Republika On-Line
(http://www.republika.co.id)
Sabtu, 09 Februari 2002
Hakikat
Taubat
Oleh Sabrur
R. Soenardi
Mungkin kita sering mendengar para ulama berkata bahwa seseorang yang
ingin minta ampun atas suatu dosa mesti melewati, setidaknya, dua tahap.
Pertama, mulutnya harus melafalkan kalimat istighfar, astaghfirullah
al-azhim (aku memohon ampun kepada Allah yang maha agung).
Kedua, hatinya harus mantap dan berkhidmat atas sebuah komitmen untuk
tidak mengulangi perbuatan dosa itu. Ini dilakukan jika istighfar
tersebut diproyeksikan untuk upaya taubatan nashuha (taubat yang
menasihati --taubat tersebut akan menjadi penasihat baginya ketika ia
coba-coba melakukan dosa lagi).
Kembali pada tahapan-tahapan meminta ampun. Banyak ulama yang berpendapat
bahwa pelafalan kalimat istighfar adalah wajib jika kita ingin agar
dosa-dosa kita dihapus, diampuni, oleh Allah SWT. Pelafalan merupakan
rukun istighfar kepada Allah. Tanpa ada pelafalan, maka seseorang
dianggap belum mantap dalam meminta ampun kepada Allah.
Benarkah pendapat seperti itu? Tidak selamanya begitu. Ketika kita
mempunyai makanan, apa yang akan dilakukan oleh kucing rumah kita? Sudah
tentu, ia ingin agar kita memberinya. Tentang pola memintanya kepada
kita, banyak macamnya. Ada yang mendongakkan kepalanya, memandangi kita,
sambil mengeong. Itu umum. Ada pula yang mendekat dan mengibas-ngibaskan
ekornya di kaki kita. Dengan cara begitu, tuannya sudah tahu, bahwa ia
lapar dan minta sedikit makanan.
Sekarang, coba kita merenung, ketika seseorang ber-istighfar, apa
keinginan yang ingin dia capai? Keinginannya hanya satu, yakni agar
dosa-dosanya dihapus oleh Allah, sehingga jiwanya putih-bersih laksana
bayi yang baru lahir.
Kalau tujuan utamanya adalah terhapusnya dosa, maka banyak cara yang bisa
kita tempuh, tidak hanya melalui tahap-tahap formal-prosedural berupa
pelafalan kalimat istighfar. Dengan memperbanyak shalat sunnah, tadarus
Alquran, puasa sunnah, bersedekah, bersilaturrahmi, dan bermacam ibadah
sunnah yang lain, dosa-dosa akan terhapus --di mana ini merupakan tujuan
dari setiap istighfar. Rasulullah saw pernah bersabda, "Sesungguhnya
kebaikan itu menghapus keburukan."
- [RantauNet] Harus perhatikan penafsiran yang tepa... Syaifuddin Ma'rifatullah
- [RantauNet] Harus perhatikan penafsiran yang... rahim rahima