerang anak-anak. Padahal, virus tersebut juga mampu menular pada > orang dewasa. > > Kasus di Sarawak, menurut Profesor Sardjito, bisa terjadi karena anak-anak > belum sadar mengenai kebersihan tangan, atau ada kemungkinan bakat > memiliki > virus tersebut sudah terdapat pada diri anak yang bersangkutan, "Sehingga > ketika mereka diberi vaksin polio, vaksin tersebut justru mengaktifkan > bibit > coxsackie pada tubuh anak," kata ahli virus pada Fakultas Kedokteran > Universitas Indonesia ini. Di Indonesia peluang untuk terjangkitnya virus > coxsackie juga ada. "Tapi jumlah penderita di sini belum diketahui pasti," > katanya kepada Priska Hermin > Leonny dari Gatra. > > Virus ini tergolong misterius. Gejala awalnya berupa flu dan demam. Tak > jarang pasien dan dokter kurang menanggapi secara serius. Mereka menduga, > penyakit itu akan hilang sendiri dari tubuh penderita dalam waktu lima > hari. > Namun rasa waswas kemudian muncul setelah demam dan suhu badan penderita > terus meninggi selama tiga hari. Kemudian kondisi ini makin parah setelah > penderita mulai muntah-muntah, dan pada kulit mereka muncul bintik-bintik > merah. Untuk > memastikan mereka terserang coxsackie, kemudian dilakukan pengecekan pada > darah dan tinja. > > Dari cara penyerangannya, hingga menyebabkan kematian penderita dalam > tempo > singkat, jelas coxsackie termasuk virus berbahaya. Jika sudah masuk ke > dalam > tubuh melalui darah, virus ini bisa menyerang saraf, yang dapat > menyebabkan > radang selaput otak dan bisa menyeret penderita menjadi lumpuh. > Organ-organ > penting lain, seperti jantung, paru-paru, dan hati, juga bisa terinfeksi. > > Kasus yang banyak mengakibatkan kematian pada anak-anak di Sarawak itu > terutama karena virus tersebut menyebabkan terjadinya gagal jantung. > Sampai > sekarang obat yang cespleng untuk menghantam virus ini belum tersedia. > "Bila > ada yang terserang, kami hanya mampu mengamati kondisi tubuh penderita, > dan > memberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka," kata > Chairil. [Aries Kelana, dan Dani Hamdani (Kuching)] > > > ******* End ******* > > > > > > > > -------------------------- eGroups Sponsor -------------------------~-~> > Create your business web site your way now at Bigstep.com. > It's the fast, easy way to get online, to promote your business, > and to sell your products and services. Try Bigstep.com now. > http://click.egroups.com/1/9183/2/_/25730/_/974087571/ > ---------------------------------------------------------------------_-> > > >>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<< >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]