Diluar kajian Nasionalisme, persoalan TKI sesungguhnya persoalan mudah namun selalu menjadi sulit karena tidak ada political will dari pemerintah untuk melindungi warganya yang menjadi pembantu di luar negeri. Hingga saat ini upaya perlindungan yang serius dan sistematis belum ada. Seperti juga dikatakan oleh Din Syamsudin, mantan Dirjen Penempatan TKI di luar negeri, pemerintah belum maksimal memberikan perlindungan terhadap TKI. Padahal banyak hal diperlukan untuk melindungi TKI khususnya TKW yang mayoritas bekerja di sektor domestik di mana hampir di semua negara umumnya belum ada UU yang tegas mengatur dan adil bagi pekerja di sektor ini. Tenaga kerja sektor domestik terutama pembantu rumah tangga sampai saat ini belum mendapat tempat yang jelas peraturan tentang tenaga kerja, baik di peraturan di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri, pekerja rumah tangga belum termasuk dalam UU Tenaga Kerja. Di Malaysia, TKI tidak termasuk dalam UU Tenaga Kerja, melainkan UU Keimigrasian. Arab Saudi dan Singapura mengatur tenaga kerja sektor domestik dalam UU Keluarga, bukan UU Tenaga Kerja. NGO Migrant Care melansir bahwa tidak jelasnya aturan kerja bagi pekerja sektor domestik mengakibatkan dalam banyak kasus ditemukan TKW pembantu rumah tangga disuruh bekerja 22 jam sehari dan 7 hari seminggu. Sementara Satgas Perlindungan WNI Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur mencatat bahwa per tahunnya dari sekitar 1.000 kasus TKI di Malaysia, kebanyakan mengalami penyiksaan dan tidak dibayar gajinya. Beberapa kelemahan sistem TKI/TKW di Luar negeri sebetulnya sudah dikaji. Migrant Care menyoroti nota kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Malaysia yang mengijinkan majikan memegang paspor TKI. Kondisi ini membuat TKI semakin rentan terhadap perlakuan semena-mena dari majikan. Sementara Menakertrans menyoroti maraknya TKI yang diberangkatkan tidak terdaftar atau ilegal oleh Perusahaan Jasa TKI (PJTKI). TKI ilegal membuat upaya perlindungan hukum lebih sulit. Dari pihak Pemerintah Indonesia, diperlukan reformasi kebijakan dalam pengiriman TKI/TKW ke luar negeri. Reformasi yang mendasar yaitu upaya pemanusiaan TKI. Khusus untuk pekerja pembantu rumah tangga, komitmen Pemerintah diharapkan dapat merealisasikan Gerakan Nasional Perlindungan Tenaga Kerja Rumah Tangga untuk upaya "pemanusiaan" (humanisasi) para pekerja pembantu rumah tangga baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain menjamin pemberian hak hari libur bagi pekerja, hak atas penyimpanan dokumen identitas pribadi (KTP/Paspor), pembatasan jumlah jam kerja, dan kontrak kerja berimbang antara majikan dan pekerja. Pemerintah juga harus menjamin bahwa semua TKI yang diberangkatkan ke luar negeri diberangkatkan melalui jalur yang sah menurut hukum dan terdaftar dengan identitas yang akurat. Dan satu yang lebih penting meningkatkan Skill TKI minimal menguasai bahasa negara tujuan dan pengetahuan kesehatan dasar. e yayay
Ronal Chandra <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebenarnya dalam kasus malaysia tidak ada yang luar biasa jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi sama TKI selama ini. Perbedaan mendasar masalah TKI dibangsa ini tidak pernah jelas dan mau diurus, TKI sudah menjadi sapi perah Meskipun mereka sanggup menjadi penyumbang devisa terbesar dibangsa ini. TKI tidak pernah punya seorang menteri untuk mengurus masalah masalahnya selalu saja dipandang sebagai Budak oleh kita sendiri. Berbeda hal nya dengan Donald yang merupakan delegasi resmi olahraga indonesia yang dikirim resmi oleh Menteri Olahraga. Makanya tidak aneh begitu kejadian menteri olahraga dengan berapi-api mengungkapkan kekesalannya, berani mengambil sikap boikot semua kegiatan olahraga dimalaysia, barani menuntut permintaan maaf. Entah sudah berapa nyawa masyarakat indonesia tercabut dari raga nya secara paksa dimalaysia, entah sudah berapa puluh masyarakat indonesia pulang dengan cacat seumur hidup dan entah sudah berapa banyak penghinaan dilakukan oleh orang lain terhadap kita bangsa yang besar ini, namun pemerintahnya cuma sanggup bilang "Masalah permintaan maaf adalah cermin dari kepribadian bangsa masing masing", hughh aneh memang. Thailand baru saja membuka kembali akses situs youtube dinegaranya setelah 5bulan lamanya diblok habis oleh pemerintahnya karena situs itu menjadi cara bagi orang tidak dikenal untuk menghina raja thailand. Mereka memaksa pengelola situs itu untuk melakukan sortir khusus untuk video yang secara langsung dan tidak langsung menghina thailand dalam bernegara. Tidak terbayang sama saya site dengan traffic jutaan punya kerjaan baru menyortir semua kampanye negatif tentang thailand demi untuk bisa masuk ke thailand. Mungkin itu contoh kecil tapi masih banyak contoh negara lain yang mau melakukan apapun untuk mempertahankan harga dirinya, berani berteriak lantang untuk membela hak hak warga negaranya. Bukan lagi memar ditubuh yang harus ditahan, hati yang harus menahan sakit karena dihina tapi nyawa anak bangsa indonesia sudah meregang dari raga nya, presiden indonesia masih kalem. Memalukan!!! Regards ROnal Chandra --------------------------------- Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder tool. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---