Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com e-JEMMi -- Campalagian di Indonesia No.04, Vol.16, Januari 2013
Shalom, Banyak orang yang belum percaya mengatakan bahwa pengurbanan Tuhan Yesus di kayu salib merupakan sebuah 'kebodohan'. Bagaimana mungkin Tuhan mau mati bagi manusia? Karena cinta-Nya yang begitu besar bagi manusia, Ia rela mengurbankan diri-Nya agar kita bisa selamat. Melalui renungan kali ini, kita akan belajar untuk melakukan perintah Tuhan, walaupun untuk melakukannya kadang kita harus mengurbankan sebagian dari kepentingan kita sendiri. Simak juga profil Suku Campalagian yang tinggal di Sulawesi Selatan. Selamat membaca. Redaksi Tamu e-JEMMi, Yusak < http://misi.sabda.org/ > RENUNGAN MISI: YANG BODOH DARI ALLAH (1 KORINTUS 1:25) Seseorang berdiri di atas sebuah kayu dan berusaha menjaga keseimbangannya melewati beberapa meja rapuh yang ada di bawahnya, sambil bermain biola. Seorang di antara penonton menyenggol temannya, "Aku heran, mengapa ia bermain biola di depan umum. Padahal ia tidak mahir dalam memainkannya." Ini merupakan contoh bagaimana orang-orang memberi penilaian terhadap pikiran-pikiran para tahanan Kristen yang disiksa fisik dan mental, di penjara bawah tanah komunis. Yang menarik perhatian adalah apakah surga masuk akal untuk diharapkan, seperti: perbaikan kehidupan dalam waktu cepat, makanan untuk mengatasi kelaparan, penghentian penyiksaan yang mengerikan. Kita tidak memperoleh apa yang kita harapkan karena surga tidak bekerja dengan cara manusia -- masuk akal. Alkitab tidak berbicara mengenai hal-hal masuk akal tentang Allah, tetapi lebih mengenai kebodohan-Nya (1 Korintus 1:21; Lukas 15:7). Giacopone (Jacopone da Todi -ed.) adalah seorang Fransiskan yang dianggap gila karena hal-hal yang ia lakukan bagi Yesus. Konon, dalam sebuah penglihatan yang pernah diterimanya, Yesus muncul di hadapannya dan bertanya, "Mengapa kamu melakukan perbuatan gila seperti itu?" Ia menjawab, "Karena Engkaulah yang mengajarkannya. Jika saya gila, Engkau bahkan lebih gila lagi dari saya. Di mana kemasukakalan atas kesengsaraan-Mu bagi saya? Saya seorang yang gila, sebab Engkau telah menjadi yang lebih bodoh." Apakah masuk akal pengorbanan Anak Allah bagi domba yang bodoh, kotor, dan dungu? Saya bertanya seperti ini kepada banyak penggembala domba, "Apa yang akan Anda lakukan jika Anda melihat seekor serigala?" Mereka semua menjawab, "Kami akan lari menyelamatkan diri kami." Tidak ada manusia yang mau mati demi domba. Yesus melakukan yang sebaliknya. Dia mati demi makhluk hidup yang lebih buruk daripada domba -- demi mereka yang menyangkal, mengkhianati-Nya, menuntut penyaliban-Nya, dan tidak setia kepada-Nya. Dia mati demi para pembunuh-Nya, demi semua yang menghujat dan membenci Allah. Jangan terkejut jika Anda tidak berhasil mendapatkan dari Allah, sesuatu yang masuk akal yang Anda harapkan. Jika Dia benar-benar masuk akal, Dia tidak akan pernah mau mendengarkan doa dari orang-orang seperti kita, juga tidak akan memberikan keselamatan kepada kita. Jika Anda dalam keadaan sedih atas kasih gila-Nya yang belum Anda alami, Anda dianggap termasuk ke dalam perumpamaan domba yang hilang. Hanya domba yang hilang yang benar-benar bisa membuktikan kasih dan kepedulian-Nya. Domba-domba hilang lainnya yang berpikiran masuk akal mengatakan bahwa mereka diabaikan dan ditinggalkan. Ketika anak yang hilang kembali pulang ke rumah, ia dipeluk dengan kasih, diberikan sebuah cincin, dan dijamu dengan anak lembu tambun, musik, dan tarian. Anak yang setia, yang baru pulang dari ladang dengan sangat keletihan dan keringat yang bercucuran, bahkan tidak disambut dengan kata-kata yang hangat. Seorang Samaria yang baik di dalam perumpamaan, bukanlah seorang turis. Ia sangat yakin untuk melakukan perjalanan penting -- bisnis dan pertemuan-pertemuan yang harus dihadiri. Perbuatannya yang luar biasa baik pasti telah sangat merugikannya. Mungkin saja, ia bahkan meninggalkan tugas-tugas lainnya karena ia berhenti di tengah jalan untuk melayani orang yang terluka. Ketika di dalam penjara yang sunyi, saya menunggu selama bertahun-tahun agar Allah datang memberikan bantuan. Saya menyadari bahwa Dia tinggal di sekitar saya, dan saya berusaha untuk memikirkan Dia sebagai Seorang Samaria yang baik. Saya yakin, Dia bermaksud untuk menolong, tetapi mungkin Dia melihat seorang terluka lainnya yang membuat-Nya berbelas kasih untuk menolong dan membawanya ke penginapan. Saya berpikir bahwa Dia melihat seekor burung gereja yang jatuh dan mungkin juga Dia berhenti untuk menyeka embun yang membebani kelopak bunga, agar burung tersebut dapat jatuh di atas bunga dengan empuknya. Di dalam penjara sunyi, kami bahagia mengenai kasih gila-Nya, bahkan di saat-saat ketika kami bukan penerima kasih gila-Nya. Jangan memercayai yang masuk akal di dalam surga, maka Anda tidak akan pernah dikecewakan. Percayalah hanya pada kenyataan bahwa ada satu Pribadi yang mengasihi Anda begitu bodohnya, Dia mati demi Anda. Diambil dari: Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Mei -- Juni 2004 Penulis: Richard Wumbrand Penerbit: Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya Halaman: 2 PROFIL BANGSA: CAMPALAGIAN DI INDONESIA Sejarah Orang-orang Campalagian terutama tinggal di kota-kota Polmas, Campalagian, serta sekitar daerah Majene. Wilayah ini terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi merupakan pulau berpegunungan yang luas, sering kali digambarkan sebagai bentuk yang menyerupai bunga anggrek atau kepiting. Pulau tersebut memiliki garis pantai kira-kira 5.000 kilometer, dan terdiri dari 4 semenanjung utama yang dipisahkan dengan teluk-teluk yang dalam, dengan dua semenanjung mengarah ke Selatan dan dua lainnya ke arah Timur Laut. Mayoritas orang Campalagian hidup di daerah dataran rendah, yang secara khusus subur untuk berbagai jenis pertanian. Nama lain untuk orang-orang ini adalah Tulumpanuae atau Tasing. Mereka berbicara dengan bahasa Campalagian. Budaya dari orang-orang Campalagian telah dipengaruhi oleh orang-orang sekitar yang lebih banyak penduduknya dan lebih berkuasa, seperti orang-orang Toraja dan Bugis. Bahasa orang-orang Toraja dan Bugis telah memengaruhi bahasa Campalagian sehingga ada banyak kemiripan. Seperti Apa Kehidupan Mereka? Orang-orang Campalagian hidup sebagai petani, nelayan, dan pedagang. Perdagangan biasanya dilakukan di kota Campalagian yang terletak di daerah pesisir. Mereka juga membiakkan kerbau, kambing, ternak, dan ayam. Masyarakat pertanian dikenal sebagai "pallaung-ruma", terdiri dari dua kelompok: "pa'galung" (para petani sawah yang beririgasi) dan "pa'dare" (para petani sawah yang tidak beririgasi). Para nelayan dikenal sebagai "pakkaja". Alat-alat yang digunakan membedakan mereka: "pameng" menggunakan pengait dan tali; "pa'bagang" menggunakan panggung nelayan; "pajala" menggunakan jaring; dan "pa'belle" menggunakan perangkap khusus terbuat dari jaring-jaring yang panjang. Para pedagang biasanya dikenal sebagai "padagang" atau "saudagar". Perdagangan biasanya dilakukan di kota Campalagian, yang terletak di pantai. Pernikahan di antara orang-orang Campalagian masih di bawah peraturan orang tua, termasuk pemilihan pasangan. Pelayanan kesehatan tampaknya memadai, khususnya ketika dibandingkan dengan daerah-daerah yang dilayani, yang kurang baik. Apa Keyakinan Mereka? Hampir setiap orang Campalagian mengenalkan diri mereka sebagai penganut Agama Islam. Rasa yang meluap karena menjadi orang-orang Islam memengaruhi pola perilaku sosial dalam setiap sektor kehidupan. Kenyataannya, berbagai elemen budaya Islam telah disatukan dengan baik menjadi budaya lokal tradisional, sehingga sulit memisahkan mereka satu dengan lainnya. Seorang Campalagian yang bukan Muslim hampir tidak mungkin membayangkan sebagai seorang Campalagian yang khas. Mereka juga menggabungkan kepercayaan animistis kuno dengan Islam. Ini dapat dilihat dari perasaan kagum dalam mengalami kekuatan-kekuatan rohani yang tidak kelihatan. Mereka juga menggunakan seorang dukun (cenayang/tabib/okultis) untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir roh-roh jahat. Apa Kebutuhan Mereka? Orang-orang Campalagian membutuhkan bantuan untuk meningkatkan penjualan hasil pertanian dan perikanan mereka. Pembangunan infrastruktur seperti transportasi darat dan laut yang baik, dapat mendukung hal ini. Sebagai tambahan, perkembangan sumber daya manusia melalui pendidikan masih diperlukan. Wilayah Campalagian membutuhkan lebih banyak guru dan konstruksi sekolah-sekolah yang baik, serta memperbaiki sekolah-sekolah yang ada. (t/Anna) Pokok Doa: 1. Doakan agar Tuhan Yesus memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada pemerintah untuk memperbaiki gedung-gedung sekolah yang sudah rusak, dan menempatkan guru-guru di daerah Campalagian. Kiranya anak-anak Campalagian mendapatkan pendidikan yang baik. Doakan juga agar guru-guru yang dikirimkan adalah anak-anak Tuhan, sehingga melalui mereka, Injil dapat diberitakan. 2. Berdoalah kepada Tuhan Yesus agar orang-orang Campalagian mendapatkan pelatihan dalam meningkatkan penjualan hasil pertanian dan perikanan mereka. 3. Kiranya Tuhan Yesus menolong pemerintah membangun infrastruktur darat dan laut yang baik, sehingga memudahkan orang-orang Campalagian dalam menjual hasil pertanian dan perikanan mereka ke daerah lain. Infrastruktur yang baik juga dapat membantu penyebaran Injil kepada mereka. 4. Doakan agar Tuhan Yesus menyertai para penginjil di Campalagian dalam pelayanan dan melindungi mereka dari kuasa-kuasa kegelapan. Diterjemahkan dari: Nama Situs: Joshua Project Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=11084 Judul asli artikel: Campalagian of Indonesia Tanggal akses: November 2012 SUMBER MISI: ORPHAN GRAIN TRAIN (OGT) ==> www.ogt.org/ Kaum Lutheran Amerika rupanya tidak mau ketinggalan untuk terlibat dalam pekerjaan misi. Orphan Grain Train (OGT) adalah lembaga misi yang dipelopori oleh Grace Lutheran Church dan beberapa Gereja Lutheran lainnya. Meski demikian, OGT tentu saja tidak terbatas pada kaum Lutheran. Hal ini tercermin dalam misi utamanya: "Mendorong dan memampukan umat Tuhan untuk berbagi kasih (personal maupun material) demi membawa nama dan karakter Kristus kepada yang membutuhkan, baik yang jauh maupun yang dekat". Lembaga ini telah mendapat apresiasi yang tinggi atas dampak dan kredibilitas pelayanannya, terutama dalam pemulihan krisis dan penanggulangan bencana. Sumbangan berupa pakaian, makanan, peralatan medis, dan literatur yang dimobilisasi OGT memang terbilang besar dan tepat waktu. Saat ini, OGT bahkan telah memperluas wilayah pelayanannya di Asia dan Afrika. Untuk mengetahui informasi lengkap seputar pelayanan lembaga ini, silakan mengunjungi situs resmi mereka. (NY) STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM KELAS PASKAH DARI YLSA! Apakah Anda ingin mengerti lebih dalam tentang makna Paskah? Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > melalui program Pendidikan Elektronik Studi Teologi Awam (PESTA) kembali membuka Kelas Diskusi PASKAH 2013. Dalam kelas diskusi ini, akan dibahas topik-topik diskusi seputar kematian dan kebangkitan Kristus. Pastinya setiap peserta akan lebih diperkaya lagi tentang makna Paskah yang sejati melalui kelas ini. Diskusi akan dilangsungkan melalui milis diskusi (email) dan berjalan selama 1 bulan (21 Februari -- 25 Maret 2013). Anda dapat mengikuti kelas diskusi ini tanpa dipungut biaya apa pun (GRATIS)! Pendaftaran dibuka mulai 15 Januari -- 15 Februari 2013. Segeralah mendaftarkan diri ke Admin PESTA di < kusuma(at)in-christ.net > Kami tunggu! Kontak: jemmi(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Amy G., dan Yulia Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >