Sugesti Positif
Oleh : Yusuf Burhanudin

  ''Wahai orang-orang beriman, jauhilah sering berprasangka,
sungguh sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan jangan pula sebagian kamu menggunjing yang lain.
Apakah kalian suka memakan daging saudara yang sudah mati. Tentulah kalian
merasa jijik kepadanya, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'' (QS Al-Hujurat [49]: 12).
  Prasangka baik (husnuzhan ) dalam bahasa psikologi disebut
sugesti positif. Prasangka baik perlu dimiliki seseorang jika ingin meraih
kesuksesan dan keberhasilan. Sugesti positif selain mencerminkan kesucian
hati, juga menjadi doa, harapan, dan optimisme seseorang untuk selalu
bangkit dari berbagai kegagalan dan keterpurukan.


  Pepatah Arab mengatakan, ''Jika seseorang takut miskin, ia akan
miskin. Jika seseorang takut hina, dirinya telah terhina.'' Sebelum
kemiskinan dan kehinaan menimpa, keduanya hadir justru di saat kita terlalu
mengkhawatirkan terjadi.


  Mengutip Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam, berbaik
sangka itu tidak hanya pada sesama. Tetapi, juga kepada Allah. Inilah ciri
orang beriman, yang selalu meyakini setiap cobaan, musibah, dan derita yang
menimpa tiada lain peringatan dan ujian dari-Nya. Agar kita lekas sadar dari
kealpaan, senantiasa mengikuti perintah-Nya, menjauhi maksiat, serta dalam
rangka mengumpulkan pahala.
  Tidak ada manfaat berburuk sangka, apalagi kepada Allah. Buruk
sangka selalu menyuburkan kebencian, kedengkian, dan permusuhan sehingga
membuat kita abai pada misi hidup sesungguhnya di muka bumi.


  Su'uzhan (prasangka buruk) adalah gambaran hati yang iri,
dengki, dan penuh hasut. Saat berprasangka, seseorang menilai dengan
kacamata kekurangan pada orang lain dan penuh keistimewaan memandang dirinya
(egoisme). Rasulullah SAW bersabda, ''Jauhilah prasangka, prasangka itu
omongan paling dusta.'' (HR Muttafaq Alaih).


  Tidak ada yang paling dusta selain prasangka. Praduga didasarkan
pada khayalan, ucapan didasarkan imajinasi berlebihan yang dikarang sesuai
fantasinya sendiri. Inilah omongan paling dusta, tidak saja tanpa fakta tapi
juga kebohongan tingkat tinggi.


  Usamah, sahabat Nabi SAW, ditegur karena membunuh musuh yang
mengucapkan la ilaha ilallah. Pada pengadilan militer, Usamah membela diri,
musuhnya mengucapkan itu karena takut pedang. Rasulullah SAW bersabda,
''Apakah kamu membelah dadanya hingga tahu ia mengucapkan tahlil itu
sungguh-sungguh atau tidak?'' (HR Muslim). Demikian Islam menjaga akhlak
umatnya. 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke