Ibu Ike,
Pada prinsipnya saya setuju pendapat ibu. Tapi bila ibu membaca email
saya dulu mengenai pengalaman saya di rs tsb, maka ibu akan tahu bahwa
di rs tsb tidak ada jalur complainnya. Demikian sehingga menurut saya
memang ada sesuatu yang tidak beres pada manajemennya.
Beberapa tahun lalu saya menjalani CT-scan yang biayanya sangat mahal di
rs tsb dan setelah itu check lagi ke spesialis THT juga di rs tsb. Pada
saat daftar, nama saya ada di urutan 1 (satu) kemudian ternyata ada
orang lain yang lebih dulu masuk ruang dokter. Maka saya complain ke
suster dan dikatakan tunggu saja. Tentu saja saya tolak mentah-mentah.
Pada saat saya ingin complain, saya temukan bahwa kotak complainnya
tidak dikunci dan tidak ada isinya. Lalu saya tanya dimana dokter atau
manager on duty, tapi dibilang tidak dapat ditemui (saya sudah lupa
alasan jelasnya).
Dengan demikian saya simpulkan sendiri bahwa tidak ada yang dapat
diperbuat lagi untuk melakukan complain langsung dan saya pindah ke
rumah sakit lain saat itu juga.
Regards

Ike Sriatie wrote:

> Salam
>
> Dari lubuk hati yang paling dalam, saya merasa ikut
> berduka cita untuk Ibu Maimun Utami dan Keluarga
> Semoga Ibu tetap tabah.
>
> Saya ingin juga ber-curhat, karena membaca curhat Ibu
> Maimun, terasa ada sesuatu yang hilang, yaitu beberpa
> hal yang sebaiknya Ibu Maimun laukan tetapi tidak
> dilakukan.
>
> Pertama: karena anak Sitti Fadilla Dwi Bachri, menurut
> Ibu Maimun meninggal dunia pada tanggal 9 Maret 2001,
> dan ibu bercurhat setelah 12 hari kemudian.  Kedua:
> Ibu Maimun tidak mengemukakan bagaimana sikap ibu
> terhadap RS tersebut dan dokternya pada saat ketika
> anak ibu meninggal dunia, apakah ibu sudah
> mempermasalahkannya seketika atau keesokan harinya
> atau dua hari setelahnya.  Ini tidak ibu ceritakan.
>
> Ketiga:  kalau sudah ibu Maimun lakukan, apa yang
> dikemukakan oleh RS MMC terhadap keluhan ibu ?
> kemudian apakah Ibu Maimun puas, atau setengah puas
> atau tidak ditanggapi sama sekali sehingga Ibu Maimun
> harus melakukan curhat - yang walaupun menurut Ibu
> Maimun agar dapat diambil pelajaran bagi kita semua,
> tetapi juga berdampak menyebarkan cerita dari sudut
> pandang Ibu Maimun yang kebenarannya haruslah terlebih
> dahulu dikaji secara berimbang dengan keterangan dari
> dokter (dan Rumah Sakit) yang menanganinya ?
>
> Dari pengalaman saya sebagai mantan perawat dibeberapa
> rumah sakit lebih dari 25 tahun mengabdi, banyak
> kejadian-kejadian yang dinilai oleh awam salam, tetapi
> dari segi keperawatan dan kedokteran adalah tidaklah
> persis demikan oleh karena itu apabila ibu Maimun
> merasa tidak puas dalam pelayanan rumah sakit
> tersebut, sebaiknya yang harus menilai adalah pihak
> ketiga yang berkaitan dengan profesi keperawatan
> ataupun kedokteran atau perumahsakitan seperti DepKes
> atau IDI atau apabila ibu Maimun yakin ada malpraktek
> pada rumah sakit tersebut, sebaiknya ibu Maimun
> melaporkan kepada pihak kepolisian sehingga
> permasalahannya bisa berjalan atas dasar Hukum dan
> bukan penghukuman sebelum dimulainya pengusutan.
>
> Dari curhat yang dikemukakan oleh Ibu Maimun, terdapat
> banyak tanggapan juga yang tidak proporsional sehingga
> berkesan bukan memberikan pencerahan seperti yang ibu
> Maimun maksudkan dalam curhatnya - yang menginginkan
> agar kita semua tertib dalam memperjuagkan hak-hak
> kita, berubah menjadi suatu tindakan mengipas bara api
> agar terjadi 'kebakaran' yang lebih besar
>
> Ibu Maimun sudah kehilangan buah hati yang sangat
> dicintainya, Ibu Maimun bercurhat dengan mengemukakan
> tidak menyalahkan siapa-siapa.  Itu hak Ibu Maimun,
> tetapi apakah hak itu dipergunakan dengan tepat ?
> Rasa-rasanya itu tidak benar karena dengan curhat Ibu
> Maimun yang telah diposting di list-ini dan mungkin
> juga telah di forward oleh anggota list ini ke m-list
> yang lain, maka Ibu Maimun dengan tidak sengaja sudah
> menghukum dokter dan rumah sakit tersebut kecuali
> apabila Ibu Maimun tidka menyebutkan mana dokter dan
> nama RS yang dimaksud.
>
> Entah Ibu Maimun sadar atau tidak bahwa tentu di RS
> manapun bekerja banyak dokter yang juga memiliki
> keluarga yang harus dihidupinya dan juga beratus
> perawat serta karyawan yang juga memiliki keluarga
> yang bergantung kepadanya, juga di RS MMC, sedangkan
> menurut cerita Ibu Maimun, sebelumnya tidak pernah
> mengklain RS dan dokter dimaksud untuk mendapatkan
> penjelasan yang pantas, bahkan menuntut tanggung jawab
> mereka.
>
> Sekarang banyak LSM atau LBH atau lembaga perlindungan
> konsumen yang siap membantu ibu Maimun - yang kalau
> memang ibu Maimun bersungguh hati merasa tidak puas
> atas pelayanan yang diberikan sehingga menyebabkan ibu
> Maimun kehilangan buah hati yang sangat dicintainya.
> Langkah ini tidak dilakukan Ibu Maimun karena menurut
> beliau, tidak hendak menyalahkan siapaun, tetapi kalau
> dibaca dengan seksama curhat Ibu Maimun, rasanya tidak
> menyalahkan siapa-siapa ini kurang benar.  Atau apakah
> Ibu Maimun ini sudah tahu kalau untuk maksud tersebut
> nantinya harus ada otopsi ?
>
> Saya sangat setuju agar dilakukan tindakan terhadap
> dokter siapaun dan rumah sakit manapun yang tidak
> menjalankan profesinya dnegan semestinya sehingga
> merugikan pasien, tetapi hendaknya ini dilakukan
> penyelidikan secara profesional bukan atas dasar
> curhat semata.
>
> Dari tanggapan RS MMC, ternyata dikemukakan bahwa
> curhat ibu Maimun tidaklah tepat demikian, untuk itu
> harus ada pihak ketiga yang obyektif untuk menilainya.
>
> Saya merasa heran juga, mengapa ada pendapat terhadap
> sikap RS MMC yang tidak bersedia menyerahkan audit
> medis kepada ibu Lita Agustian yang bukan dari pihak
> berkepentingan, dengan disertai permohonan pengertian
> dari RS MMC agar dapat memakluminya.  Saya pikir
> 'pemelesetan' makna bahwa 'harap anda maklum karena
> anda bukan pihak yang berhak untuk mendapatkan audit
> medis' menjadi 'harap maklum atas kematian anak Ibu
> Maimun' sangatlah tidak bermoral.
>
> Saya melihat sikap diam RS MMC dapat dimengerti karena
> ibu Maimun sendiri tidak pernah datang dan mengajukan
> komplain, tetapi dengan sikap ibu Maimun yang tidak
> mau
> mengeluh secara langsung, hendaknya RS MMC lebih
> proaktif untuk mengundang ibu Maimun untuk mengkaji
> masalah ini dan apabila perlu dimoderatori oleh IDI
> atau DepKes.
>
> Akhir kata, apakah karena memeng sekarang sedang jaman
> tidak tertib hukum maka 'trial by internet' juga kita
> terima sebagai 'harap maklum' ?  Lalu mau kemana
> bangsa kita ?
>
> Salam,
>
> Ike Sriatie - yang tetap mencintai profesi perawat.
>


>> kirim bunga ke negara2 di Asia? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke