PERGAULAN DAN KEJUJURAN KUNCI JALAN KEBENARAN ATAU KESESATAN Dulu..aku nda pernah mengerti, kenapa ayahku memilihkan teman bermainku, kenapa beliau harus membatasi pergaulanku dengan semua orang, walaupun tidak masuk logikaku, karena larangannya tersebut hantam kromo kepada orang2 yg baik dimataku. Namun saat inipun aku bertemu dengan guruku yg sudah spt ayahku dan begitupun beliau selalu menyindirku, karena sifatku yg mudah bergaul dgn siapapun, hanya beliau berbeda dgn ayahku yg langsung melarangku bergaul dengan si A or si B, tapi guruku selalu memaksaku untuk berfikir dengan ungakapan2nya, bahwa tidak semua orang boleh dijadikan teman dan tidak semua orang boleh diajak bergaul. Semua pembicaraan dan nasehatnya terekam kuat dalam kepalaku, dengan mendasarkan pada pemikiran yg baik, bahwa beliau katakan itu, pasti untuk kebaikan diriku, namun ku coba tetap bergaul dan bermain dengan semua orang yg ingin bergaul denganku, dgn berbekal pesan dan nasehat guruku untuk mencari makna ungkapannya padaku. Hmm..akhirnya aku mulai mengerti, kenapa kita harus membatasi diri dalam bergaul dan memilih semua teman bergaul. Karena lingkungan pergaulan dan teman bergaul kitalah yg akan mempengaruhi, pribadi kita akan menjadi apa? Begitupun cara berpikir dan sudut pandang kita. Hukum bergaul dan berteman adalah saling mempengaruhi, hanya seberapa besar kemampuan seseorang dalam mendominasi pemikirannya kepada teman bergaulnya. Sedangkan..biasanya dalam bergaul itu tibul sikap solideritas yg cukup tinggi untuk saling mengikuti dan mendukung keinginan teman bergaulnya. Suatu saat dia mengikuti keinginan kita dan lain waktu, kita mengikuti keinginannya dan akan menimbulkan satu masalah apabila salah satunya tidak bersedia untuk mengikuti keinginan temannya, karena tidak sesuai dgn keinginan dirinya dan hati nuraninya. Contoh : seorang yg berusaha benar dan mengetahui nilai2 kebenaran yg tidak boleh dilanggar dan diyakini olehnya dan mencoba mengajak teman bergaulnya untuk mengikuti, sedangkan temannya tsb seseorang yg belum mengerti nilai suatu kebenaran yg tidak boleh dilanggar dan selalu saja menjalani hidup dengan akal pikir dan perasaannya saja, tanpa pijakan yg benar dan jelas, namun hanya berpijak pada hawa nafsu dan merasa baik. Mungkin satu saat dia akan mengikuti kita yg sedang berusaha mengajaknya kepada yg benar, namun satu saat dia akan menuntut kita agar mengikuti pula yang dianggapnya benar berdasarkan akal dan perasaannya. Misalnya : orang yg sholeh bergaul akrab dengan seorang pemabuk, suatu saat pemabuk itu mengikuti orang sholeh untuk pergi ke masjid, namun lain waktu dia akan ikutan mabuk. Hmm..aku jadi teringat salah satu hadist yg kira2 begini bunyinya Jika bergaul dengan penjual minyak wangi, maka akan terpercik wanginya. Namun bila bergaul dgn pandai besi, maka akan terpercik apinya Yup!! Semua yg diberitakan dalam al-quran dan hadist pasti benar, hanya tergantung pribadi kita, seberapa besar dapat menerima kebenaran itu tanpa ragu sedikitpun atas peringatan2 tsb. Hanya kadang kita lupa dan merasa mampu mengajak dan merubah sesorang menjadi baik, tanpa khawatir jika diri kita lah, yg mungkin akan mengikuti teman bergaul kita. Hingga dengan angkuhnya kita bercampur baur dengan orang2 yg mungkin mampu menimbulkan pengaruh buruk dalam diri kita. Ada juga hadist yg mengatakan jika ingin mengetahui diri seseorang, maka lihatlah siapa teman-temannya. Hmm relakah kita disamakan dengan orang2 yg suka berbuat maksiat? Walaupun kita tidak melakukannya, spt teman kita melakukan?? Atau relakah kita dianggap pemabuk, penjudi, pezina, sesat, musyrik, dlsbnya hanya karena kita berkumpul dengan para pembuat maksit tsb? Relakah kita diberi label yg tidak baik hanya karena teman2 kita yg tidak baik? Hmm..kalau tanya diri pribadiku, sungguh aku keberatan bila harus menyandang titel yg tidak baik, hanya karena orang menilai diriku berdasarkan kebiasaan teman2ku. Dan tidak jarang seseorang yg terlahir dari keluarga baik2, tiba2 harus terkaget2 mendengar informasi dari luar, kalau anaknya melakukan hal2 yg tidak pernah terpikirkan oleh orang tuanya, kalau dia mampu melakukan hal2 yang membuat malu keluarganya dan itu semua karena pengaruh lingkungan pergaulannya yg lebih mendominasi dan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap. Begitupun sebaliknya seorang anak yg terlahir di lingkungan keluarga yg spt kebanyakan orang umum dan menganggap agama hanya sebagai identitas diri bahwa dia beragama. Atau beragama hanya sekedar mengikuti kebiasaan nenek moyang. Namun karena lingkungan pergaulannya pun yg akhirnya mampu merubah seseorang menjadi memahami arti sebauh nilai2 agama yg harus dijalankan sebagai konsekuensi orang beragama dan bukan hanya sekedar identitas diri sebagai orang yg beragama atau sekedar mengikuti kebiasaan para nenek moyang. (Al Baqarah : 170) Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". Hmm..aku jadi teringat riwayat para nabi dan Rasul :) orang tua yg begitu sholeh yg menjalankan semua perintah Allah dengan ketaatan dan ketaqwaannya, spt Nabi Nuh as, namun beliau mempunyai anak dan istri yg maksiat pada Allah, hingga segala peringatan dan nasehat orang tuanya diabaikan hanya karena lingkungan pergaulannya yg tidak mendukungnya untuk mentaati peringatan ayahnya. Begitupun riwayat Nabi Ibrahim as. Hidup dan dibesarkan dilingkungan keluarga di mana ayahnya seorang pembuat berhala, dan Nabi Musa as. Yg dibesarkan oleh seorang Raja yg mengakui dirinya sebagai Tuhan, namun mereka mampu terhindar dari lingkungan yg membesarkan dirinya dan mampu menTauhidkan Allah. Begitupun dengan Nabi Muhammad saw. Hidup dan besar di lingkungan jahiliyah, yg bukan saja menolak akan Allah, namun tidak ada lagi nilai2 kemanusiaan yg memanusiakan manusia, segala bentuk kemaksiatan dianggap sesuatu yg wajar dan menjadi kebiasaan mereka, namun Rasulullah mampu menjaga dirinya dari hal2 yg menjadi kebiasaan dan adat Jahiliyah saat itu, dengan kebiasaan yg bertolak belakang dari kebiasaan mereka. Hmm..disinilah yg membuatku berpikir akan kebenaran sabda Rasulullah andai Allah menghendaki seseorang itu baik, maka Dia akan memberikan pemahaman akan agama . Jadi.. jelas disinilah hidayah Allah bermain, namun hidayah itu akan turun pada diri dan hati2 manusia yg secara fitrahnya menolak segala bentuk kemaksiatan secara jujur dan menerima kebenaran sebagai suatu kebaikan secara jujur, maka disinilah hidayah itu akan turun, pada hati manusia yg jujur menerima kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan. (Al Hijr : 41) Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) Hmm kira2 aku bisa memberikan kesimpulan bahwa untuk mendatangkan hidayah Allah adalah, mengkondisikan diri, agar selalu menjaga lingkungan pergaulan kita dengan orang2 yg menolak segala bentuk kemaksiatan dan menerima kebenaran sebagai satu kebaikan. Dan andai kita hidup ditengah2 lingkungan yg berbuat maksiat, maka seyogyanya secara fitrah manusia, dan secara jujur tetap menerima kebenaran sebagai satu kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan sebagai sesuatu yg buruk, tanpa perduli dan menerima rasa solidaritas untuk mendukung kemaksiatan dan menolak kebenaran ditengah orang kebanyakan walau kita sendirian. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir " .. (Al-Kahfi : 29) Jadi..janganlah terlalu sombong dan percaya diri, kalau kita mampu merubah seorang pembuat maksiat itu menjadi baik sesuai keinginan kita, tanpa kita tidak pernah berpikir, kalau kitalah yg mungkin saja akan mengikutinya untuk berbuat maksiat. Karena sesungguhnya petunjuk dan hidayah itu turun kepada orang2 yg secara jujur dalam hati menerima semua kebenaran sebagai satu kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan, walaupun dengan selemah2nya iman yaitu menolaknya dalam hati, karena aku yakin sekali kalau hidayah itu TIDAK AKAN turun pada hati2 yg meragukan akan kebenaran sebagai satu kebaikan. Dan sesungguhnya Allah maha menyesatkan setiap orang yg mulai meragukan kebenaran di jalanNya. (Al Jaatsiyah : 23) Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? hmm..aku juga jadi teringat akan hadist Rasulullah jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka inti dari perintah terlebih dahulu adalah menjaga diri dan keluarga dari siksa neraka, dan kita tidak diperintahkan untuk menjaga orang lain dari siksa neraka. Dan itu membuktikan bahwa kita semua diwajibkan untuk menjaga diri kita dari segala kemungkinan2 yg akan menjatuhkan kita kepada kemaksiatan kepada Allah. Dan spt kita ketahui bahwa hal2 yg memungkinkan kita untuk jatuh kepada kemaksiatan atau kebenaran adalah pengaruh dari lingkungan pergaulan kita. (Az Zumar : 41) Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. Jadi..betapa menentukannya pergaulan kita untuk membentuk diri kita akan menjadi apa..?? Dan kejujuran dalam hati kita yg secara fitrahnya menerima kebenaran sebagai satu kebaikan dan menolak segala bentuk kemaksiatan sebagai suatu keburukan merupakan kunci turunnya hidayah dan petunjuk Allah, karena Allah tidak akan menurunkan petunjukNya, kepada hati yg selalu meragukan akan kebenaran firman2Nya dan Sabda RasulNya. Sesungguhnya kebenaran itu pasti datangnya dari Allah dan segala salah dan khilaf tentunya dari diriku sendiri. aku berlindung pada Allah dari segala kesesatan yg nyata dan mohon ampun atas segala khilaf yg tanpa sadar aku lakukan. By Hana
--------------------------------- Get your email and more, right on the new Yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/