Dunsanak ysh,
  Hari Minggu-Senin minggu lalu saya berkesempatan pulang, dan sedikit melihat 
akibat-akibat bencana. Dari Padang ke Padang Panjang kerusakan terlihat 
terutama di lembah Anai, khususnya longsoran pada beberapa titik dan hingga 
terakhir pulang longsoran itu masih ada. Beberapa bangunan di depan pelayanan 
wisata terlihat sudah rusak secara struktur. Sebagian penghuni tinggal pada 
tenda-tenda di atas rel kereta api di seberang jalan. Pada rel kereta api yang 
merapat ke tebing masih ada guguran batu besar dan sampai saat ini kelihatannya 
belum dapat dipindahkan. Upaya Pemda dan masyarakat membersihkan jalan arteri 
sebagai urat nadi transportasi ini patut dihargai. Menjelang masuk Kota Padang 
Panjang di panorama, struktur jalan sangat kritis dan telah rawan longsor, 
sehingga perlu antisipasi segera.
  Di Kota Padang Panjang masih banyak masyarakat mendirikan tenda-tenda di 
depan rumah. Cukup banyak struktur bangun-bangunan yang rusak, khususnya 
bangunan umum. Diperoleh informasi bahwa memang sudah 3 hari ini belum ada lagi 
gempa. Biasanya cukup intens gempa setiap harinya walaupun dalam skala kecil. 
Jalur kereta api merupakan wilayah favorit untuk mendirikan tenda, kemungkinan 
karena pertimbangan struktur yang lebih aman.
  Dari Padang Panjang ke Sulit Air khususnya daerah Batipuh dsk memang tidak 
terlihat kerusakan terlalu besar, dikabarkan Sumani hingga Singkarak dan Solok 
menderita kerusakan cukup luas. Perkiraan saat ini pusat gempa berada di Gunung 
Rajo, sekitar 2-5 km dari jalan arteri, di utara Danau Singkarak. Kerusakan 
bangunan hingga 80%. Namun wilayah sekitarnya kerusakan tidak terlalu besar. 
Saya tidak sempat melihat kondisi di Solok karena pulang malam hari.
  Catatan sementara, terdapat beberapa infrastruktur umum yang rusak dan 
membutuhkan ’perhatian bersama’, terutama: jalan-jalan arteri dan kolektor yang 
rusak struktur (retak) dan rawan longsor, bangunan peribadatan, sekolah, dan 
kesehatan, jalur kereta api, dan fasilitas umum lainnya. Kemudian adalah 
bangunan-bangunan pribadi yang dibangun dengan konstruksi permanen, hingga semi 
permanen. Serta bangunan-bangunan lainnya, dengan tingkat kerusakan: berat, 
sedang, dan ringan. Selanjutnya adalah kondisi psikologis masyarakat yang 
senantiasa perlu mendapatkan dukungan khususnya dari perantauan.
  Masalah sumbangan. Dari Padang Panjang saya memenuhi mobil kijang dengan 
bahan makanan seperti mie instan, gula, kopi, dll. Pada beberapa tempat saya 
memberikan bantuan, rasanya bantuan seperti ini kurang tepat, karena persediaan 
makanan masih cukup dan ada yang baru panen. Seperti contoh, ada bantuan dari 
salah satu organisasi perantauan (ratusan juta?) kepada Pemda Kabupaten, yang 
kemudian dibelikan beras, mie instan, dsb ternyata hal itu dirasakan kurang 
signifikan dengan kebutuhan masyarakat. Mungkin bantuan seperti ini cocok untuk 
’masa tanggap darurat’, yang durasinya sekitar 3 hari hingga seminggu pasca 
bencana untuk kondisi Sumbar.
  Kebutuhan yang paling tepat ke depan adalah bahan-bahan bangunan, seperti 
semen, pasir, dsb. yang dapat digunakan untuk ’memulai pekerjaan konstruksi’.
  Kemudian perlu adanya prioritas terhadap penanganan, yang menurut saya: bisa 
dimulai dari infrastruktur umum hingga bantuan ke rumah tangga.
  Dengan demikian pada saat ini yang sangat dibutuhkan adalah suatu bentuk 
’manajemen bencana’ (disaster management), yang menurut penilaian saya, maaf, 
sepertinya belum dikuasai sepenuhnya oleh pejabat Pemda.
  Beberapa catatan lain akan saya sampaikan kelak.
  Sewaktu berangkat dari Padang hari Senin paginya, saya melihat dari pesawat 
bila Gunung Talang belum menunjukkan ’aktivitas vulkanik’. Kemungkinan gempa 
dari informasi terakhir adalah masih ’gempa tektonik’.
  Demikian sementara yang dapat disampaikan. Wassalam.
   
  -datuk endang
   
   
  catatan:
  kiranya model bantuan seperti ini adalah ’paling efektif’ untuk dunsanak kita 
di kampung :


Muhammad Dafiq Saib <[EMAIL PROTECTED]> wrote:    Ustad Zulharbi mengusulkan 
agar kita menyumbang untuk mesjid ini dalam bentuk semen. Aku setuju saja. Tapi 
untuk membeli semen atau mengeluarkan DO semen tentu kita harus mencari toko 
bahan bangunan dulu. Seperti kami bahas sebelumnya kelihatannya cukup repot. 
Akhirnya kami masukkan uang sebanyak Rp 200,000 ke dalam sebuah amplop dan 
diberi catatan agar dibelikan 5 sak semen.  
  .....
  Sebelum menuju Ranah, kami mampir di depan dua buah rumah yang menurut kabar 
dihuni seorang wanita tua dan rumah itu hancur. Kami datangi rumah itu tapi 
tidak bertemu dengan ibu tua itu. Kami titipkan sebuah amplop ke tetangganya 
yang rumahnya juga hancur (yang juga kami beri sebuah amplop). 
   
  (bersambung)


 
---------------------------------
Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels 
in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke