Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
 
Disambuang baliak carito nan taanti dulu.
 
Wassalamu'alaikum

9.   JUMAT - 17 AGUSTUS 2007
 
Sesuai rencana kegiatan wisata kami, pagi hari Jumat ini adalah acara bebas. 
Sebenarnya lebih tepat dikatakan acara mengunjungi Grand Bazaar sendiri-sendiri 
tanpa dikawal oleh Lale.  Sore kemarin kami sudah diberitahu dimana letak Grand 
Bazaar yang jaraknya dari hotel kami sangat dekat. Salah satu gerbangnya 
terletak di belakang mesjid Beyazid.
 
Grand Bazaar, sesuai dengan namanya adalah komplek pasar besar. Pasar ini sudah 
berumur ratusan tahun. Disini di jual berbagai macam produk tekstil, permadani, 
becah belah, mainan-mainan untuk asesori, mainan anak-anak dan entah apa lagi. 
Grand Bazaar merupakan kumpulan toko-toko yang berjejer-jejer secara 
berketerusan, menempati area yang sangat luas. Dan semua dilindungi dengan 
atap. Banyak jalan atau gang yang saling berpotongan di antara kumpulan 
toko-toko tersebut. Kalau kurang hati-hati seseorang bisa kehilangan arah dan 
berputar-putar di dalamnya. 
 
Toko-toko itu tidak ada yang bertingkat, meski semuanya tidak berada di 
ketinggian tanah yang sama.  Sebagian ada yang berada di tempat kerendahan, 
sehingga perlu tangga untuk turun naik. Barang-barang yang dijual disini tidak 
ada yang benar-benar istimewa. Tapi bagi rombongan ibu-ibu hal itu jelas tidak 
jadi masalah. Mereka selalu sangat bersemangat kalau sudah urusan berbelanja. 
Aku ikut menemani istri pada hari Jumat pagi itu. Tapi setelah berjalan di 
antara dua tiga toko aku segera saja menyerah dan minta izin untuk duluan 
pulang ke hotel. Aku tinggalkan istriku dengan temannya, ibu-ibu yang lain.  
 
Menjelang siang istriku kembali dengan beberapa barang belanjaan.
 
Sebelum jam dua belas siang kami sudah dijemput oleh Lale dengan bus. Mula-mula 
kami pergi makan siang. Terus menuju ke Mesjid Biru untuk shalat Jumat sesuai 
dengan permintaan kami kemarin. Terjadi sedikit salah pengertian yang agak 
menggelikan dengan Lale. Ketika kami sampai di depan mesjid, waktu baru 
menunjukkan jam satu siang. Waktu zuhur atau waktu shalat Jumat adalah jam 
13.30. Dari jauh sudah terdengar suara orang sedang berbicara melalui mikropon 
dari dalam mesjid. Suara penceramah yang sedang menyampaikan sebangsa taklim 
atau pengajian yang dilakukan sebelum masuk waktu shalat. Lale dengan sangat 
percaya diri mengatakan, dia akan menunggu kami shalat tapi waktunya tidak 
boleh lebih dari dua puluh menit. Aku menjelaskan kepadanya, bahwa hal itu 
tidak mungkin. Masuk waktu masih setengah jam lagi dan perlu sekurang-kurangnya 
setengah jam sampai khotbah dan shalat Jumat selesai.
 
Lale membantah dengan nada sok tahu sambil mengatakan bahwa kalau kami mau 
mendengarkan penceramah itu, maka dia tidak akan berhenti berbicara sampai 
berjam-jam. ‘Kalian tidak akan mengerti apa yang dikatakannya karena semua 
disampaikannya dalam bahasa Turki. Buat apa kalian buang-buang waktu yang 
akibatnya program untuk kalian akan terganggu,’ katanya.
 
Aku menjelaskan dengan hati-hati bahwa kami (lima orang laki-laki) tidak bisa 
melakukan shalat Jumat saat itu karena belum masuk waktunya. Dan kami wajib 
mendengarkan khotbah Jumat karena itu bagian dari ibadah shalat Jumat. Aku 
tidak tahu apakah dia benar-benar mengerti. Tapi yang jelas dia harus menunggu 
sampai kami selesai shalat Jumat.
 
Sungguh mengagumkan bagiku melihat bahwa mesjid yang sangat besar ini dipenuhi 
oleh jamaah. Padahal sebelumnya aku mendengar bahwa Mesjid Biru termasuk yang 
sudah dijadikan musium dan orang Turki sudah tidak banyak yang mau melakukan 
shalat karena lebih mementingkan pekerjaan mereka ketimbang beribadah. Semua 
itu sepertinya terbantahkan.
 
