Tabloid Senior no. 71, Jumat 10 Oktober 2000

Jangan Cemas IQ Putra Anda Rendah

Pernah dengar seorang doktor fisika kebingungan ketika harus membeli
tiket kereta apinya sendiri? Meski kejadian macam itu mungkin belum
pernah Anda temui, tetapi hal itu tidaklah mustahil. Seseorang dengan IQ
(intelligence quotient) atau tingkat kecerdasan tinggi, misalnya bahkan
mampu meraih gelar sarjana atau dokter, bisa jadi tidak dapat berbuat
banyak di luar bidang keahliannya.

Dalam hal ini kontribusi sistem pendidikan punya andil. Perkembangan
kecerdasan memang selalu mendominasi titik perhatian, khususnya
kecerdasan matematika, ilmu alam, dan bahasa. "Padahal pada manusia
sedikitnya ada delapan  macam kecerdasan, yaitu kecerdasan matematika,
ilmu alam, ilmu pasti, gerak, musik, ruang, analisis dalam diri sendiri,
dan analisis antar pribadi," ujar Prof. DR. Sarlito W. Sarwono, Psi.
pada seminar Merangsang Anak Agar Kreatif yang diselenggarkan RS Mitra
Keluarga Jatinegara di Klub Kelapa Gading, Jakarta, 14 Oktober 2000.

Setiap orang sebenarnya punya kelebihan sendiri-sendiri. Namun,
seringkali orang yang tak punya kecerdasan matematika, ilmu alam, dan
bahasa tak punya peluang untuk mengembangkan IQ-nya. "Karena itu banyak
anak yang merasa dirinya bodoh meski dia punya bakat IQ yang tinggi di
bidang lainnya," tutur Sarlito.

Sementara itu, IQ bukanlah satu-satunya kemampuan yang terdapat pada
manusia. Masih ada lagi yang disebut dengan kemampuan kreatif. "Kreatif
itu kemampuan untuk berfikir alternatif. Nah, kebanyakan orang itu tidak 
kreatif, makanya biasanya orang itu kalau disuruh memilih, dia akan
cenderung untuk memilih yang paling bagus saja. Sebenarnya, makin banyak
kita mampu menciptakan alternatif, makin banyak pula kita dapat
peluang," ungkap Sarlito.

Ciri dari kecerdasan adalah berfikir konvergen atau memusat, yaitu
dengan berbagai informasi yang didapat, fokus ditujukan kepada satu
jawaban untuk memecahkan masalah tertentu. Berdasarkan ilmu faal, IQ
diolah dalam belahan otak kiri. Sedangkan CQ (creative quotient), yang
merupakan hasil aktivitas otak kanan, dinilai dari kemampuan berfikir
divergen atau menyebar, yaitu berfikir bebas sedemikian rupa sehingga
dari informasi awal dapat dikembangkan berbagai alternatif jawaban. Ciri
lain dari kreativitas adalah orisinalitas atau ide yang datang dari alam
pikiran sendiri. Masalahnya, orisinalitas ini kerap terhalang oleh
banyaknya peraturan sehingga kreativitas pun menjadi buntu. Dalam hidup,
IQ dan CQ mustinya berkembang seimbang. Dengan CQ yang rendah, seseorang
biasanya akan canggung dalam pergaulan, tidak percaya diri, dan
cenderung rendah diri.

Untuk mencapai CQ yang tinggi memang setidaknya dibutuhkan IQ yang
rata-rata (90-110) walau tak perlu jenius. Namun, IQ tinggi tidak
otomatis menjamin CQ yang tinggi. Orang ber-CQ tinggi dengan IQ
rata-rata mungkin sekali lebih sukses dibanding orang yang hanya ber-IQ
tinggi. Ada dua hal yang perlu diingat untuk mengembangkan CQ anak.
Satu, jangan hambat ide-ide yang datang dari anak, meski kadang kurang
disetujui oleh orang tua atau guru. Berilah kebebasan kepada anak dalam
berfikir. Dua, sekolah bukan jalur satu-satunya untuk meraih sukses.
"Banyak orang tua, begitu nilai matematika anaknya jelek, les piano
dihentikan. Ganti les matematika. Akhirnya matematika tetap nggak bisa,
main pianonya juga nggak bisa. Padahal mungkin saja sebenarnya bakat si
anak memang bermain musik, bukan pada bidang matematika," papar Sarlito.
-- 
   O 
_/)(\_     |~          Salam,
 /~~\    o'  |~        Rien.
/_  _\      o'  
  ^ ^


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Kirim email ke