ENV-NEWS : Berdasarkan penelitan yang dilakukan Balai Penelitian Kesehatan Lingkungan (BTKL) kadar debu di Kota Banjarbaru setiap tahunnya terus meningkat. Bahkan, jika tidak diwaspadai udara yang sudah bercampur debu itu bisa membuat kota ini kehilangan generasi sehat dan cerdas alias lost generation.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BTKL Banjarmasin I Ketut Wanasa pada acara dialog dengan warga Kelurahan Sei Besar Kecamatan Banjarbaru Kota yang diselenggarakan Dinas Perhubungan, beberapa waktu lalu seperti yang dikutip dari harian lokal Kaltim Post. Menurut Ketut, bayi dan balita yang tinggal dalam rumah pada jalur transportasi batubara dengan kadar debu 10 migrogram/m3 berpeluang terkena ganguan pernafasan, dan itu tentu saja berbahaya bagi generasi penerus serta kesediaan SDM di Banjarbaru. "Memang tidak bisa kita pungkiri batubara bisa menjadi salah satu penyebab rusaknya generasi muda ke depan. Tidak itu saja, yang tua pun bisa terkena gangguan pernafasan, jika tidak diantisipasi atau diminimalisir dampaknya bisa berbahaya," paparnya. Ketut mengungkapkan, bagi daerah yang membenarkan batubara lewat memang berisiko tinggi, dan dampak yang dirasakan tidak bisa dirasakan sekarang tapi ke depannya. Jadi, kalau ingin kota ini terlepas dari bahaya itu, sejak dini pemkot harus bisa menimalisir dampak-dampak yang ditimbulkan oleh debu itu termasuk debu batubara. Ia lantas menyarankan agar Dinas Kesehatan dan lingkungan di kota ini untuk memonitoring perkembangan udara agar kadar debu tiap tahunnya bisa diketahui. Selain itu, antisipasi ini juga sebagai wujud mengurangi resiko tadi. "Saya kira monitoring itu perlu dilakukan, agar setiap saat perkembangan udara dan kadar debu yang terkandung di dalamnya di kota ini bisa terpantau terus," tandasnya. Sementara itu, Dinas Kesehatan Banjarbaru dan Kabupaten Banjar mengungkapkan, bahwa bahaya debu tidak saja bisa merusak generasi muda, dan menganggu kesehatan para manula, tetapi juga tanaman. Tanaman, menurut mereka, bisa menjadi tidak produktif lagi mengeluarkan oksigen (O2), sehingga kebutuhan oksigen manusia menjadi berkurang. "Jika ingin generasi penerus kota ini terganggu kecerdasannya, dan tumbuhan hilang produktifitasnya, pemkot harus bisa melakukan upaya-upaya pecegahan secara dini. Sehingga dampak yang ditimbulkan dari debu terutama debu batubara itu tidak cepat merusak generasi kita," ujar mereka.* --- --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------