Jumlah pekerja Anak di Indonesia Terus Meningkat 
 
Masa kecil, masa untuk bermain dan belajar 
 
Kemiskinan menjadi latar belakang banyaknya pekerja di bawah umur.
Masyarakat diharapkan dapat ikut andil dalam pengawasan perlindungan
terhadap anak.

Baru-baru ini Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta dan
lembaga PBB di bidang perburuhan ILO meresmikan peluncuran buku
panduan Kebijakan Perlindungan Pekerja Rumah Tangga Anak. Buku
panduan ini diterbitkan dalam rangka menanggulangi jumlah pekerja
anak yang tiap tahunnya cenderung trrus meningkat.

Idealnya, masa kecil adalah masa untuk bermain dan belajar. Namun
tidak sedikit anak-anak yang tidak dapat merasakan  masa menyenangkan
tersebut. Mengapa? Karena beratnya beban ekonomi, memaksa mereka
untuk mencari nafkah. Salah satunya dialami  seorang gadis belia
asal, Sukabumi, Yanti. Usianya baru 14 tahun. Ia bekerja dan disiksa
majikannya di Arab Saudi.

Yanti  baru berusia 13 tahun ketika mulai bekerja sebagai pembantu
rumah tangga di Arab Saudi. Sebelumnya sejak usia 10 tahun, gadis bau
kencur itu sudah bekerja di sejumlah rumah tangga di Jakarta. Ia tak
sendirian. Yanti-yanti lainnya mengalami nasib yang tak lebih baik.

Angka buruh anak pada rumah tangga tiap tahunnya cenderung meningkat.
Jika tahun 2001 baru tercatat 590 ribuan anak, di tahun berikutnya
melonjak hampir 700 ribuan orang. Angka tersebut belum termasuk yang
bekerja pada sektor-sektor  selain rumah tangga. Belum lagi anak-anak
yang diperdagangkan untuk bekerja di manca negara. Kemiskinan menjadi
sebab-musababnya. Sayangnya, survei tersebut tidak memilah secara
rinci jumlah pekerja anak berdasarkan usianya.

Lembaga PBB untuk masalah perburuhan ILO berjanji akan terus
melanjutkan kampanye agar para pekerja anak itu mendapatkan perlakuan
yang layak dari majikannya. Namun ILO juga mengharapkan pemerintah
Indonesia turut menanggulanginya. Arum Ratnawati, dari ILO Indonesia
mengungkapkan pemerintah bertanggungjawab atas tingginya angka
pekerja anak di Indonesia.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, sektor informal
seperti pekerja rumah tangga merupakan lapangan kerja yang paling
mudah dimasuki, karena tidak terlalu butuh persyaratan formal. Karena
itu, banyak anak keluarga miskin yang putus sekolah lalu memilih
menjadi pekerja rumah tangga bergaji Rp 200.000-Rp 500.000 per bulan.

Terdorong oleh makin tingginya angka buruh anak di Indonesia,
Kementerian Perempuan dan ILO bekerja sama menyusun buku panduan
tentang pekerja anak di rumah tangga. Mereka membagikan 1.500 buku
gratis kepada aparatur pemerintah, aktivis perempuan, pekerja anak
dan anggota masyarakat. Dengan harapan masyarakat dapat menjadi
pengawas perlindungan terhadap anak




[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




SPONSORED LINKS
Station


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke