Guru Harus Memahami Autisme pada Anak Media Indonesia - Kesra (12/02/2001 01:33 WIB) JAKARTA (Media): Pengetahuan guru terhadap autisme sangat berperan untuk meminimalisasi gejala gangguan perkembangan tersebut jika autisme ada pada anak didiknya. Paling tidak guru sebaiknya sadar bahwa autisme merupakan kelainan yang membuat seorang anak sulit merespons komunikasi yang dilakukan guru. Hal ini penting karena sikap yang diperlihatkan oleh seorang anak penderita autisme sering menunjukkan ketidakpatuhan yang menyebabkan guru menganggapnya sebagai pembangkangan. Padahal sikap tersebut disebabkan suatu gangguan interaksi sosial yang dimiliki sang anak. Menurut Ketua Jurusan Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Unika Atma Jaya Gerda Wanai, banyaknya guru yang tidak memahami gejala autisme membuat anak-anak penderita gangguan perkembangan tersebut menjadi lebih terisolasi. "Padahal intervensi dini pada anak-anak autisme dapat mengurangi perbedaan yang diderita jauh lebih besar. Sementara jika tidak dilakukan justru akan membuat gangguan tersebut semakin dalam," kata Gerda di sela-sela workshop Pelatihan Mengatasi Autisme pada Anak yang diselenggarakan FKIP Unika Atma Jaya bekerja sama dengan Yayasan Penanganan Autisme (YPA) dan Intervention Services for Autism and Development Delay (ISADD), Sabtu (10/2). Untuk menangani masalah autisme ini, menurut Gerda, diperlukan suatu pendidikan terpadu khusus bagi anak-anak autisme. Dalam arti penderita autisme tetap berada di sekolah umum, namun mendapatkan perhatian lebih dengan ditempatkan pada kelas yang jumlah muridnya lebih sedikit. Selama ini, lanjut Gerda, ada semacam kontradiksi bagi anak autisme. Di satu sisi orang tua penderita merasa anaknya normal karena tidak ada kecacatan fisik, sehingga mereka memasukkan anaknya di sekolah umum. Di sisi lain di sekolah umum anak-anak autisme tidak dapat berinteraksi sehingga sulit menerima pelajaran. Yang terjadi selanjutnya, kata Gerda, penderita autisme dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa C (SLB yang ditujukan bagi penderita keterbelakangan mental). "Padahal dengan dimasukkan ke SLB C, perkembangan anak autisme justru menurun. Karena secara mental mereka sebenarnya tidak apa-apa. Brain mereka ada, namun mereka egois, sibuk sendiri dengan sesuatu, dan tidak dapat berinteraksi. Kalau digabung dengan anak-anak yang terbelakang mental, ya malah mundur." Nawangsari PT. Indosat - Medan Merdeka Barat 21 Bagian Apjastel >> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]