-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2000-menimbang-ulang-relaksasi-psbb



Selasa 05 Mei 2020, 05:00 WIB

Menimbang Ulang Relaksasi PSBB

Administrator | Editorial
 

BANGSA yang bijak adalah bangsa yang tak gegabah dalam setiap langkah, apalagi 
gampang mengulang kesalahan. Pun ketika sedang menghadapi perang besar melawan 
covid-19, sudah semestinya bangsa ini tak lagi membuat kekeliruan dalam 
strategi.

Di awal-awal ekspansi covid-19, sebagian elite membuat ke salahan cukup fatal. 
Ketika virus korona telah menjajah banyak negara termasuk sebagian besar 
kawasan Asia Tenggara, mereka ma lah bersikap terlalu percaya diri. Alihalih 
sigap menyiapkan antisipasi, mereka justru sibuk dengan narasi-narasi denial.

Beragam narasi mereka sampaikan. Indonesia kebal terhadap virus covid-19 atau 
virus itu tak tahan di iklim tropis. Ketika akhirnya ada warga negara Indonesia 
positif terpapar korona di Tanah Air, negara sedikit gagap dalam bertindak.

Pemerintah kemudian memang mengerahkan seluruh sumber daya untuk menghadapi 
korona. Berbagai langkah dan kebijakan diambil untuk secara bersama-sama 
mengenyahkan virus menular nan mematikan itu dari bumi Indonesia.

Hasilnya juga tak sia-sia, paling tidak dalam beberapa hari terakhir ada 
progres menggembirakan karena penularan korona mulai bisa ditekan. Kepada 
pemerintah dan seluruh elemen bangsa yang berjuang melawan korona, kita 
menyampaikan apresiasi.

Akan tetapi, kita juga perlu menegaskan bahwa perang melawan korona masih 
panjang, bahkan belum diketahui kapan akan usai. Karena itu, terlalu prematur 
untuk berpuas diri. Pada konteks itu pula pemerintah perlu diingatkan untuk 
tidak lagi membuka celah kesalahan.

Celah tersebut terbuka ketika Menteri Koordinator Bi dang Politik, Hukum, dan 
Keamanan Mahfud MD mengatakan pemerintah tengah memikirkan adanya relaksasi 
pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. PSBB sudah diberlakukan di banyak 
daerah.

Meski masih jauh dari maksimal, efektivitasnya mulai tampak. Beberapa daerah 
seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat mengakui PSBB cukup efektif dalam menekan 
penyebaran virus covid-19, padahal pelaksanaannya masih diwarnai banyak 
pelanggaran.

Karena itu, belum saatnya dilakukan pelonggaran terhadap PSBB. Selain ancaman 
virus korona masih teramat besar, beberapa alasan  pembenaran relaksasi PSBB 
juga kurang runut. Disebutkan bah wa masyarakat mengeluh karena tak bisa bebas 
beraktivitas selama PSBB. Warga sulit keluar rumah, sulit berbelanja, dan sulit 
mencari nafkah.

Sementara itu, faktanya, meski ada PSBB, masih sangat banyak masyarakat yang 
berada di jalan-jalan dan di pasar-pasar. Alasan lain disebutkan bahwa 
pengekangan lewat PSBB dapat membuat masyarakat stres, yang menyebabkan 
imunitas menurun.

Betul bahwa masyarakat memang tak sebebas biasanya, tetapi itulah cara paling 
efektif untuk memutus rantai pe nularan virus korona. Selama virus korona masih 
mengancam, selama pasien positif terus bertambah dalam jumlah signifikan, PSBB 
pantang dilonggarkan.

Bahkan sebaliknya, harus diperketat agar hasilnya optimal. Betul bahwa PSBB 
sangat berpengaruh pada perekonomian. Relaksasi atas kebijakan itu bisa membuat 
ekonomi berdenyut. Akan tetapi, harus tegas dikatakan, pelonggaran tak bisa 
serta-merta dilakukan.

Harus ada pertimbangan dan perhitungan matang, sangat matang, agar pelonggaran 
PSBB tak malah menjadi bumerang. Koordinasi yang lebih solid dengan kepala 
daerah pun mutlak dilakukan karena merekalah yang lebih paham perlu-tidaknya 
PSBB direlaksasi.

Kita belum tahu kapan perang melawan covid-19 akan berakhir. Bahkan, Presiden 
Joko Widodo kemarin mengingatkan perlunya kita berkaca pada negara lain agar 
tak ada gelombang kedua wabah korona di Indonesia.

Karena itu, kehati-hatian dalam melangkah menjadi keniscayaan, termasuk jika 
ingin merelaksasi PSBB. Jangan pernah lagi membuat kesalahan sekecil apa pun 
karena akibat yang ditanggung rakyat akan sangat besar.
 





Kirim email ke