bulan ke-3
----- Original Message -----
From: sonya chaterina <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, May 11, 2001 3:29 PM
Subject: [balita-anda] Fw: Cerpen: -= Bulan =- (3)


> > ***Bagian 3.....
> >
> > Berulang-ulang Dian  menengok resep masakan yang dipegangnya.
> > "Hmm.., tambah garam lagi. Trus, bumbu masak... nah, apa lagi?
> > Oya, kecap...hmmm, rasanya sudah.. ha.. siapa bilang aku Dian anak
> Datuk
> Sutan
> > Rangkayo tak bisa memasak..? Biar Baringin Sati, Lembah Harau jadi
> saksi..
> aku
> > Dian Kaharudin, bisa memasak.." celetuk Dian memuji dirinya sendiri.
> > "Anak-anak.., ayo.., Ayah sudah masak untuk kalian..," teriak Dian.
> > Asiik.., ayah masak.., Senja dan Fajar berlarian menuju ruang makan.
> > Dian tersenyum lebar sekali. Hari Ahad yang menyenangkan pikirnya.
> > "Nah,sekarang baca doa dulu..."
> > "Allahumma bariklana fima razaqtana wakina adzabannarr.."
> > Ketika Fajar menyuapkan sendok pertamanya ke mulut. Dian memperhatikan
> > dengan cermat wajah Fajar. Alis mata Fajar berkerut. Tiba-tiba
> "heeek!!!"
> > Fajar muntah. Dian terbelalak.
> > "Heeek..asin ayah.., rasanya aneh!!!" protes Fajar. Dian menengok
> Senja,
> > siapa tahu merasakan enak. Tapi, wajah Senja juga menunjukkan ekspresi
> yang
> > sama. Tidak enak!!!
> > Selera makan Dian langsung lenyap.
> > "Assalamu'alaikum..," terdengar salam di pintu depan.
> > "Ha..itu, Oom Tommy, yah?! Fajar buka pintunya, ya?" pinta Fajar.
> > Dian mengangguk.
> > "Lho... sedang sarapan rupanya. Hmmm, boleh juga Oom ikut ya?!"
> > Mata Dian sedikit berbinar. Siapa tahu Tommy merasakan enak masakannya.
> > Tommu menciduk sayur. Dian menatapnya. Senja dan Fajar pun menatapnya.
> > Mereka menunggu.
> > "Hueeek...rasanya seperti nano-nano, manis asem asiiinnn...," teriak
> Tommy
> > spontan. Dian menghembuskan nafas kesal.
> > "lho, ini Uda yang masak? Aduh Uda.. maaf, tapi memang rasanya begitu
> > kok..," celetuk Tommy membela diri.
> > "Ya, sudah.., tolong belikan lauk sana Tom, nanti dua prajurit kecil
> ini
> > nggak  mau makan," perintah Dian.
> > "Iya dehh..."
> >
> > ***
> >
> > Begitulah Bulan.., aku tidak bisa mengurus rumah tangga sepertimu..,
> > aku tidak bisa telaten sepertimu.., tidak bisa sabar sepertimu..,"
> suara
> Dian
> > setengah berbisik. Digenggamnya erat jemari istrinya yang diam
> terbaring.
> >
> > Dian menatap wajah pucat milik Bulan. Ya  Allah.., kenapa peristiwa itu
> > menimpa istriku? Kenapa bukan menimpaku saja...
> > Bulan sudah koma selama dua hari, setelah ia dirawat hampir satu bulan
> > karena pendarahan otak, sepedanya ditabrak orang yang tidak bertanggung
> jawab!
> >
> > "Bulan.., jangan pergi., aku membutuhkanmu, Senja, Fajar dan si kecil
> > Bayu..Aku berjanji membantumu mengurus mereka. Jika engkau sembuh, biar
> > aku yang mencuci pakaian, aku janji akan  mengembalikan buku-buku ke
> > tempatnya jika selesai kubaca, aku tidak akan menginjak lantai yang
> sedang
> > kau bersihkan, aku janji.., tapi jangan pergi..," pinta Dian lirih.
> > Diamatinya wajah Bulan lama-lama. Seakan menanti sebuah keajaiban di
> sana.
> > "Ya Allah..jangan ambil istriku.."
> > Tak lama kemudian Dian melantukan surat Yassin, disamping istrinya.
> Pelan,
> > dengan nada-nada gamang.
> > Ketika hampir selesai surat Yassin dibacanya. Tiba-tiba Dian merasakan
> > jemari Bulan yang ada dalam genggamannya bergerak. Dian tesentak!
> > Ditatapnya wajah istrinya. Ya Allah..tunjukkan kebesaran-Mu.
> > Oh, kelopak mata istrinya bergerak-gerak!!
> > "Susterrr...!!!" teriak Dian histeris.
> >
> > ***
> >
> > Beberapa hari kemudian...
> > "Bunda..., tolong boneka Nja kakinya copot..," teriak Senja.
> > "Bunda tempat pensil Fajar mana????"
> > Bulan tergopoh-gopoh mendapatkan mereka, meninggalkan lantai yang
> sedang
> > dibersihkannya. Bayu tiba-tiba menangis. Bulan tersenyum sambil
> memberikan
> > tempat pensil pada Fajar dan memperbaiki kaki boneka milik Senja.
> > "Assalamu'alaikum.. ini ayah pulang," tanpa melepas sepatunya, kaki
> Dian
> > melangkah menjejak lantai yang sudah dipel, meninggalkan pola-pola
> tertentu
> > dari lumpur kotor.
> > Dan seperti biasa, Bulan hanya tersenyum.
>
> -selesai-
>
>
>
> >> Mau kenduri di kantor? Perlu nasi tumpeng? klik,
http://www.indokado.com
> >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
> Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>


>> Mau kenduri di kantor? Perlu nasi tumpeng? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



Kirim email ke