Assalamualikum w.w.

Saya mau sedikit menimpali dalam hal yang terjadi kepada beberapa warga 
indonesia baik yang datang mencari nafkah ataupun yang datang berlibur ditanah 
melayu ini.

Saya bersama rombongan ( sekitar 20 orang )  pernah dimintai pasport dan 
ditinggalkan di gate pada saat mau melawat ke rumah peristirahatan PM yang lalu 
DR.Mahatir di Putra Jaya sekedar melihat fasilitas dan kemewahannya saja. Pada 
hal beberepa rombongan yang masuk bersamaan dari Taiwan dan Jepang hanya 
dimintai 1 pasport saja untuk setiap rombongan.

Waktu ditanya mereka bilang Indonesia payah dan teruk la. 

Sempat terjadi adu mulut dengan beberapa anggota rombongan tapi apa mau dikata 
ini negeri orang, kalaulah itu terjadi di Medan maka yang akan terjadi lebih 
dari apa yang dibuat kepada wasit karate tsb.


Sampai meninggalkan tempat itu setegah jam kemudian kami hanya membicarakan 
kejengkelan tentang peristiwa itu. Walaupun personal travel biro yang membawa 
kami beberapa kali minta maaf akan hal itu.

.
Saya keluar masuk malaysia beberapa kali dan pernah tinggal menetap di KL 
beberapa bulan.

Menurut persepsi saya,kebanyakan dari bangsa Melayu  disana mereka sudah 
mempunyai persepsi yang buruk tentang bangsa kita walaupun beberapa mereka 
tidak menyatakannya secara jelas.

Jika ada dalam beberapa hal kita unggul maka mereka memberikan pujian tapi 
sering hanya pujian semu.

Maaf jika hal ini tidak berkenan.

Wassalam.

Dodi - Medan


  ----- Original Message ----- 
  From: Arlen Ara Guci 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Friday, August 31, 2007 11:49 AM
  Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: This is Truly Asia? Oh, Malaysia/Buruk Muka 
Cermin dibelah :)