Waktu masuk ke dalam mesjid, terlihat seorang penceramah sedang menyampaikan 
pengajiannya dari sebuah tempat khusus di ketinggian sekitar tiga meter 
bersandar pada salah satu tiang. Jadi bukan dari podium di bagian depan mesjid 
seperti umumnya di mesjid-mesjid di negeri kita. Ceramah yang diberikannya 
dalam bahasa Turki yang disana sini dilengkapinya dengan ayat-ayat al Quran dan 
hadits Rasulullah. Penceramah yang menggunakan kopiah putih dan mantel merah 
terlihat sangat fasih pembicaraannya. Tidak ada bedanya dengan ustad-ustad atau 
kiyai-kiyai kita. Beberapa menit sebelum masuk waktu dia turun dari tempat 
khusus itu lalu berpindah ke mimbar. Jarak kedua tempat itu sekitar lima meter. 
Mimbar ini lumayan tinggi, mungkin ada sekitar 3 sampai 4 meter tingginya. 
Begitu dia sampai dibagian atas mimbar, di dekat mikropon yang sudah 
disediakan, dia langsung duduk. Aku yakin sekali bahwa dia tidak mengucapkan 
salam terlebih dahulu, lalu muazin langsung azan.
 Muazin ini azan dari tempat yang ditinggikan di bagian tengah mesjid, yang 
agak mirip dengan pelataran serupa di mesjid Nabawi di Madinah. Setelah azan 
selesai sang khatib langsung berkhutbah. Khutbah yang tidak panjang, kurang 
dari dua puluh menit. Lalu kami shalat. Bacaan imamnya sangat baik dan 
suaranyapun bagus. Khusyuk sekali rasanya. Sesudah shalat (aku langsung 
menjamak shalat asar) aku berdiri sebentar menyaksikan masih banyak jamaah yang 
masih larut dalam zikir. Perasaanku mengatakan, orang Turki yang seperti ini 
masih lebih baik ibadahnya dari kebanyakan jamaah shalat Jumat yang pernah aku 
lihat di mesjid di Jakarta. Entahlah kalau ini ada kaitannya dengan pamor 
partai pro Islam yang kabarnya sedang membaik di negeri sekuler ini.
 
Sudah lebih jam dua siang ketika kami berkumpul kembali di jalan di depan 
mesjid, dekat hipodrom. Ada dua buah pilar cukup tinggi di taman dekat jalan 
itu. Salah satu pilar bertuliskan huruf-huruf Mesir kuno. Kami berhenti 
sebentar disana dan Lale menceritakan bahwa tempat itu dahulu adalah sebuah 
arena (hipodrom) dari zaman kerajaan Bizantium. Hipodrom atau arena tempat 
dilakukan pertandingan ketangkasan antara manusia dengan manusia atau bahkan 
manusia dengan hewan (singa). Pada jamannya, hipodrom ini sangat megah, 
dilengkapi dengan balkon berbentuk huruf U, terdiri dari 40 baris yang dapat 
memuat 30,000 penonton, tempat menonton pertandingan atau pertunjukan di tengah 
arena. Pilar yang bertulisan Mesir kuno itu (yang umurnya sudah lebih dari 4000 
tahun) benar-benar didatangkan dari Mesir pada  abad-abad pertama Masehi. 
Sungguh mengagumkan kemampuan manusia memindahkan benda raksasa yang beratnya 
berton-ton itu dari tempat yang jauh (Mesir) tanpa
 merusakkannya. Aku bahkan sangat sulit membayangkan dengan cara bagaimana 
mereka menegakkan pilar besar itu di tempat itu ketika itu. Rekan seperjalanan 
berkomentar, begitu perkasa-perkasanya manusia di jaman silam. Ya, akupun 
setuju. Dan begitu hebatnya kekuasaan manusia atas manusia, yang dikerahkan 
untuk mengerjakan pekerjaan raksasa, menggotong, memikul, menarik benda-benda 
besar dengan tulang mereka yang delapan kerat. Tentu saja dengan bantuan dari 
hewan, entah gajah, sapi atau kuda. Sayang hipodrom itu tertimbun oleh puing 
dan tanah saat pembangunan Mesjid Sultan Ahmad. Menurut Lale pula, karena 
memang ketika Mesjid Biru dibangun hipodrom itu sudah merupakan puing karena 
tidak digunakan lagi.
 
Kami tinggalkan tempat itu dan sekarang kami menuju ke Istambul bagian Asia, 
melalui sebuah jembatan besar dan panjang, yang menurut Lale jembatan itu  
setara dengan The Golden Gate di San Fransisco. Kami akan mengunjungi istana 
musim panas Sultan di sana.
 
                                                                        *****

 
St. Lembang Alam
http://lembangalam.multiply.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke