Waalaikumsalam w.w. Nanda Rahima, Sungguh terharu saya membaca 'posting' Nanda ini. Ada dua hal yang langsung teringat oleh saya, yaitu: 1) momen yang paling menentukan dalam proses pembentukan watak seorang anak manusia adalah waktu kecil, dari pesan yang disampaikan oleh para orang tua kepada anak-anaknya, yang akan diingatnya terus menerus sepanjang hayatnya; dan 2) substansi 'posting' Nanda ini perlu dibaca oleh pimpinan dan anggota Komisi Pembrantasan Korupsi (KPK), khususnya dalam menyusun 'grand strategy' pembantrasan korupsi di Indonesia,yang harus bekerjasama dengan fihak lain, terutama dengan para orang tua.
Menurut penglihatan saya, kiprah KPK untuk mengejar koruptor yang sudah dewasa, bahkan sebagian sudah tua, tetap perlu dilanjutkan, tetapi suatu kampanye baru yang lebih berjangka panjang juga perlu dimulai. Jika hal itu dilakukan secara intensif, saya percaya bahwa dalam tempo 15-20 tahun yang akan datang, peringkat Indonesia dalam perkorupsian akan jauh menurun. Izinkan saya menayangkan ulang 'posting' Nanda ini dalam situs pribadi saya www.saafroedinbahar.grahacitra.com. Biar juga dibaca oleh rekan-rekan saya. Selamat Hari Raya Idul Fitrie, nanda. Mohon maaf lahir dan bathin. Wassalam, Saafroedin Bahar (70+2+6) Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakaatuh Sewaktu kecil, aku masih sangat ingat sekali akan kata-kata almarhum ayahku: Jangan pernah ada setetes darahpun mengalir ditubuh kalian berasal dari harta yang haram.Kata-kata itu terpatri pada seluruh kesembilan anak-anak ayahku, sampai dewasa. Kakakku seorang bidan, tinggal di Jakarta, dengan kepahitan hidup yang membiayai anaknya dua orang seorang diri, begitu banyak tawaran dari para pasangan muda-mudi, untuk menggugurkan anak mereka yang berasal dari hasil hubungan gelap mereka. Kakakku yang pengetahuan agamanya memang kurang begitu dalam, ia hanya tau shalat, puasa, dan pengetahuan agama secara umum saja, sehingga hal-hal mendetail, ia tidak mengetahuinya, maka ia bertanya padaku akan hukum aborsi tersebut. Maka aku jelaskanlah sejelas-jelasnya. Aku katakan pada kakakku, kalau kakak ikut membantu orang yang menggugurkan anak mereka tersebut, maka kakakpun ikut berdosa. Orang yang berdosa bukan hanya peminum khamar saja, yang menyediakannyapun ikut berdosa.Tentu kakakku itu sangat ketakutan, biarlah miskin harta didunia ini katanya, asal jangan tersiksa pula kita diakhirat sana hanya karena ini.Tawaran uang yang begitu banyak, bisa saja mebuat ia menjadi orang kaya di Jakarta itu, tetapi kakak saya masih saja hidupnya pas-pasan, sebab terkadang beliau hanya benar-benar membantu orang yang melahirkan, dan dibayar murah, kadang hutang, dan banyaknya banyak yang tidak bisa bayar, tetapi kakakku mengikhlaskan saja, karena yang datangpun menengah kebawah. Bukan ngak ada yang kaya datang, para artispun banyak datang kepadanya. Ada lagi kakak perempuanku yang lain lagi, ia bekerja di Inhutani Pekanbaru, jabatannya sebagai Bendahara proyek, betapa banyaknya para pegawai yang mencoba menyumpalnya dengan iming-iming uang, agar diberikan proyek yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang, tetapi kakakku menolaknya, padahal kalau dihitung-hitung, kehidupannya cukup pas-pasan juga, suaminya ketika itu hanyalah seorang ustadz dan guru honorer(tetapi sejak thn 2000 dah PNS), kalau dipikir-pikir, tawaran yang menggiurkan itu, bisa aja diterimanya, hanya saja, kata-kata ayah kami itulah yang selalu dikenangnya.: Jangan pernah ada setetes darah yang mengalir ketubuh anak-anakku dari harta yang haram. Ketika kakakku mendapat lotre yang jumlahnya lumayan juga, dia Cuma iseng-iseng, eh..ternyata dapat undian. Ia tau, kalau uang semacam itu haram, maka ia ngak mau belikan makanan, karena takut menjadi darah daging katanya, tetapi ia belikan baju, dan barang lainnya.Kemudian