Sanak Anzori ysh, saya belum membaca berbagai buku-buku yang disebutkan. Tahun lalu saya berkesempatan berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol, berlokasi di Pineleng, lebih kurang 5 km dari Kota Manado. Areal pemakaman dibangun cukup luas, dilengkapi dengan sebuah musholla dan rumah jaga. Parkir bisa untuk 10-20 mobil. Berhubung sudah malam, saya tidak sempat melihat ke area sekitarnya. Namun disebutkan bila di belakang pemakaman tersebut terdapat aliran sungai kecil. Di sungat tersebut ada sebuah batu besar, yang konon katanya Tuanku Imam Bonjol sering melakukan sholat di tempat tersebut. Di batu tersebut sering peziarah melakukan sholat. Bila diperhitungkan, lebih 20 tahun Tuanku Imam Bonjol berada dalam pembuangan di Manado, dan beliau meninggal dalam usia tua (lebih 90 tahun). Saya belum memeriksa bila ada keturunan beliau atau rombongan yang ikut dengannya yang masih tersisa hingga saat ini, seharusnya ada. Dari info sebuah milis beberapa tahun yang lalu, saya sampaikan kembali catatan Prof Waworoentoe fyi: "Kisah ini sedikit lebih muda usianya. Sekitar tahun duapuluhan ada seorang pemuda dari desa Tondangow kira-kira di pertengahan Minahasa(seperti juga Bonjol), dan memang letak diatas gunung yang masih ber tenaga uap (volkanis) Nama pemuda itu Alex Waworoentoe, ayahnya Hukum Tua (lurah)Tondangow tapi tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, namun Alex berusaha sendiri dan akhirnya berhasil lulus dari Sekolah Dokter Hewan di Bogor dan juga dari Utrecht (doktornya) lalu ia kembali ke Indonesia setelah meminang seorang putri dari Friesland di Belanda. Pengalaman kerjanya mula-mula di Mataram Lombok, lalu ia dipindahkan ke Magelang dan akhirnya ke Bengkulu, dimana kebetulan juga berada Ir Soekarno yang pada waktu itu sudah berkeluarga dengan Fatmawati, Alex sekeluarga lalu pindah ke Padang tetap sebagai dokter hewan (di Padang Meratas). Yang menarik adalah bahwa pada waktu tentara Jepang masuk ke Indonesia, maka keluarga Soekarno tinggal di rumah Alex W. di Padang, sampai Soekarno sekeluarga pindah ke Jakarta. Nasib Alex W.akhirnya sangat menyedihkan karena ia telah dipenggal kepalanya oleh tentara pendudukan Jepang sebelum Perang Dunia berakhir. Malahan sampai sekarang belum diketahui dimana kuburnya. Saya menyampaikan ceritera ini yang memang juga telah didokumentasi dalam buku biografi Soekarno (bukan dari Cindy Adams tapi dari dua pengarang Belanda). Jadi sayapun bisa bangga bahwa bagaimanapun ada juga putra Minahasa yang telah mengorbankan jiwanya di tanah Minang. Mungkin Eka tidak menduga bahwa pada waktu saya sedang ke Rotterdam saya sempat juga wawancara sedikit dengan anak dan cucu Alex W. itu di Wassenaar, dan membaca di perpustakaan KITLV di Leiden. Eka di sebelah Selatan Teluk Bayur ada bukit kecil dengan mercu suar, pemandangan dari sana memang mirip dengan pantai Minahasa, mungkin saja panorama yang Imam Bonjol rindukan akhirnya dapat terhibur dengan pemandangan Pineleng Minahasa - tapi itu saya hanya andaikan, yang tidak usah dan dapat kita andaikan adalah mereka yang telah nyata meninggalkan warisan yang kita nikmati sekarang. Sungguh bersyukur Eka dan saya masih dapat menulis sedikit tentang warisan itu.
...sedetik hidup bahagia, menebus seabad penuh derita (ini sih bukan Cocteau, tapi koq tahu, hanya rindu, tanpa nostalgia ) > pak wawo, > > sebagai anak negeri, ada seorang tokoh yang saya dan prof sama-sama > kenali, dia lahir di ranah minang dan meninggal di rantau manado. > namanya imam bonjol, salah seorang pemimpin perang paderi, > tertangkap karena kecurangan, lalu diasingkan ke cianjur (2 tahun), > lalu ambon (2 tahun), dan manado (23 tahun). meninggal di usia 92 > tahun (1864), dan bumi minahasa menerimanya. terima kasih untuk > rakyat minahasa yang telah menjaga dan menemani salah seorang datuk > kami itu hingga di akhir hayatnya yang demikian sepuh. > -datuk endang Anzori <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ass.wrwb. Dalam buku sejarah Indonesia TUANKU IMAM BONJOL (TIB) dikatakan meninggal di Lota Minahasa pada tahun 1854. Banyak yang meragukan bahwa TIB yang meninggal di Sulut itu adalah TIB yang asli. Melainkan beliau adalah Saudara kandung dari TIB yang asli yang ditangkap Belanda di Padang. TIB yang asli meninggal di Bonjol. Di buku Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang buku II Rusli Amran, diceritakan banyak mengenai hal ini. Antara lain oleh wartawan Yusuf Puar. Mana yang benar? TIB yang meninggal di Lota adalah yang asli atau yang palsu. Mungkin menarik untuk diperbincangkan sebelum Seminar TIB akan diadakan pada Januari mendatang. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Jika anda, kirim email kosong ke >>: berhenti >> [EMAIL PROTECTED] Cuti: >> [EMAIL PROTECTED] digest: >> [EMAIL PROTECTED] terima email individu lagi: >> [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---