Mak Duta, Yoo, pak Dino Patti Djalal, dubes ko sangaik potensial pemimpin negeri ko, ambo terakhir basuo jo liau feb 12 d acara american batik d jkt, dan nov 11 acr peluncuran buku liau, d jkt.
Pagi patang ambo teleponan jo baliau. Salam Elthaf On 5/3/12, ajo duta <ajod...@gmail.com> wrote: > Sanak, > Ciek lai "the rising star" kader kesayangan SBY nan kini jadi dubes di > AS. Putra Minang anak Hasyim Djalal ko nampaknyo cukup potensial untuk > menjadi pemimpin dimaso depan. Liau bakawan arek jo Gita Wiryawan. > > On 5/3/12, Darwin Bahar <dba...@indo.net.id> wrote: >> Apakah Gita Wirjawan penganut "Idiologi Pasar" atawa yang lebih popular >> dengan istilah "neoliberalisme"? >> >> Sangat mungkin kalau menyimak tulisannya, Nasionalisme Ekonomi, di >> Harian >> Kompas edisi 7 Oktober 2010 [1], yang kemudian ditanggapi oleh Sayidiman >> Suryohadiprojo: Nasionalisme Ekonomi yang Memajukan Bangsa (Kompas, >> 12/10/10) [2], Kwik Kian Gie: Nasionalisme Ekonomi Vs Rendemen Modal >> (Kompas , 11/10/2010) dan Sri-Edi Swasono: Indonesia Tidak untuk Dijual! >> (Kompas 4/11/2010) [3] >> >> Karena itu tidak aneh-aneh amat kalau memang SBY (yang selalu ingin >> tampak >> manis di depan lembaga dan kekuatan-kekuatan "asing") menginginkan Gita >> Wirjawan sebagai suksesor rezimnya. >> >> Berikut tulisan Kwik Kian Gie: Nasionalisme Ekonomi Vs Rendemen Modal, >> yang >> menyoroti dengan tajam, tulisan Gita Wirjawan. >> >> Wallahualam bissawab >> >> Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 69-), asal Padangpanjang, tinggal di >> Depok >> >> >> ======== >> >> Kwik Kian Gie: Nasionalisme Ekonomi Vs Rendemen Modal >> >> Senin, 11 Oktober 2010 | 03:46 WIB >> >> http://cetak.kompas.com/read/2010/10/11/03460669/nasionalisme.ekonomi.vs.ren >> demen.modal >> >> Oleh Kwik Kian Gie >> >> Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan menulis di halaman 7 >> Kompas, 7 Oktober 2010, dengan judul "Nasionalisme Ekonomi". Dari artikel >> itu, ada kesan kepemilikan modal dianggap tidak penting. Yang lebih >> penting >> adalah manfaat ekonomi yang bisa dipetik. Persoalannya, siapa yang memetik >> manfaatnya? >> >> Saya membatasi diri untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Apa ada pemilik >> modal yang membagi bagian terbesar dari rendemen modalnya untuk orang lain >> ? >> Kalau betul, alangkah bodoh pemilik modal yang bersangkutan! >> >> Argumen yang disampaikan selama ini, kehadiran dan beroperasinya modal, di >> mana pun, pasti akan mempunyai dampak yang bersifat multiplier dan >> menjalar >> ke mana-mana, trickle left, trickle right, trickle up, dan trickle down. >> Dapatkah Kepala BKPM menunjukkannya dengan angka- angka seperti yang >> selalu >> dilakukan oleh para ekonometris di negara-negara maju, Eropa dan Amerika >> Serikat? >> >> Kalau modal asing sebesar 200 miliar dollar AS masuk ke Indonesia untuk >> mengeksploitasi batu bara, batu bara yang disedot adalah komponen dari >> produk domestik bruto (PDB). Tetapi, PDB itu milik siapa? Bagaimana >> pembagian PDB-nya, dalam bentuk: berapa rendemen modal buat pemilik modal? >> Berapa royalti dan pajak buat pemerintah? Berapa lapangan kerja yang >> diciptakan? Berapa upah setiap buruh dan staf Indonesia? >> >> Kalau pembagian manfaat buat setiap orang yang terlibat dalam bekerjanya >> modal dipersandingkan, apakah betul peran modal asing akan menyejahterakan >> seluruh rakyat Indonesia secara adil? Bagaimana hitung-hitungannya? >> >> Penciptaan nilai >> >> Dalam artikel Kepala BKPM antara lain ada bagian yang menyatakan "... >> menghambat penciptaan nilai di Indonesia...". Persoalannya, "penciptaan >> nilai di Indonesia" apakah sama dengan "penciptaan nilai buat bangsa >> Indonesia"? Prof Sri-Edi Swasono sering mengatakan bahwa yang terjadi di >> Indonesia adalah pembangunan di Indonesia dengan manfaat terbesar buat >> pemilik modal asingnya, bukan buat rakyat Indonesia yang memiliki sumber >> daya alam. >> >> Pemerintah menerima pajak dan royalti yang sangat kecil dibandingkan >> dengan >> laba bersih buat investornya. Bagian terbesar dari rakyat Indonesia >> terlibat >> sebagai kuli-kuli dengan upah yang sangat minimal, mungkin upah minimum >> regional (UMR). >> >> Siapa yang benar? Lihat saja, misalnya, apa yang terjadi dengan Freeport. >> BUMN bisa baik dan bisa rusak-rusakan. Sama seperti