Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com e-JEMMi -- Generasi Yosua (Roma 8:37) No.09, Vol.16, Februari 2013
Shalom, Sebagai pembuka edisi ini, redaksi menyajikan sebuah Renungan Misi yang berjudul "Generasi Yosua". Yosua sendiri adalah sosok pemimpin hebat yang menjadi panutan Bangsa Israel. Namun, sebelum menjadi seorang pemimpin yang hebat, ia terlebih dahulu menjadi pengikut Musa yang setia. Dari waktu ke waktu, ketaatannya kepada pemimpin, kerendahan hati, kepemimpinan, dan imannya kepada Allah terus meningkat. Ketika saatnya tiba, Musa menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua dan ia siap untuk itu. Di sini, kita belajar bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus menjadi pengikut yang baik terlebih dahulu. Selain renungan tentang Yosua, simak juga profil suku Bawean di Jawa Timur dan berdoalah bagi pekabaran Injil di sana. Tuhan Yesus memberkati. Redaksi Tamu e-JEMMi, Yusak < http://misi.sabda.org/ > RENUNGAN MISI: GENERASI YOSUA (ROMA 8:37) Generasi Yosua adalah generasi lebih dari pemenang. Menjadi lebih dari pemenang merupakan kerinduan setiap orang percaya. Sering kali, kegagalan dan kelemahan kita membuat kerinduan itu menjadi sekadar kerinduan saja, memandang hal itu hanya sebagai impian dan fantasi yang tidak mungkin terwujud. Apa yang Allah janjikan tidak pernah gagal. Dia menjanjikan kemerdekaan melalui kebenaran-Nya (Yohanes 8:32), kekuatan dalam Kristus Yesus (Filipi 4:13), serta kemenangan di dalam iman (1 Yohanes 5:4). Seperti Allah menjanjikan Tanah Kanaan kepada Bangsa Israel dan menggenapi janji-Nya, demikian pula Allah akan menggenapi janji-janji-Nya dalam kehidupan kita, yaitu jika kita beriman, setia, dan mengasihi Dia (Roma 8:28). Yosua adalah teladan yang luar biasa. Dia bukan saja berhasil memimpin Bangsa Israel menaklukkan Tanah Perjanjian, tetapi dia juga berhasil memimpin generasinya selama masa 40 tahun untuk tetap setia kepada Allah, yang telah menjanjikan Tanah tersebut kepada nenek moyang mereka dan menggenapi janji tersebut. Berikut ini beberapa karakter yang dimiliki oleh Yosua: 1. Rendah Hati (1 Tawarikh 7:20-27) Yosua berasal dari suku Efraim, generasi ke-10 dari Yusuf. Ayahnya adalah Nun, kakeknya adalah Elishama yang memimpin Efraim di padang gurun. Melihat dari latar belakang keluarganya, Yosua berasal dari keluarga yang memegang kepemimpinan, namun ia tidak bersandar pada hal itu. Dia rela menjadi hamba Musa. Ini membuktikan kerendahan hatinya. Yosua lahir pada masa perbudakan dan dalam lingkungan yang menyembah berhala. Namun, Yosua tidak membiarkan hal itu mengikatnya. Selama hidupnya, ia tidak menyembah berhala, bahkan dia memimpin umat Tuhan untuk hidup benar dan tulus di hadapan Allah, sehingga Allah memberkati kehidupannya dan Bangsa Israel selama masa kepemimpinan Yosua. 2. Rela Berkorban (Ulangan 1:34-40) Oleh karena kekerasan hati umat Israel, maka Allah murka terhadap mereka sehingga mereka mengalami banyak penderitaan, sakit penyakit, peperangan, dan berbagai kesengsaraan lainnya, selama 40 tahun dalam pengembaraan mereka di padang gurun. Yosua yang setia kepada Allah dan berpegang pada janji-Nya, juga harus mengembara bersama umat yang telah memberontak kepada Allah. Dia tidak semestinya menderita dan mengalami berbagai kesusahan dan kesengsaraan selama 40 tahun pengembaraan di padang gurun yang tandus dan penuh bahaya. Namun, ia rela berjalan bersama mereka menanggung hukuman yang tidak selayaknya dia tanggung, dia rela menderita karena kesalahan orang lain. Yosua tidak bersungut-sungut melainkan memancarkan kasihnya kepada Allah dan kepada sesamanya. 3. Senantiasa Mencari Wajah Tuhan (Keluaran 24:12-18) Yosua memiliki pengalaman rohani yang luar biasa semasa menjadi hamba Musa. Selain Yosua, tidak ada orang lain yang diizinkan untuk menemani Musa naik ke Gunung Sinai, di mana kemuliaan Allah tinggal. Di situ, Musa tinggal selama 40 hari; 40 malam dalam kemuliaan dan hadirat Allah, di mana Allah memberikan petunjuk yang sangat penting dan luar biasa kepada Musa, yaitu membangun Kemah Suci dengan segala petunjuk arsitekturnya. Tidak ada pemimpin yang akan berhasil memimpin umat Allah tanpa pengalaman pribadi dengan Allah. Keluaran 33:7 dan Keluaran 11 memberikan suatu gambaran kerinduan hati Yosua untuk senantiasa berada dalam hadirat Allah. Dia tidak takut (secara negatif) kepada Allah, sebaliknya mengharapkan Allah berbicara kepadanya secara pribadi. 4. Beriman dan Optimis (Bilangan 13,14; 32:12) Yosua adalah pemuda yang gagah perkasa, ia terpilih bersama 11 pemuda lainnya untuk menyelidiki Kanaan; Tanah Perjanjian. Namun sangat disesalkan, setelah mereka kembali dari pengintaian, ke-10 pengintai, kecuali Yosua dan Kaleb, hanya memandang hal-hal lahiriah saja; mengandalkan sepenuhnya kemampuan indera mereka. Memang sebagian laporan mereka benar sesuai dengan apa yang mereka lihat, yaitu tanah yang berlimpah dengan susu dan madu, dan raksasa-raksasa yang menguasai tanah tersebut. Mereka berkesimpulan, jika situasinya seperti itu, maka mereka tidak akan mampu menaklukkan Tanah tersebut, mereka telah mengabaikan Allah, Sang Pencipta yang telah menjanjikan Tanah itu kepada mereka. Akan tetapi, Yosua memunyai pandangan yang berbeda dengan mereka. Ia bersama dengan Kaleb memberikan semangat kepada umat Israel untuk tetap memegang janji Tuhan dan tetap mengikuti perintah-Nya menaklukkan Tanah tersebut. Yosua memunyai sikap yang optimis karena dia menaruh harapan dan imannya kepada Allah yang Setia (Ibrani 11:1; Yeremia 17:7). Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul majalah: HARVESTER, Edisi Desember, Tahun 1993 Penulis: Steven Penerbit: Indonesian Harvest Outreach, Jakarta Halaman: 10 -- 11 PROFIL BANGSA: BAWEAN DI INDONESIA Sejarah Kampung halaman orang-orang Bawean adalah pulau berukuran 200 kilometer kubik, dan berjarak sejauh 120 kilometer di sebelah Utara Kota Surabaya (Jawa Timur), di tengah Laut Jawa. Bawean juga dikenal sebagai "Pulau Putri" karena mayoritas penduduknya adalah wanita. Hal itu disebabkan karena para pria cenderung mencari pekerjaan di pulau-pulau yang lain. Seorang pria dari desa Tanjung Ori yang dahulu bekerja selama 20 tahun di Malaysia berkata, "Seorang pria Bawean tidak akan dianggap sebagai seorang dewasa sampai ia menjejakkan kakinya di tanah asing." Merantau merupakan aspek utama dari budaya orang-orang Bawean, dan hal itu memengaruhi hampir setiap segi yang lain dari masyarakat mereka. Terdapat sejumlah besar orang Bawean yang tinggal di Malaysia. Kenyataannya, jumlah penduduk Bawean yang tinggal di sana jauh melebihi yang ditemukan di pulau mereka sendiri, yang berjumlah 60.000 jiwa. Wilayah-wilayah migrasi orang-orang Bawean yang lain meliputi Singapura, di mana mereka dikenal sebagai orang-orang Boyan dan Perth, Australia. Seperti Apa Kehidupan Mereka? Budaya merantau menciptakan beberapa dinamika yang menarik bagi orang-orang Bawean. Di satu sisi, kampung halaman mereka terisolasi dan terpisah dari kehidupan Indonesia yang modern. Di sisi lain, mereka sangat terbuka kepada dunia melalui anggota-anggota keluarga mereka yang bermigrasi dan kemudian kembali ke Bawean. Meskipun nenek moyang mereka berasal dari pulau Madura (seperti yang terlihat dalam kemiripan bahasa mereka), selama berabad-abad orang-orang Bawean telah mengembangkan budaya mereka sendiri yang unik. Pengaruh-pengaruh yang jelas berasal dari Madura, Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, dan Kalimantan. Oleh karena itu, maka Emmanuel Subangun, seorang wartawan Kompas, menulis di tahun 1976 bahwa orang-orang Bawean adalah "sebuah kristalisasi dari keragaman suku Indonesia". Sumber pendapatan utama untuk mereka yang hidup dan bekerja di pulau tersebut adalah bertani dan menangkap ikan. Selain itu, beberapa penduduk membuat tikar dari serat daun kelapa sebagai kerajinan tangan setempat, memiliki toko-toko kecil, atau menambang sejenis batu akik dengan kualitas tinggi yang ditemukan di pulau tersebut, dan dikapalkan ke Jawa atau ke tempat lain di dunia. Namun demikian, hampir semua pendapatan penduduk di pulau tersebut berasal dari anggota keluarga yang tinggal dan bekerja di luar negeri, dan yang mengirimkan uang kembali kepada keluarga mereka di Bawean. Apa Keyakinan Mereka? Mulanya, orang-orang Bawean menganut keyakinan animistis. Kemudian, pengaruh-pengaruh Hindu dan Buddha memasuki pulau tersebut sampai tahun 1600-an ketika orang-orang Bawean berpindah ke Islam. Ketaatan keagamaan mereka sangat kuat dan mereka bangga pada diri mereka sendiri dalam hal jumlah penduduk keseluruhan pulau mengikut Islam. Ada banyak masjid, musholla, dan pesantren di setiap desa. Anak-anak laki-laki dan perempuan dari usia 6 atau 7 tahun mendapatkan pengajaran keagamaan, termasuk pelajaran-pelajaran menghafalkan Quran, dan kadang-kadang tinggal di rumah seorang kiai. Para kiai sangat dihormati oleh orang-orang Bawean. Apa Kebutuhan Mereka? Meskipun standar kehidupan pulau tersebut lebih tinggi daripada banyak tempat yang terisolasi lainnya, masih ada banyak kebutuhan yang belum terpenuhi. Listrik yang mengalir 24 jam sehari baru akhir-akhir ini mencapai pulau tersebut seperti halnya telepon, bank yang pertama di Bawean, dan beberapa komputer. Banyak rumah masih tanpa kamar mandi dalam. Sektor pariwisata di pulau itu terbuka bagi pengembangan di bawah cahaya kecantikan alami Bawean. Semua yang disebutkan di atas merupakan aset untuk mengembangkan ekonomi Bawean dan merupakan pintu-pintu yang terbuka untuk menjangkau orang-orang Bawean. (t/Anna) Pokok Doa: 1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi pembangunan fasilitas yang merata seperti listrik, air bersih, telepon, dan kamar mandi pribadi di Pulau Bawean. 2. Doakan agar pemerintah mengoptimalkan tempat-tempat baru untuk dijadikan tempat pariwisata di Pulau Bawean. 3. Doakan agar usaha kerajinan tangan dan pertambangan akik di Pulau Bawean semakin maju. 4. Doakan agar orang-orang asli Bawean yang berada di luar pulau atau di luar negeri dapat mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. 5. Doakan agar Tuhan Yesus membuka jalan untuk Injil diberitakan di Pulau Bawean. Diterjemahkan dari: Nama situs: Joshua Project Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10740 Judul asli artikel: Bawean of Indonesia Tanggal akses: November 2012 Kontak: jemmi(at)sabda.org Redaksi: Yudo, Amy G., Yulia, dan Novita Y. Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >