Ir. Fadel Muhammad Kalau Nani Wartabone adalah tokoh sejarah klasik Gorontalo, maka Fadel Muhamad adalah tokoh sejarah Gorontalo modem. Sebagai gubernur dan provinsi baru yang awal pembentukannya dicibir secara sinis, Fadel Muhamad mampu membuat lompatan jauh ke depan, Gorontalo bisa mandlri, bahkan menjadi daerah yang punya perkembangan paling pesat setanah Sulawesi. Ia mencintai rakyatnya, dan rakyatnya menyayangi dia. Ketika euforia pemilihan kepala daerah (pilkada) mengharu-biru Indonesia, orang mulai ribut soal pemimpin yang ideal, yang mengerti kata hati dan memahami kemauan rakyat. Padahal, jauh sebelum pilkada itu digelar Gubernur Gorontalo Fadel Muhamad telah menemukan formulanya, yang disimpul dalam sebuah tajuk bernama 'Komunikasi Politik Gubernur dengan Rakyatnya. Dalam formula itu, Fadel menemukan empat faktor utama keberhasilan sebuah pemerintahan daerah, baik sebagai gubernur, bupati, walikota, camat bahkan lurah. Diantara faktor-faktor itu, pemimpin dan rakyat harus saling mengerti tentang kehendak masing-masing. "Sebagai gubernur, maka kehendak rakyat itu tercermin melalui DPRD, meialui demo-demo mahasiswa dan LSM. Rakyat juga harus mengerti apa yang saya kehendaki sebagai pemimpin. Tidak boleh mereka berjalan sendiri. Bahasa kasarnya 'jangan sampai rakyat menari dengan genderang orang lain'," jelas Fadel. Diantara kiat Fadel membangun 'komunikasi politik' dengan rakyatnya itu, ia umumkan nomor hand phone pribadinya kepada seluruh rakyat Gorontalo. Sehingga setiap saat semua rakyatnya bisa menyampaikan berita maupun keluhannya dengan SMS, Fadel juga satu-satunya gubernur yang mau berdialog secara langsung dengan rakyatnya melalui live talk di RRI Gorontalo setiap Ahad pagi. Dampaknya bisa ditebak. Bukan hanya ide yang terlontar tapi juga kritik yang memerahkan telinga! Meski demikian, komunikasi politik itu punya efek yang luar biasa, antara Fadel dan rakyat terbina kedekatan yang sulit ditandingi oleh kepala pemerintahan mana pun di tanah air ini. Karena kedekatan ini pula, Fadel tidak sampai hati menutup pintu rumah dinasnya untuk rakyat Gorontalo, Rakyat di sini juga merasa belum sreg jika masalahnya belum diadukan kepada gubernurnya. Tidak sedikit memang yang "menasehati" Fadel, bahwa media komunikasi yang dibangun dengan rakyatnya itu tidak lazim bagi seorang gubernur. Namun, Fade! punya alasan lain, bahwa dia dan seluruh jajarannya di pemerintahan daerah, sesungguhnya bukan pejabat negara tapi pejabat publik. "Sehingga masyarakat harus punya akses kepada pejabat dan semua keluhan masyarakat harus dilayani," demikian Gubernur Fadel. Gubernur Jagung Sebuah kenyataan lain, Fadel Muhamad adalah gubernur yang paling banyak dibicarakan di tingkat nasional. Bukan karena ia sudah populer sebelum menjadi gubernur, namun sepak terjang, ide dan program pembangunannya membuat mata masyarakat negeri ini terbuka. Bahkan, kepopuleran Fadel melebihi nama provinsinya. Sehingga tak jarang orang menyebut, 'Apa Provinsinya Pak Fadel?' bukan 'Siapa Gubernur Gorontalo?' Padahal, pada awal pembentukannya, banyak yang pesimis Gorontalo bisa mandiri dan tidak sedikit yang memprediksikan dalam tiga tahun Gorontalo akan dikembalikan ke provinsi induknya, Sulawesi Utara. Anggapan itu mungkin ada benarnya, karena pada awalnya PAD Gorontalo hanya Rp 7,5 miliar, pendapatan per kapita masyarakatnya berkisar Rp 2 juta per tahun atau sekitar Rp 6.000 per hari per jiwa. Angka-angka itu menjelaskan betapa sulitnya memulai pembangunan di provinsi ini. Angka-angka itu juga jelas, bahwa Gorontaio tertinggal, dan oleh karena itu membutuhkan kiat-kiat khusus agar bisa mengejar ketertinggalannya. Infrastruktur yang ada jauh dari memadai, jalan-jalan ke sentra-sentra produksi pas-pasan, mutu SDM terbatas, perekonomian masyarakat morat-marit. Di sisi lain, dana pusat yang diharapkan menjadi alternatif andalan sulit diharapkan akibat belum pulihnya perekonomian nasional. Kondisi itu makin diperparah oleh pola kerja dan kinerja birokrat yang masih lemah, statis dan bersifat menunggu. Bahkan birokrasi pemerintahan provinsi (pemprov) masih didominasi pola kerja penguasa, bukan birokrasi yang melayani seperti halnya harapan rakyat. Dalam keadaan minus ini, dan ketika Fadel memberanikan diri maju sebagai calon gubernur yang pertama, seorang petinggi yang cukup terkenal di Jakarta, memberinya "nasehat". "Bung Fadel, Anda mengambil resiko sangat tinggi (dengan menjadi gubernur), karena Gorontalo cukup miskin." Namun, Fadel punya sikap lain. Saat dilantik pada Senin 10 Desember 2001 ia berkata, "Saya bermimpi, suatu ketika Gorontalo menjadi salah satu wilayah perdagangan di kawasan timur Indonesia (KTI) yang membanggakan." Fadel rupanya bukan sekadar bermimpi, tapi ia bekerja keras mewujudkan mimpinya itu. Kini, baru empat tar memimpin Gorontalo, mimpi Fadel mulai nyata. Grafik pertumbuhan ekonomi Gorontalo saat ini naik, signifikan, bahkan tertinggi Setiap tahun naik dari 2000, lalu 5,1 persen.di 2001, 6 persen di 2002, 6,7 persen di 2003, dan di 2004 menjadi 7,3 persen. Pendapatan perkapita rakyat juga naik dari Rp 2 juta menjadi rata rata Rp 4 juta. Satu hasil studi menyebutkan, meski Provinsi Gorontalo baru berumur empat tahun, ia sudah bisa menerapkan otonomi daerah yang baik. Itu karena Fadel membuat paradigma 'daerah membangun' bukan 'membangun daerah' di samping punya program yang fokus, yakni SDM, perikanan dan pertanian. Sehubungan dengan dua fokus yang disebut terakhir ini, jagung dan ikan adalah dua komoditas yang dalam empat tahun ini dilambung-lambungkan sebagai brandingnya Provinsi Gorontalo. Dua komoditas ini semakin dipacu lagi dengan program yang disebut Program Agropolitan yang dicanangkan 8 Maret 2002 lalu. Bahkan saking ngetopnya jagung yang identik dengan Gorontalo, Fadel Muhamad pun kerap dijuluki 'Gubernur Jagung'. Industri jagung dari hulu ke hilir yang sudah diperhitungkan secara cermat dibangun. Sebagai gubernur, Fadel menjamin ketersediaan benih unggul dan pupuk dengan harga terjangkau petani, Prasarana dan jalan ke sentra jagung dibangun, demikian pula kebijakan perbankan di Gorontalo, dibangun Fadel untuk mendukung agropolitan jagung ini. Para petani dan Camat dibawa Fadel ke Jawa hingga Thailand untuk belajar memproduksi pertanian yang baik. Hasilnya, spektakuler! Petani Gorontalo mampu menciptakan benih jagung unggul bernama Lamuru FM. Dan, sejak tahun 2002, Gorontalo telah mengekspor jagung ke Malaysia lalu ke Korea Selatan, langsung dari Pelabuhan Gorontalo. Tahun depan, Gorontalo bercita-cita akan mengekspor jagung hingga satu juta ton. Klimaksnya, Presiden RI menunjuk Provinsi Gorontalo sebagai satu dari tujuh provinsi penyangga pangan jagung nasional. Gaung jagung Gorontalo bergema hingga ke luar negeri. Presiden Gambia Alhaji Dr Yahya Jammeh baru-baru ini perlu secara khusus datang ke Gorontalo untuk belajar pada Gubernur Fadel. Dalam kunjungan itu, Presiden Yahya Jammeh mengusulkan segera mendirikan Gambia Gorontalo Corporation yang diharapkan menangani kerja sama pengembangan jagung, industri gula, serta berbagai komoditas pertanian lainnya. Entrepreneurial Government Baru empat tahun Fadel Mu-hamad memimpin Gorontalo, kini daerah-daerah di provinsi itu mulai terlihat mekar. Pendidikan disusun berbasis kawasan, sehingga pelajar dan mahasiswa belajar tentang potensi dan pengembangan Gorontalo. Tidak perlu belajar tentang hal-hal yang tidak dimiliki Gorontalo atau Sulawesi. Kepada rakyat miskin, Fadel menciptakan sebuah program unik sehingga mereka bisa berobat dan bersekolah secara gratis. Staf dan pegawai Pemprov Gorontalo tampak berubah, mulai aktif, semakin bergairah dan bergerak semakin cepat. Bahkan istilah-istilah efisiensi, efektif, kreatif, dan inovatif yang sebelumnya cuma populer di dunia perusahaan kini menjadi bahasa sehari-hari di kalangan staf Pemprov Gorontalo, Tidak ada lagi pegawai yang malas-malasan, tak ada lagi pegawai yang baca koran (kecuali jam istirahat), main catur, atau ngerumpi. Fadel seperti motor yang membuat mereka menjadi bergairah karena ada saja tantangan yang diberikan dan harus mereka jawab serta ada saja persoalan yang harus dipecahkan. Suasana seperti perusahaan muncul di lingkungan kantor gubernur. Semakin kuat dorongan pegawai untuk berprestasi karena di balik itu selalu tersedia reward (penghargaan). Hal lain yang menarik dari Gorontalo, mulai tahun 2004 telah disetujui sistem penyusunan APBD yang berbasis kinerja. Dalam sistem ini pelaksanaan pekerjaan terhindar dari sistem proyek. Semua staf bertanggung jawab dan oleh karena itu berhak atas insentif. Dari eselon tertinggi hingga terendah berhak atas dana insentif yang terendah berkisar Rp 750,000 untuk pangkat golongan I. Bagaimana Gubernur Fadel membangun semua ini? Jawabannya, ia menunjuk model manajemen entrepreneurial government (pemerintahan bervisi wiraswasta) dan masyarakat yang mandiri. Model manajemen ini berisi prinsip kerja keras, bergerak efektif, tidak statis dan hanya menunggu seperti yang biasa melekat dalam manajemen birokrasi pemerintah selama ini. 'Manajemen wirausaha' ini juga sangat efisien dan berani membuat perubahan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan. Selain agropolitan dan SDM di atas, program Gubernur Fadel yang terfokus lainnya berkaitan dengan bidang keuangan. Fadel membuat neraca keuangan daerah yang sangat spesifik sehingga ini menjadi pcmbicaraan tingkat nasional. Apalagi setelah Pemprov Gorontalo melaporkan neraca keuangannya secara terbuka di media nasional Juni lalu, suatu terobosan yang pertama kali terjadi dalam sejarah Indonesia. Karenanya tak heran kalau Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah (BPKP) menjadikan Gorontalo sebagai percontohan dalam hal-hal yang berhubungan dengan penerapan reformasi pengelolaan keuangan daerah. Prestasi Fadel Muhamad membangun Provinsi Gorontalo, sebenarnya bukan sebuah 'temuan sambil jalan'. Sejak awal, suami dari Hj. Hana Hasanah dan bapak dari lima anak ini sudah mencanangkan visinya dalam memimpin pemerintahan daerah, Visi itu, dirangkum dalam sebuah kalimat yang jelas, yakni 'Membangun masyarakat Gorontalo yang mandiri, berbudaya entrepreneur yang bersandar pada moralitas agama'. Kemandirian diukur dengan kemampuan mempertahankan otonomi Provinsi Gorontalo agar tidak kembali ke provinsi induk. Sedangkan budaya entrepreneur diukur dengan kemampuan masyarakat dalam melakukan pembaruan, pengorganisasian, penciptaan sesuatu yang ditujukan untuk mencapai kemakmuran disertai penghitungan risiko. Sementara moralitas agama, adalah suatu keyakinan terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang bersumber dari ajaran agama. "Ini lekat dengan kehidupan religius masyarakat Gorontalo yang menjunjung tinggi falsafah 'adat bersendi syara' dan syara' bersendikan kitabullah," demikian kata Fadel dalam berbagai kesempatan. ___________________________________________________________________________ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/