*Dimano Garubang Hilang,
Di Aia Tojun-manojun
Dimano Bujang Hilang,
Di baliak Asok Bukik Takobun.*

*Ka ili ka mudiak mancari Dompet
Dompet dapek kobek pinggang ilang
Dek talendo daun lado mudo
La ili kamudiak mancari ubek
Ubek dapek Nan Kanduang ilang
Ba tamba sansai badan ambo
Begitulah bunyi bait/syair Marungui
dan Ratok Silungkang Tuo*

Seperti kita ketahui, Budaya Rakyat Minangkabau di setiap Nagari mempunyai
ciri/kebiasaan dimasing-masing daerah, termasuk juga di Nagari Silungkang,
mempunyai budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu, sebahagian masih tetap
dipakai sampai sekarang, seperti Bbudaya kesenian *Tak Tumbin (Rebana)* yang
dipakai atau dipertunjukkan pada setiap ada pesta Baroleh Kawin. Tapi ada
satu Budaya Silungkang asli yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu yang
terlupakan atau mungkin sudah dilupakan oleh masyarakat Silungkang, bahkan
generasi muda Silungkang saat ini ada yang tidak tahu sama sekali tentang
budaya tersebut, sehingga membuat mereka terheran-heran. Budaya tersebut
adalah *MARUNGUI, RATOK SILUNGKANG TUO SERTA RATOK INYIAK PORIANG*. Budaya
ini sangat unik sekali, karena Silungkang adalah satu-satunya yang mempunyai
budaya ini di seluruh Minangkabau, sehingga mendatangkan decak kagum bagi
masyarakat Minangkabau lainnya bahkan juga Negara Malaysia.

Budaya atau kesenian *Marungui* ini dimainkan oleh satu orang dengan cara
berkelumun kain sarung, juga *Ratok Silungkang Tuo* dan *Ratok Inyiak
Poriang* dimainkan oleh satu orang dengan diiringi musik *Saluang* dan
*Talempong
Botuang*. Dalam permainan Marungui ini, Ratok Silungkang Tuo dan Ratok
Inyiak Poriang, si pemain menceritakan keadaan yang terjadi pada seseorang
maupun yang dialami oleh Nagari, seperti seorang yang putus cinta, atau
seseorang yang ditinggal pergi oleh orang-orang yang dicintainya, sehingga
akan menimbulkan kesedihan serta keharuan bagi orang yang mendengarnya. Pada
saat sekarang ini yang masih menguasai budaya ini, hanya tinggal satu orang
lagi di Nagari Silungkang ini, yaitu *Bapak UMAR MALIN PARMATO*, Kepala
Dusun Sawah Darek Desa Silungkang Oso, bahkan sampai saat ini belum ada
satupun dari generasi penerus yang mewarisi budaya ini, beliau ingin sekali
menurunkan atau mengajarkan budaya ini kepada generasi muda Silungkang,
supaya budaya ini tetap lestari serta terpelihara dengan baik, sehingga akan
menimbulkan kebanggaan bagi masyarakat Silungkang khususnya dan Sawahlunto
pada umumnya, karena budaya ini adalah sebuah aset daerah yang sangat
berharga sekali, dan nantinya juga bisa menunjang pariwisata di Kota
Sawahlunto, terutama sekali wisatawan akan lebih mengenal lagi Nagari
Silungkang, tidak hanya terkenal dengan tenunan songketnya, tapi juga
dikenal sebagai Nagari yang mempunyai budaya yang sangat unik sekali.

Sewaktu *SS (Suara Silungkang)* berkunjung kekediaman Bapak Umar Malin
Parmato di Sawah Darek, menanyakan sejak kapan budaya ini ada di Silungkang,
beliau menjawab menurut cerita dari orang-orang tua dahulu, budaya ini sudah
ada sejak Masyarakat Silungkang masih menganut agama Hindu dan Animisme,
atau sebelum agama Islam masuk ke Minangkabau. Sewaktu ditanyakan siapa yang
pertama sekali memperkenalkan budaya ini, beliau tidak tahu persis siapa
orang yang pertama yang memperkenalkan budaya ini, yang jelas Bapak Umar MP
ini sudah menguasai budaya ini sejak tahun 1942 yang lalu. Juga waktu
ditanya, dengan siapa beliau mempelajari budaya ini, Bapak Umar MP
mengatakan, dia belajar dari* Inyiak SAURA Kampung Talak Buai* yang tinggal
di *Sungai Cocang* pada tahun 1940.

Bapak Umar MP juga mengatakan, bahwa pada tanggal 10-18 April tahun 2005
yang lalu, budaya ini pernah ditampilkan pada *"Pesta Gendang Nusantara 8" *di
Banda Raya Melaka Bersejarah, Negeri Sembilan Malaysia sebagai utusan dari
Pemerintah Kota Sawahlunto. Kita sebagai warga Silungkang patut bangga
sekali karena budaya kita sangat dikenal di negeri orang, tapi sungguh
sangat ironis sekali, kenapa tidak ada dari warga Silungkang yang ingin
melestarikan serta menghidupkan kembali budaya ini, sehingga nantinya akan
bisa menjadi salah satu kunjungan wisatawan ke Silungkang, kalau dapat
budaya ini bisa dijadikan salah satu agenda bagi kita masyarakat Silungkang
untuk mengelolanya secara profesional.

Diharapkan kepada PKS Jakarta, ke depan untuk bisa memperkenalkan secara
rutin budaya ini ditingkat Nasional, mungkin bisa dimulai pada acara Halal
bi Halal warga Silungkang Jakarta sehabis lebaran nanti, sehingga nantinya
budaya ini akan tetap lestari dan tidak akan hilang ditelan waktu. Kedepan
marilah sama-sama kita jaga aset budaya kita ini yang sangat berharga
seklai, sehingga budaya ini tidak akan diambil oleh daerah lain.

*Oleh Rizal F. Daniel*

*Tabloid Suara Silungkang – Edisi Ketiga September 2007*


**

*silungkang.com<http://www.silungkang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=43&Itemid=1>
*


-- 
http://auliahazza.com/
http://auliahazza.belajar-islam.com/

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke