Absolutely......kita tidak bisa 100% menghindari tv.
Tapi yg cukup menarik dari artikel itu:

Timbul pertanyaan, apa yang terjadi pada anak yang sedang tumbuh dan
berkembang jika mereka dipapari rangsangan audio dan visual pada saat
bersamaan? 
Berapa banyak kemampuan otak yang hilang atau bahkan tidak berkembang akibat
kebiasaan itu?

Kalimat diatas tidak membicarakan materi acara tetapi lebih kepada
rangsangan audio dan visual dari tv saat bersamaan.......kemudian..

Pertanyaannya kemudian, apa kerugian otak dengan menonton televisi?
Televisi sesungguhnya hanya memberikan informasi kepada dua indera: mata dan
telinga. Padahal ketajaman visual dan pandangan tiga dimensional pada anak
belum berkembang sepenuhnya sampai usia empat tahun. Gambar yang dihasilkan
layar televisi itu gambar dua dimensi, tidak fokus dan kabur karena tersusun
dari titik-titik sinar. Itu membuat mata anak-anak harus memaksa diri agar
gambar menjadi jelas.

. . . . . . .coba simak artikel selanjutnya.

Kemampuan untuk memusatkan perhatian juga mengandalkan sistem visual ini.
Sementara itu gambar-gambar televisi yang berubah secara cepat tiap 5 - 6
detik pada kebanyakan tayangan acara dan 2 - 3 detik pada iklan, membuat
otak pikir tidak punya kesempatan memproses image. Padahal otak pikir perlu
5 - 6 detik untuk memproses gambar begitu mendapat stimulus.


.......kemudian pada tulisan selanjutnya

Bagaimana dengan Sesame Steet, misalnya? Bukankah acara itu mendidik dan di
sana anak diajari cara membaca?
Sesame Street dan kebanyakan acara televisi untuk anak, papar Susan,
meletakkan belahan otak kiri dan sebagian belahan otak kanan ke dalam
gelombang alfa (slow wave of inactivity). Televisi membius fungsi-fungsi
otak pikir dan merusak keseimbangan serta interaksi antara belahan otak kiri
dan kanan.

........seterusnya..

Karena itu terjadi dalam tubuh tanpa diikuti gerakan-gerakan yang sesuai
dari anggota badan, maka acara-acara TV tertentu sesungguhnya meletakkan
kita ke dalam suatu keadaan stres atau kecemasan kronis. Berbagai studi
menunjukkan, pada orang dewasa yang mengalami stres kronis pertumbuhan
belahan otak kirinya terhenti (atrophy).
Ketika otak anak dipapari rangsangan visual sekaligus suara, yang diserap
hanyalah visualnya. Ilustrasi tentang fenomena ini dapat dilihat pada
sekelompok anak (6 - 7 tahun) yang disuguhi tontonan video yang suaranya
tidak sesuai dengan gerakan visualnya. Begitu ditanya, mereka tidak ngeh
kalau suara dan gambarnya tidak klop. Itu artinya, mereka tidak menyerap isi
tontonannya. Begitu pula dengan Sesame Street

....dan disambung keterangan lain pada artikel selanjutnya.

Coba deh bapak/ibu sekalian baca artikel tersebut sekali lagi.
Isi dari artikel tersebut lebih memaparkan efek audio visual yg dikeluarkan
oleh TV bukan hanya materi dari acara tv itu sendiri.
Memang pada artikel tersebut tdk menganalisa segi positif dari tv  seperti
yg dikatakan pa' Taufan, apa karena negatifnya > positifnya ???

But anyway..........semua itu diserahkan kepada kita semua selaku orangtua.
Yg mana, sudah pasti akan memberikan yg terbaik kepada anak2 kita, untuk
tumbuh dan berkembangnya.


Regards,
abdillah



                -----Original Message-----
                From:   [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]
                Sent:   Friday, April 05, 2002 10:17 AM
                To:     [EMAIL PROTECTED]
                Subject:        RE: [balita-anda] RE: Komentar saya ( was :
Matikan saja TV anda)

                -----Original Message-----
                From: Taufan Surana
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]
                Sent: Friday, April 05, 2002 8:37 AM
                To: [EMAIL PROTECTED]
                Subject: [balita-anda] RE: Komentar saya ( was : Matikan
saja TV anda)

                

Kirim email ke