ia tanya padaku akan hukumnya, sambil mengatakan: Ma..kan uangnya bukan untuk menjadi darah daging, tapi buat dipakai, jadi ngak papakan?.Lantas aku jawab simple saja. Baju yang kakak pakai dari uang haram untuk mencari makanan yang halal gimana yah kak? Itu sama saja dengan rumah yang dari luarnya kelihatan kotor berbau, ngak sedap dipandang mata yang melihat, meski didalam rumahnya bagai istana, bersih menyejukkan.Kakak mau pilih mana, bersih luar dalam atau kotor luar dalam, atau bersih dan kotor bercampur baur, atau sepotong bersih, setengahnya lagi kotor? Lain lagi kakakku yang tinggal di Padang. Suaminya seorang pegawai Kehutanan, yang dulunya bawahan dari ayahku, jadi terpatri juga sikap ayahku pada dirinya, karena belasan tahun menjadi bawahan ayahku.Ayahku, meski memiliki jabatan kepala proyek kantor kehutanan masa itu, namun hidup kami pas-pasan, ini semua karena beliau ngak mau korupsi, padahal uang puluhan juta selalu berada di lemarinya, tetapi itu adalah uang negara.Sepesenpun beliau ngak pernah mau mengambil, kalau bukan haknya. Jadi, wajarlah kehidupan kami pas-pasan, sampai ibuku ikut membantu finansial ayah kami, dengan berjualan kue pertamanya, yang dijajakan di sekitar kedai-kedai, sapai kesekolah-sekolah, yang terkadang pernah merasakan iri orang lain, karena dagangannya laros, enak rasanya, membuat iri pedagang tetap yang punya kedai, sehingga ibuku terpaksa diusur petugas keamanan dari olisi, agar jangan berdagang kue disekitar itu. Betapa sedih dan hancurnya hati ibuku. Namun beliau tak pernah kenal lelah, letih dan pesimis. Ia jualan kue ditempat lain. Dikit demi dikit, akhirnya mulai dari jualan kue, sampai jualan nasi, bahkan punya kedai nasi disuatu tempat yang terkenal.Dimana karir ayahku juga semakin menanjak, selalu bertugas dilapangan(kehutan tentunya), kehidupan mulai meningkat.Dari sanalah ayah dan ibuku mulai membeli tanah, rumah, toko, dllnya. Satu yang selalu diharapkan ibuku:Janganlah anak-anakku seperti aku yang mencari uang, dengan tangannya, dengan jualan kue, kerjanya luar biasa capek, tetapi untungnya ngak seberapa, kecuali harus penuh dengan kesabaran, aku menginginkan anak-anakku sekolah yang tinggi, sehingga mereka kelak besar jadi sarjana, dan bekerja dengan otaknya. Tapi memang dasar keturunan orang Minang, yang katanya jiwa mereka ada bisnisnya, ternyata tanpa disadari, aku dan anak-anakku yang masih kecilpun telah memiliki jiwa dagang itu. Meski suamiku seorang yang bekerja dikedutaan, lumayan penghasilannya, akupun seorang pegawai negeri, yang gajikupun lumayan juga, tetapi ada rasa dan jiwa ingin berbisnis sudah ada sejak aku menikah. Mulanya sih, Cuma iseng-iseng ketimbang timbangan kosong saja, lumayankan bawa barang dagangan kain bordir dari Sumbar ke Mesir.Alhamdulillah, sampai di Mesir, karena kami dagangnya ngak ambil untung banyak, tapi lumayan buat pengganti/ menutupi tiket berdua, dagangan cepat habis, bahkan masih kurang yang kami bawa. Bermula dari kehidupan sama-sama mahasiswa, yang mana kedua-duanya ngak ada gaji, kami cukupkan hidup dengan bea siswa yang apa adanya, dan bahkan suamiku pernah menerima jahitan, beliau menjahitkan baju teman-temanku yang wanita, juga teman-temannya pria, habis bagaimana lagi, darimana kami dapat uang, bagaimana kami makan. Aku juga pernah ikutan bikin kue donat, kue risol, menyulam, bahkan ketika aku hamil, aku sendiri yang membuat sarung tangan untuk bayiku yang akan lahir, membuat baju dingin dari benang yang dikait, suamiku menjahitkan bajunya, dan sedikit dikasih bordiran biar indah.Kondisi ini berjalan sampai anak pertama lahir.Setelah berapa bulan anak lahir, beliau diterima kerja dikedutaan, kehidupan mulai membaik. Meskipun begitu, jiwa interpreniur itu, ngak bisa hilang dalam kehidupanku. Aku selalu berbisnis macam-macam saja, setiap pulang ke Indonesia, bawa barang dagangan ciri khas Mesir, ketika pulang ke Kairo, bawa dangangan barang ciri khas Indonesia.sampaipun kini, aku di Indonesia, suami di Kairo, aku meminta pada suamiku agar mengirimkan barang-barang dari Mesir, untuk kutawarkan ke pedagang grosiran di Aur Kuning, Pasar atas/bawah. Entahlah, bukan aku tak puas dengan apa yang kudapat, gajiku saja dah cukup, tetapi ada dijiwaku yaitu: Jangan pernah buang-buang waktu, selagi apa yang bisa dikerjakan hari ini, jangan tunggu hari besok, selagi ada peluang, jangan disia-siakan, jangan pernah bermalasan, dan hanya menerima dari pasangan kita saja, bekerja keras, dan tau mana pekerjaan yang sia-sia dan buang waktu, tak hasilkan apa-apa, selain keletihan saja, bahkan tak jarang kerja yang merugikan tenaga, pikiran, bahkan uang, mana anak-anak dan keluarga terlantar. Walaupun dengan anak empat orang yang masih kecil-kecil, tanpa pembantu, aku masih bisa bekerja lebih, karena aku tak suka diam, dan bermalasan. Dan ternyata, sikap ini, berpengaruh pada anak-anakku. Bagi yang tinggal disekitarku, pasti akan heran, melihat kegesitan, tak pernah diam akan jiwa dan sikap anak-anakku. Jiwa bisnis dihati merekapun ada, tanpa disuruh-suruh. Datang dengan sendirinya, mereka dah mulai pula memancing ikan, hasil pancingan dijual, mereka dah bisa buat toge, dari kacang ijo, meski hasilnya dijual kemamanya, buat kue donat, dijual kesiapa yang ngak buat, mereka beli mainan, dari pasar grosir, dijual keteman-temannya, hitungan mereka sangat cepat, akibat biasa jualan keteman-temannya itu. Sekarang mereka minta dibuatkan kolam ikan, dan kandang ayam, mereka kumpulkan uang tabungan dari jajanan sendiri, untuk beli ayam dan betina katanya. Saya bilang, belum ada uang untuk buat kandang ayam dan kolam ikan, sebab kebutuhan untuk rumah kita masih sangat banyak, lagian kita mo akan ke Kairo lagi, jadi buat apa dibuat sekarang?. Anak-anakku tetap bersikeras, mereka gali tanah pagi-pagi(mana mereka berdua puasa lagi), mereka melihat bagaimana cara membuat bangunan, dikasih batu bata dan semen, jadilah kolam ikan walau Cuma sedalam satu meter, panjang setengah meter, tapi kolam itu benar-benar jadi. Mereka buat sendiri kandang ayam, dengan mengumpulkan kayu-kayu bekas, dipaku, dan dikasih atap seng bekas dari sisa bangunan rumah. Saya pulang kerja ngak bisa bilang apa-apa lagi.Itulah anak-anak kemauan mereka cukup keras untuk cari uang itu.Entah untuk apa uang itu, hanya kesenangan saja, minimal, mereka suka beli dengan pakai uang sendiri, beli sepeda, beli mainan, beli alat-alat tulis, bahkan beli buahan yang mereka suka(karena anak-anakku doyan buah sampai berkilo-kilo dimakan sehari, ngak heran, dua kilo jeruk, dalam hitungan menit habis, ludes, akupun belum sempat mencicipinya, buah itu dah habis), akhirnya mereka beli buah tambahan dari uang mereka sendiri.Itulah anak-anakku yang masih berumur 8-10 thn.Belum lagi remaja, apalagi dewasa.Aku tidak bisa melarang mereka untuk giat cari uang. Aku Cuma kasihan saja, anak masih sekecil itu, seharusnya pikiran kesekolah, belajar saja, karena toh, kebutuhan mereka selalu dipenuhi ortu mereka, ngak ada yang kurang, tetapi aku juga tak bisa melarang kesenangan mereka suka bekerja itu, sejak mereka masih berumur 3-4 tahun sudah kelihatan suka bekerja dan lincahnya.Syukur alhamdulillah mereka jarang sakit, meski bekerja keras semacam itu, yang aku takutkan hanya satu, mereka kecapean dan sakit.Mudah-mudahan Allah melindungi mereka. Wassalamu'alaikum.Biaro, 15 Oktober 2007.Rahima. ____________________________________________________________________________________ Tonight's top picks. What will you watch tonight? Preview the hottest shows on Yahoo! TV. http://tv.yahoo.com/ --------------------------------- Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---