--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Nubie Nubie" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Bu Elaine, di US mungkin yang terjadi adalah demand yang menurun, 
akibatnya
> new comer-nya kurang banyak menopang credit-credit lama. Sementara 
di
> Indonesia, demand tetap tinggi, itu menyebabkan tidak terjadinya 
subprime.
> Di Australia-pun tidak terlihat adanya subprime dari krisis housing
> (meskipun harga property terus menurun), mortgage division yang 
mengalami
> penutupan mungkin karena terkait pembelian CDO di states sana saja. 
Credit
> crunch terjadi saat tidak adanya new comer yang menopang pemain 
lama.
> Sementara di Indonesia (menurut berita itu) growth untuk kendaraan 
masih
> terus terjadi, bahkan menlonjak terus menerus.
> 
> Saya pikir belum saatnya terjadi subprime selama new comer masih 
banyak,
> ekonomi belum stall.
> 
>  
> 
> *nubie nih sok protes ya, balik tidur zzzz*
> 
> SIP : TBUMI
Mata uang Eropa yg lebih kuat dari US$ juga sdh merasakan
dampak resesi. Apalagi dgn tanah air.
Mesin uang dunia tergantung dari pertumbuhan ekonomi USA.
Bila terjadi resesi di USA, maka semua ekport ke USA akan
terganggu. Tentu saja pihak industri di tanah air akan kurangi
jam kerja atau bahkan PHK pegawai. Bila ini terjadi maka
sang pegawai pasti finansialnya akan terganggu. Tentu saja
pihak bank sdh ada resiko tagihan macet didepan mata nantinya
bila terjadi PHK besar besaran. 



Kirim email ke