Julukan-julukan Sandiaga yang Menuai Kontroversi
Reporter:
Dewi Nurita
Editor:
Amirullah
Sabtu, 27 Oktober 2018 12:35 WIB
Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, berdiskusi sambil ngopi bareng
dengan kalangan milenial dan emak-emak di Cafe Kabeuki, Sirnagalih, Kota
Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin, 15 Oktober 2018. Dalam kampanyenya,
Sandiaga Uno berjanji akan mengembangkan ekonomi kreatif di Tasikmalaya
untuk mengurangi pengangguran, serta meminta peran emak-emak dan kaum
milenial supaya menjadi lokomotif pertumbuhan di Indonesia. ANTARA
FOTO/Adeng BustomiCawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, berdiskusi
sambil ngopi bareng dengan kalangan milenial dan emak-emak di Cafe
Kabeuki, Sirnagalih, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin, 15 Oktober
2018. Dalam kampanyenya, Sandiaga Uno berjanji akan mengembangkan
ekonomi kreatif di Tasikmalaya untuk mengurangi pengangguran, serta
meminta peran emak-emak dan kaum milenial supaya menjadi lokomotif
pertumbuhan di Indonesia. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
*TEMPO.CO*,*Jakarta*- Berbagai julukan yang disematkan tim sukses
pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo
Subianto - Sandiaga <https://www.tempo.co/tag/prabowo>Uno terhadap
cawapres mereka, menuai kontroversi dari berbagai kalangan.
*Baca: Kalau Menang Pilpres, Sandiaga Isyaratkan Rekrut Susi Pudjiastuti
<https://pilpres.tempo.co/read/1140405/kalau-menang-pilpres-sandiaga-isyaratkan-rekrut-susi-pudjiastuti>*
Terhitung sejak deklarasi Prabowo - Sandiaga Uno sebagai calon presiden
dan wakil presiden, sudah tiga julukan yang diberikan timses kepada
Sandiaga. Ketiga julukan itu, menuai kritik dari berbagai pihak.
Ujung-ujungnya, Sandiaga meminta agar semua pihak tak ribut dengan
berbagai julukan tersebut.
Berikut tiga julukan untuk Sandiaga yang diberikan oleh timses-nya;
*1. Julukan Santri Post-Islamisme*
Presiden PKS Sohibul Iman, dalam sambutannya saat deklarasi Prabowo
- Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Agustus
lalu, menyebut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sebagai santri
post-Islamisme.
Julukan santri post-Islamisme itu kemudian banyak dipertanyakan di media
sosial. Wakil Ketua Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Dewan Pimpinan
Pusat PKS Sukamta menjelaskan apa yang dimaksud dengan istilah itu dan
mengapa pihaknya menganggap Sandiaga termasuk kriteria tersebut.
*Baca: Sandiaga Tak Mau Bantah-bantahan soal Bung Hatta
<https://pilpres.tempo.co/read/1140393/sandiaga-tak-mau-bantah-bantahan-soal-bung-hatta>*
Menurut Sukamta, salah satu ciri Sandiaga yang bisa dilihat sebagai
sosok santri post-Islamisme adalah kedekatan dengan tokoh-tokoh agama.
"Kedekatan dengan ulama dan perilaku Islami yang menunjukkan kesalehan
pribadi itu bagian tidak terpisahkan," katanya lewat pesan singkat
kepada /Tempo/, Sabtu, 11 Agustus 2018.
Sementara itu, Sandiaga sendiri sempat mengaku bingung dengan julukan
yang tiba-tiba disematkan kepada dirinya itu. "Saya juga baru mendengar
malam itu, karena saya tidak pernah di pesantren," kata Sandi dalam
sebuah acara televisi swasta pada Agustus lalu.
*2. Julukan Ulama*
Usai kebingungan Sandiaga yang tiba-tiba dijuluki santri, gelar baru
kembali diberikan kepada dirinya oleh Wakil Ketua Majelis Syuro Partai
Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid pada September lalu. Hidayat NUr
Wahid menyebut Sandiaga sebagai ulama. Gelar tersebut, menurut Hidayat,
untuk mengejawantahkan terminologi ulama sebagai seseorang yang memiliki
keahlian khusus. Hidayat pun mantap menyebut Sandiaga sebagai ulama
lantaran dinilai memiliki keahlian khusus di bidang ekonomi, bisnis, dan
relasi.
*Baca: Kampanye Akhir Pekan, Sandiaga Bernostalgia di SMA Pangudi Luhur
<https://pilpres.tempo.co/read/1140390/kampanye-akhir-pekan-sandiaga-bernostalgia-di-sma-pangudi-luhur>*
Lagi-lagi, hal tersebut menuai perdebatan. Sampai-sampai sebuah televisi
swasta menggelar acara dengan tema khusus mengupas gelar Ulama Sandiaga.
Ujungnya, Sandiaga Uno tak mau berpanjang lebar soal polemik dirinya
yang disebut ulama oleh Hidayat Nur Wahid. Sandiaga pun meminta
masyarakat tidak terjebak pada polemik seputar definisi ulama itu.
"Definisinya mungkin berbeda-beda. Saya minta masyarakat tidak
terombang-ambing terhadap definisi," kata Sandiaga di Balai Kartini,
seperti dikutip dari tim pemenangannya di Jakarta, Kamis, 20 September 2018.
*3. Julukan ‘The New Bung Hatta’*
ADVERTISEMENT
Julukan Sandiaga sebagai ‘The New Bung Hatta’ atau bagian baru dari Bung
Hatta muncul dari koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional
Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Topik soal Bung Hatta ini kemudian mencuat dibincangkan di media sosial
sejak tiga hari terakhir karena cucu ketiga Bung Hatta, Gustika Jusuf
Hatta, melayangkan keberatan atas klaim Dahnil soal Sandiaga yang
disebut merupakan representasi baru Bung Hatta, lewat akun twitter-nya.
Gustika berkicau, Bung Hatta tak bisa disamakan dengan siapa pun.
Bahkan, kata dia, dengan orang yang memiliki hubungan kekerabatan sekali
pun.
Sandiaga Uno memilih emoh menanggapi perseteruan Gustika Jusuf Hatta
dengan Dahnil Anzar Simanjuntak. Ia mengaku sungkan berbantah-bantahan
soal citra dirinya yang dianggap sebagai cerminan baru dari sosok
prolamator itu. Menurut dia, ujaran Dahnil soal "Sandiaga adalah Bung
Hatta" bukan bermaksud menggambarkan sosoknya dengan wakil presiden
pertama di Indonesia itu. Namun, kata Sandiaga, mereka sekadar
memimpikan sosok Bung Hatta.
"Semua (orang) sangat meneladani dan mengidolakan Bung Hatta sebagai
proklamator," kata Sandiaga saat ditemui seusai berolahraga di lapangan
basket SMA Pangudi Luhur, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Oktober 2018.
*DEWI NURITA l FRANSICA CHRISTY*
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com