Rumah Sakit-rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa, chususnya Tionghoa Ie Wan-satu kontribusi masyarakat Tionghoa (Bagian IX) Rumah Sakit Husada (Jang Seng Ie) adalah rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa sebelum Perang Dunia kedua dimulai dengan poliklinik di Raya mangga Besar no. 137-139, dan sekarang menjadi rumah sakit yang modern dan luas. Rumah Sakit Husada, mempunyai alat-alat kedokteran yang canggih seperti MRI dan juga Multi Slice CT Scan. Rumah sakit Husada adalah rumah sakit daerah setelah RSUP Dr. Tjipto Mangunkusumo. Saat ini RS Husada sedang terus diupgrade menjadi sebuah RS yang modern tetapi bukan dengan tujuan mencari untung, Dr. Lie Dharmawan, seorang ahli bedah lulusan Jerman dan kawan-kawan beliau memperjuangkan agar Rumah sakit Husada tetap berjalan sesuai dengan visi dan misi pendirinya Dr. Kwa Tjwan Sioe. Saya dikenalkan dengan Dr. Lie melalui pak Benny Setiawan yang saya kenal baik. Pak Benny G. Setiono adalah penulis dari buku yang terkenal diIndonesia yang berjudul "Tionghoa dalam pusaran politik". Buku ini adalah salah satu buku yang saya kira paling komplit mengenai sejarah orang Tionghoa di Indonesia. Dan saya harap agar pemuda-pemudi Tionghoa membaca buku beliau bagaimana perjuangan generasi tua kita berjuang dan memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara Indonesia. Pembicaraan saya sewaktu kunjungan-kunjungan saya tidak hanya mengenai rumah sakit saja, tetapi juga dengan beberapa universitas-universitas yang dibangun oleh masyarakat Tionghoa. Universitas-universitas ini adalah universitas yang berkwalitas dan mempunyai berbagai fakultas-fakultas yang penting, hanya universitas kedokteran dan kedokteran gigi agak kurang jumblahnya. DiSurabaya sepengetahuan saya tidak ada satu universitas yang dibangun oleh masyarakat Tionghoa yang mempunyai fakultas kedokteran. Universitas yang terkenal di Surabaya ialah universitas Res Publica yang kemudian oleh pemerintahan Orba diambil alih dan sekarang menjadi universitas dengan nama Trisakti (Jakarta), ada fakultas kedokterannya, tetapi tidak ada hubungannya lagi dengan masyarakat Tionghoa dan Universitas Ubaya (Surabaya) tidak ada fakultas Kedokteran, yang di Semarang sudah tidak ada lagi. Universitas (Tionghoa) yang sekarang beken di Surabaya, dan didirikan terutama oleh masyarakat Tionghoa kristen ialah Universitas Kristen Petra, di universitas ini hampir semua fakultas ada terkecuali fakultas kedokteran, kedokteran gigi dan hukum. Juga diuniversitas Wydia Mandala Surabaya pemimpinnya kebanyakan terdiri dari orang Tionghoa katholik, disini terdapat dua famili saya, tidak ada fakultas kedokteran. Untuk komplitnya dari tulisan ini saya akan membicarakan disini tentang kesulitan-kesulitan bagi rakayat Indonesia dalam menghadapi kekurangan ahli-ahli kedokteran. Kita lihat setiap tahun ratusan, mungkin ribuan penderita-penderitn penyakit kanker, pembuluh-darah dan jantung etc. dari Indonesia yang ke luar negeri, pertama-tama ke Australia, dan achir-achir duapuluh tahun ini mereka umumnya ke Singapore, dan jumblah yang lebih sedikit lagi ke Malaisia. Ini karena mereka dianjurkan oleh spesialis yang mengobatinya. Karena banyaknya penderita-penderita, dari segala tingkat masyarakat yang berobat kesana, sehinga terjadilah semacam otomatisme; setiap orang yang terserang penyakit serius langsung pikirannya akan berobat ke Singapore. Jelaslah penderita yang bisa kesana adalah penderita-penderita yang mampu, yang tidak mampu harus trima pengobatannya di Indonesia. Tetapi ada juga penfderita yang suaminya atau istrinya berasa tanggung jawab pada partner hidupnya memaksa menjual segala yang ada untuk pengongkosannya kesana. Sayang sekali karena penyakit cancer yang sudah menjalar tidak dapat ditolong lagi. Tetapi mereka berasa puas yang telah mengusahakan segala kemungkinan untuk menolong kecintaannya! Dr. Han Hwie-Song