Dunsanak Arifianto ysh, Saya berusaha mencermati aspek eksternal dalam Perang Paderi, namun belum menemukan referensi yang memadai. Sentot Alibasya memang sebelumnya adalah salah seorang panglima perang dalam pasukan Pangeran Diponegoro, dan termasuk pemimpin-pemimpin pasukan pertama yang berhasil ditawan oleh Belanda. Pada masa itu sepertinya terdapat dua pilihan bagi pasukan yang ditawan, yaitu: diasingkan atau menjadi pasukan untuk Belanda. Beliau akhirnya masuk menjadi pasukan Belanda dan mendapatkan pangkat yang cukup tinggi, kalau tidak salah overstee, dan memimpin satu grup pasukan. Pasukan ini akhirnya diterjunkan pada Perang Paderi sejak tahun 1833. Namun tidak berapa lama akhirnya Belanda memulangkan beliau ke Jawa, karena dinilai beliau tidak sepenuh hati melakukan peperangan. Di tengah jalan, akhirnya beliau ditinggalkan di Bengkulu dan meninggal di tempat tersebut hingga akhir hayatnya (1855?). Saya masih meragukan bila disebutkan beliau bersisian dengan pasukan Paderi dalam peperangan melawan Belanda, kemungkinan hanya bersifat pasif atau memberikan informasi. Apalagi bila disebutkan selama ini beliau memprakarsai pertemuan di Bukit Marapalam itu. Salah satu alasan adalah bilamana memang ada relasi yang dekat dengan pasukan Paderi, tentunya dari Bengkulu beliau bisa bergerak kembali ke Minangkabau. Sebagai catatan kita bersama, peperangan Paderi 1821-1837, pasukan Paderi tidaklah bertempur dengan pasukan yang 100% Belanda. Di dalam suatu grup pasukan, paling hanya 10% yang berdarah murni Belanda, yaitu komandan dan para perwiranya saja. Selebihnya adalah pasukan pribumi yang pada umumnya berasal dari Maluku, Nusa Tenggara, Bugis, Madura, dan Jawa. Karenanya sangat menarik dicermati, bahwa setelah pengembalian kedaulatan Belanda dari Perancis 1800 dan penyerahan kedaulatan Indonesia dari Inggris ke Belanda (1805?), fokus pertama ‘penguasaan’ kembali secara teritorial oleh Belanda adalah ke wilayah Timur Indonesia; suatu wilayah geografis yang ditempuh paling jauh. Maksudnya memang bukan menguasai sumber daya alamnya, tetapi lebih kepada sumber daya manusianya. Kita mengenal pecahnya perang Pattimura 1817. Fokus kedua Belanda adalah wilayah Minangkabau, yang sudah dijajaki sejak tahun 1821. Namun pada tahun 1825, fokus itu beralih ke tanah Jawa, untuk kemudian beralih kembali ke Minangkabau pada tahun 1831. Strategi penguasaan secara militer ini memang menarik untuk dipelajari, terutama dalam hal mobilisasi sumber daya manusia dan pengelolaan logistik kemiliteran. Wassalam, -datuk endang
"a.arifianto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: assalamualaikum ciek lai.. dek kato sejarah, sentot ali basya nan manjadi kawan diakhir peperangan bonjol (sejarawan belando mengaceknyo perang paderi), membawa pasukan jawa sedemikian banyaknya, walaupun diakhir cerita dikisahkan sang sentot berpaling membela imam bonjol... singkat cerita pasukan sentot di duduk-an oleh ninik mamak dan di pasukuan dengan namo suku yang baru... (lupo namo sukunyo), dan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagaimana dengan suku2 minang lainnya... selama ini kita bangsa minang terbelenggu oleh kata "minangkabau", sehingga kita lupa bahwa kita adalah bagian dari satu rumpun yang lebih besar lagi yang dibilang oleh dt. tan malaka nusantara (indonesia sebenarnya yang diusung tan malaka adalah rumpun melayu muda)... bangsa minang lupa mereka memiliki wilayah rantau... saudara2 wak nan di kuok, kampar, jambi, dsb menjadi hilang... kita mungkin hanya teringat bagaimana nasib minangkabau yang sekarang menggenaskan, tapi lihat bagaimana rantau minangkabau sekrang, sangat2 menggenaskan... yang terlihat hanya hutan, kemana mereka? pernahkah kita ingat, bahwa mereka yang merantau atau bahkan diutus untuk menjadi pagar penopang minangkabau dari daerah luar ditempatkan di rantau... orang2 hebat minangkabau ditempatkan di daerah rantau, dharmasraya, deli, kampar, dsb... ketika minangkabau (sumatera tengah) terpetakan paksa dengan propinsi2 yang lebih kecil (sumatera barat, riau, jambi, sumut, dsb..) dan rantau hancur hingga tak bersisa... masihkah kita sadar mereka saudara kita telah hilang... malakok, menjadi jawaban... ninik mamak harus cepat mendudukkan permasalahan ini... karena minangkabau bukan cuma 50 kota, tanah datar dan agam... yang menjadi perhatian adalah, hancurnya minangkabau, hancurnya peradaban, menjadikan hancurnya kehidupan manusia yang ada didalamnya... apa yang bisa ninikmamak katakan esok pada anak dan kamanakannya... rang mudo JABOK anak kamanakan mendengar... maaf terlalu semangat.. ^_^ makasih atas saran2 dulu tentang imigrasi, alhamdulillah lah selesai walo agak berbelit seketek... --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---