  Assalamualaikum wr wb 
  Hhmm...membaca milis yang ttg malaysia ini, sy seperti mentertawakan diri sy 
sendiri. Karena saat menulis mail ini saat badan sy sdg berada di Malaysia.
  Membaca kisah sdr Budiman Bachtiar Harsa (37), prihal Kekerasan pada WNI di 
Malaysia, pertama sy cukup prihatin dan tentunya berharap kejadian serupa tak 
terulang lagi dan tak menimpa sesiapa lagi.
  Kalau boleh sedikit sy tuangkan di sini, Malaysia memang syarat dengan 
peraturan. Ya bak kata pepatah, lain pada lain belalang, lain lubuk lain 
ikannya. Begitu pula kiranya antara Indonesia-Malaysia (walau kita selalu sebut 
dan agungkan kita serumpun).Tapi tidak berarti atas nama keserumpunan itu, kita 
beranggapan kita ada kelonggaran atau apapun namanya bila telah menginjakkan 
kaki di negeri jiran. walau apapun bentuk kunjungan,  haruslah diri dilengkapi 
dengan surat dan dokumen perjalanan yang syah. Ya, paspor, visa tinggal 
sementara buat yang jalan-jalan/turis, permit kerja yang sah bagi yang  
kerja/TKI. Hal ini harus kita junjung tinggi, karena ini negara orang. 
  Nggak bisa dong, kita hanya unjuk KTP bila Polisi Malaysia lagi bertugas dan 
nanyain surat2 perjalanan/visa kita. Itu mereka lakukan tentu atas nama tugas 
negara dan memelihara kestabilan keamanan malaysia. Bukan untuk menginterogasi 
yang bukan2, atau apalah namanya. 
  Ya, walau kita tak terbiasa diperlakukan begini, tapi sekali lagi ini negara 
orang bukan? jadi  mau tak mau, suka tak suka, patuhi peraturan negara nya 
dong? 
  Namun bila sampai terkesan kasar, apalagi ada tindakan fisik, kita juga boleh 
kok melaporkan  oknum polis itu ke balai polis, kalau memang nyata kita benar, 
tapi masih diperlakukan tak wajar  oleh polisi malaysia. Toh, atasannya juga 
tak segan2 memberikan hukuman setimpal kalo ada  yang melanggar aturan dalam 
bertugas.
  Saya tulis ini bukan bermaksud membela pihak manapun. Hanya sekadar melihat 
apa dan bagaimana hukum dan peraturan dijunjung tinggi di Malaysia. (coba dech 
bedakan dengan negara kita, hmmm...)
  Saya tak hendak mencabik baju di dada atas tulisan ini. Juga tak hendak 
menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri atas kasus2 yang menimpa WNI di 
negeri ringgit ini. Nyaris 1 tahun sy di sini, kalau boleh jujur, kesalahan 
yang menimpa beberapa WNI  (utamanya yang berstatus TKI) adalah ulah kita 
sendiri. Kebanyakan surat2 kerja tak lengkap, permit kerja tak ada, atau datang 
ke malaysia ini begitu saja/tepatnya imigran gelap, atau melakukan tindakan 
kriminal. (kalau ada pembaca yang  berdomisili di Malaysia, tentu akan sangat 
akrab dg tayangan program 999, di TV 3 setiap kamis malam) yang dipandu dg 
sangat lugas dan cerdas oleh  Zakia Annas. Di situ akan dapat disaksikan 
bagaimana polis malaysia, pejabat imigresen dan dibantu relawan rakyat Malaysia 
kerap memburu para TKI yang nyata2 datang ke Malaysia secara haram. 
  Mencari hidup di negara sendiri aja perlu surat dan bukti diri yang syah, 
apalagi di negeri orang kan? Kalau kita mau jujur lagi, kebanyakan TKI yang 
datang ke Malaysia, apa mereka dibekali skill yang memadai? Jadi, bisakah kita 
jujur pada diri sendiri?
  So, siapa sebenarnya yang patut kita sadarkan? Kalaulah kita ikuti aturan 
main negeri jiran ini, enak juga kok hidup di sini. sy kutip ucapan salah satu 
TKI yang pernah di tayang di RTM 2, dalam iklan layanan masyarakat Malaysia,
  "Di Malaysia ni, boleh tahan la. Kita keje 1 hari je, bole makan buat 1 pekan 
la, kalo kat indon, kita tak bole. susah sikit la."
  Kira2 artinya begini, " di malaysia ini oke la. kita bekerja 1 hari saja, 
bisa makan buat 1 minggu, kalau di Indonesia, kita nggak bisa. susah sedikit 
la."
  Tiada maksud sy untuk menyalahkan pihak  manapun. Hanya sekdar menghimbau 
kepada diri sy utamanya, dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung. 
Apalagi di Malaysia ini negerinya berbilang kaum. Ada 3 etnis besar; Melayu, 
China, India.
  Hanya saja kadang, kita tak terlalu kuat untuk menerima kesalahan kita! itu 
yang menjadi puncanya. Kita merasa selalu benar. Kita selalu tak salah. 
Wallahualam.
  Selalu lengkapi diri dengan surat2 yg syah bila melakukan perjalanan! Mungkin 
itu visa yang syah, permit bagi yang bekerja bila di negara orang. Utamanya di 
Malaysia. Tak susahkan membawa kemana-mana hanya sebentuk visa, secarik permit. 
Nggak berat kok!
  Bila terjadi juga apes/kemalangan dalam bentuk apa jua, ya anggap sajalah 
takdir!
  Mengutip kata2 Kang Ebiet G Ade, "...Anugerah dan bencana, adalah 
kehendak-Nya. Kita mesti tabah menjalani.."
  Karena dengan memberikan penilaian negatif kepada sesiapa jua, sy pikir, ini 
bukan solusi terbaik. Bagaimana kita akan menjadi bijak, kalau selalu saja kita 
lebih cakap menilai keburukan orang lain, ketimbang diri kita sendiri (ini 
imbauan khusus untuk diri saya sendiri tentunya).
  Oh iya, terkait tindakan fisik oleh polis malaysia kepada wasit indonesia (sy 
baru dapat info dari detik.com dan denger beritanya di berita tv 3), sy pikir, 
jangan dijadikan muatan untuk menimbulkan perpecahan. (kadang orang selalu saja 
lebih senang memancing di air keruh). Walau seumpama sudah jelas siapa yg 
salah, apakah menanam bibit kebencian apalagi
   berhembus angin permusuhan akan menyelesaikan masalah? Harga diri takkan 
bernilai bila dilandasi dengan emosi semata.
  Mari selalu mencoba meredam perkara dengan jiwa tenang dan hati yang bersih. 
Apalagi mau bulan puasa kan? Apapun itu, my love is my country, Indonesia. 
Khususnya, taratak dan tapian tampek mandi, ranah minang tercinta
  Mohon maaf bila ada kata-kata tak berkenan 
  Wassalam wr wb 

  Jadi, patutkah kita melayangkan penilaian yang negatif kepada Malaysia?   
  dutamardin umar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Dari milis sebelah,

    bukan bermaksud memanas2i, untuk sekedar tahu ajah...


    ---------- Forwarded message ----------
    From: Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]>
    Date: Aug 29, 2007 5:35 PM
    Subject: Kekerasan pada WNI di Malaysia (hati-hati Promosi Wisata Malaysia!)

    (dari milis Pantau):
    ==========================

    Nama saya Budiman Bachtiar Harsa37 tahun,, 
    WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di
    Jakarta.

    Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
    kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang
    "Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
    Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia.
    BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
    WISATAWAN.

    Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
    anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke
    Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
    negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
    imigrasi).
    Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
    Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
    anak-anak gembira.

    Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
    Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
    sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
    Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
    anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
    menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
    Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
    malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
    Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
    Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
    medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
    Tower.

    Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
    berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
    Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
    saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
    "Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
    jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
    memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
    sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
    language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
    negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
    passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
    entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
    sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
    mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak
    sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka
    dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya
    :"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis,
    wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak
    polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
    KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?

    Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
    tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL
    untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba
    memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
    "... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
    ipar saya yg pulang duluan ke hotel.

    Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
    kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
    tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us.
    Saya kurung kalian...

    Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
    ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka
    habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis
    meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
    saja...

    Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo
    polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya
    tertulis nama: Rasheed.

    Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang
    mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
    berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis
    malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
    orang ujung2nya merampok?

    Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
    untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
    melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu
    mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
    dirinya, sang preman marah dan mendekati saya,
    mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun
    dicegah polisi berseragam.

    Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
    membuktikan identitas diri. saya langsung setuju,
    namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
    Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko
    Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
    menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi
    preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
    if those indon run, just shoot them... katanya sambil
    menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu,
    ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
    yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
    Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.

    Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan
    saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak
    Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang
    Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
    menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan
    Business class pada Flight Malayasia Airlines.
    Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
    bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
    Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya
    sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan
    "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
    malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di
    negeri sial ini).

    Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
    berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko
    Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
    Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP
    P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
    Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk
    tidak merekam wajah mereka.
    Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan
    sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat
    ini, tanpa berjabat tangan.

    Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
    membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
    agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan
    siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan
    dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.

    Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
    WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
    bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir
    dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
    mengalami hal yg sama.

    Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya
    pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja
    bisa dihajar polisi Malaysia.
    Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan
    dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus
    sedih.

    Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia,
    WNI diperlakukan seperti Kriminal.





----------------------------------------------------------------------------
    Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
    


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke