Semoga bisa membantu, Pak Bekti & rekan2 yg lain...

--------------------------------------------

Keguguran Berulang dan Sindrom Antifosfolipid
dr Andon Hestiantoro 

KEGUGURAN merupakan kegagalan kelangsungan proses kehamilan secara 
spontan pada usia lebih dini atau sama dengan 20 minggu. Dari seluruh 
kehamilan, kejadian keguguran sebanyak satu kali dapat dialami oleh 
sekitar 15-20 persen perempuan. Umumnya keguguran terjadi pada usia 
kehamilan di bawah 13 minggu. 

Keguguran akan menjadi masalah yang serius jika terjadi berulang. 
Kriteria keguguran berulang adalah jika terjadi keguguran berulang 
sebanyak lebih dari 3 kali berturut-turut. Dari seluruh kehamilan 
yang ada maka angka kejadian keguguran berulang adalah sekitar 0,5-1 
persen. 

Banyak hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran yang 
berulang tersebut. Faktor kerja berat, olahraga, atau hubungan 
sanggama, ternyata tidak menjadi penyebab terjadinya keguguran 
kehamilan.

Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab keguguran berulang antara 
lain :

1. Kelainan kromosom atau genetik (15 persen), 
2. Infeksi pada rahim seperti bakterial vaginosis, klamidia atau 
infeksi TORSH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus atau herpes) (1-4 
persen),
3. Kekurangan hormon progesteron, penyakit diabetes melitus dan 
penyakit kelenjar gondok (15 persen), 
4. Kelainan pada organ rahim seperti sekat pada rahim, miom atau 
polip (11 persen),
5. Penyakit imunologi seperti sindrom antifosfofolipid (5 persen),
6. Masih belum diketahui (50 persen). 

Upaya diagnostik

Untuk mengetahui penyebabnya secara lebih pasti maka dokter haruslah 
melakukan beberapa pemeriksaan terkait secara lengkap. Pemeriksaan 
darah pasangan suami istri dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan 
kromosom, kadar hormon progesteron serum, kadar antibodi terhadap 
TORSH, kadar gula darah, dan kadar hormon tiroid. Pada kasus infeksi 
TORSH ini haruslah dilakukan analisis yang lebih mendalam. Abortus 
hanya diakibatkan oleh infeksi yang baru terjadi dan bukanlah oleh 
infeksi yang telah lampau, sehingga pengobatan yang tidak perlu dapat 
dihindari.

Untuk mengetahui adanya infeksi pada daerah mulut rahim dapat 
dilakukan pengambilan contoh lendir mulut rahim dan dilakukan 
pemeriksaan terhadap keberadaan mikroorganisme yang abnormal. Dengan 
alat bantu ultrasonografi (USG) dapat diketahui bentuk dan ukuran 
rahim, adanya miom di dinding rahim atau polip dalam rongga rahim. 
Jika terdapat kecurigaan adanya sekat pada rahim, dapat digunakan 
alat bantu lainnya yaitu alat teropong ke dalam rahim (histeroskopi).

Sindrom antifosfolipid

Sindrom antifosfolipid merupakan kumpulan gejala penyakit yang 
terkait dengan kerusakan beberapa organ akibat tidak terkendalinya 
antibodi terhadap unsur fosfolipid yang berada di dalam tubuh kita.

Fosfolipid adalah unsur yang sangat penting karena merupakan bagian 
utama dari dinding sel. Fosfatidil serin, fosfatidil inositol, asam 
fosfatidat, dan kardiolipin, merupakan fosfolipid yang bermuatan 
negatif, sedangkan fosfatidilkolin dan fosfatidil etanolamin 
bermuatan netral. Oleh karena kelainan tertentu maka tubuh akan 
membentuk zat antibodi yang kemudian akan menyerang atau merusak 
secara spesifik terhadap unsur fosfolipid ini, terutama fosfolipid 
yang bermuatan negatif. Dalam hal ini kerusakannya akan membawa 
dampak yang sangat buruk.

Beberapa kelainan yang dapat ditimbulkan akibat antibodi 
antifosfolipid yang tidak terkendali tersebut adalah trombosis arteri 
dan vena, trombositopenia, keguguran spontan yang berulang, kematian 
janin, pertumbuhan janin terhambat, preeklamsia, infertilitas, 
stroke, emboli paru, kelainan kulit, penyakit jantung infark, 
kelainan katup jantung, anemia hemolitik, dan masih banyak lagi. 
Sindrom antifosfolipid juga mempunyai hubungan yang erat dengan 
penyakit autoimun lainnya yaitu penyakit lupus.

Keguguran berulang

Walaupun sudah diketahui bahwa antibodi antifosfolipid dapat 
menyebabkan terjadinya keguguran yang berulang, namun kita harus 
menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang dapat menjadi penyebab 
terjadinya keguguran berulang tersebut. Untuk menghindari pengobatan 
yang tidak tepat, haruslah terlebih dahulu dicari penyebab selain 
antibodi antifosfolipid, seperti kelainan organ rahim, kelainan 
kromosom, atau kelainan hormon. Jika tidak ditemukan, upaya 
diagnostik dapat ditujukan kepada kemungkinan sindrom antifosfolipid.

Sindrom antifosfolipid haruslah memenuhi kriteria yang diputuskan 
oleh para ahli pada simposium internasional ke-8 tentang antibodi 
antifosfolipid, 10 Oktober 1998 di Sapporo, Jepang, yaitu :

I. Kriteria klinik

1. Trombosis di pembuluh darah

Terdapat satu atau lebih episoda trombosis di arteri, vena atau 
pembuluh darah kecil, di jaringan atau organ. Diagnosis trombosis 
menggunakan pemeriksaan radiologi, pemeriksaan doppler atau 
histopatologi. 

2. Morbiditas pada kehamilan

a. Satu kali atau lebih kematian janin pada usia kehamilan 10 minggu 
atau lebih, tanpa ditemukan adanya kelainan morfologi janin.

b. Satu kali atau lebih terjadi persalinan prematur janin normal pada 
usia 34 minggu atau kurang karena preeklamsia berat /eklamsia atau 
insufisiensi plasenta.

c. Tiga kali atau lebih terjadi keguguran spontan pada usia kurang 
dari 10 minggu, tanpa disertai kelainan anatomi organ ginekologi atau 
tanpa kelainan hormonal ibu atau tanpa kelainan kromosom kedua orang 
tua.

II. Kriteria laboratorik

1. Antibodi antikardiolipin (ACA) isotipe IgG dan atau IgM, dengan 
kadar positif sedang (IgM 6-50 MPL unit dan IgG 15-80 GPL unit) atau 
kadar positif tinggi (IgM >50 MPL unit dan IgG >80 GPL unit), pada 2 
kali pemeriksaan dengan jarak minimal 6 minggu. 

2. Antikoagulan lupus (LA) positif pada 2 kali pemeriksaan dengan 
jarak minimal 6 minggu. 

Secara definitif, sindrom antifosfolipid dapat ditegakkan dengan 
ditemukannya minimal 1 kriteria klinik, dan 1 kriteria laboratorik. 

Jika telah terbukti adanya kaitan yang erat antara antibodi 
antifosfolipid dan keguguran yang berulang, maka pengobatan saat ini 
yang dianjurkan selain mengobati penyebabnya adalah dengan pemberian 
asam asetosalisilat atau aspirin dosis rendah 81 mg. Pada kasus yang 
berat dapat dilakukan kombinasi dengan suntikan heparin. * 




To unsubscribe : [EMAIL PROTECTED]

 

Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/ 



Kirim email ke