swasta yang tidak >> dapat >> disangkal ikut merusak ekonomi Indonesia dengan skala angka- angka yang >> luar >> biasa besarnya. Apakah menurut Kepala BKPM, swasta di AS pada krisis tahun >> 2008 tidak merusak ekonomi AS dan dunia sampai Presiden Obama menjadi >> sangat >> "kiri" seperti sekarang ini? >> >> Sumber daya alam yang terdapat di dalam perut bumi Indonesia, di dalam >> perairan Indonesia, di atas perut bumi berbentuk hutan-hutan, adalah >> kekayaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa karena tidak ada yang >> membuat seperti halnya dengan pabrik roti, pabrik obat, pabrik mobil, >> pabrik >> komputer, pabrik perangkat lunak (software). Kesemuanya ini kekayaan yang >> buatan manusia (man made) dengan kombinasi modal. >> >> Akan tetapi, semua kekayaan alam tadi diberikan oleh Tuhan kepada rakyat >> yang menghuni bumi yang bersangkutan. Jadi, yang terdapat di Indonesia >> adalah untuk bangsa Indonesia. Karena Tuhan Maha Adil, membagi manfaat >> dari >> kekayaan alam harus secara seadil-adilnya. >> >> Siapa yang harus mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan rakyat >> Indonesia ini? Bukankah itu tanggung jawab mereka yang sudah diberi >> wewenang >> dan gaji oleh rakyat Indonesia sebagai pemilik semua kekayaan alam itu? >> Apa >> bentuk organisasi yang harus mengeksploitasi aset milik rakyat Indonesia >> pemberian Tuhan itu kalau bukan BUMN? Hanya karena per definisi BUMN >> dianggap sudah rusak dan pegawainya korup, tidak bisa dipakai sebagai >> alasan >> untuk lantas menyerahkan semua dengan gampangnya kepada asing. >> >> Ada anggapan seolah perusahaan seperti Goldman Sachs dan JP Morgan mesti >> bersihnya, mesti efisiennya. Benarkah? Kalau benar begitu, kenapa bisa >> terjadi krisis Wall Street pada tahun 2008? Bukankah sang raksasa AIG dan >> Lehman Brothers lenyap dalam sekejap? >> >> Kepala BKPM mengungkapkan, "Sepintas, upaya ini seperti mengabaikan >> kepentingan nasional karena mendahulukan kepentingan penanam modal, >> terutama >> penanaman modal asing. Akan tetapi, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa >> jika dirancang dengan baik, upaya ini akan membawa arus dana yang >> dibutuhkan >> serta manfaat jangka panjang bagi rakyat". >> >> Selanjutnya ditambahkan, "Penyikapan yang dilakukan adalah bagaimana >> penerapan nasionalisme ekonomi bisa berfokus pada manfaat ekonomi secara >> menyeluruh". Dapatkah saya mendapatkan penelitian dimaksud serta rincian >> yang lebih konkret dan lebih eksak mengenai bagaimana penerapan >> nasionalisme >> ekonomi yang bisa berfokus pada manfaat ekonomi secara menyeluruh >> tersebut? >> >> Kalau disingkat, inti artikel tersebut adalah modal asing harus kita >> arahkan >> sedemikian rupa sehingga manfaatnya kesejahteraan rakyat Indonesia yang >> sangat besar, adil dan merata. Persoalannya, bagaimana caranya? >> >> Rendemen pemilik modal >> >> Ketika Bung Karno menjadi presiden, kalau ada menteri yang mengemukakan >> what >> to achieve, dan setelah ditanya Bung Karno tidak bisa menjawab how to >> achieve secara rinci, beliau mengangkat kakinya yang telanjang ke atas >> meja, >> menunjuk jari kaki jempolnya sambil mengatakan kepada sang menteri yang >> bersangkutan, "Kalau hanya begitu pikiranmu, dan weet mijn grote teen ook >> (jempol kakiku juga tahu)." >> >> Last but not least, bukankah modal dari mana pun, juga modal asing, harus >> memberikan rendemen buat pemiliknya? Kalau modal asing ditanam ke dalam >> barang publik, bukankah rakyat harus membayar barang publik itu kepada >> pemilik modal? Di negara-negara yang maju, jalan raya bebas hambatan, air >> bersih (bisa diminum) dan transportasi massa gratis atau kalau perlu >> merugi, >> dibiayai secara gotong royong melalui pajak progresif, dan uang pajak ini >> tidak perlu dikembalikan oleh penggunanya. >> >> Maka, kalau kita bepergian ke Eropa dan AS, highway, freeway, autobahn, >> snelweg, semuanya gratis. Tidak seperti Indonesia, pemakainya harus >> membayar >> dengan tarif tol cukup tinggi sehingga bisa memberikan rendemen kepada >> pemilik modal yang memuaskan, yang harus lebih tinggi dari tingkat bunga >> bank yang dibayar olehnya. >> >> Kwik Kian Gie Ekonom >> >> ------------------------------- >> >> [1] http://cetak.kompas.com/read/2010/10/07/04310355/nasionalisme.ekonomi >> >> [2] >> http://cetak.kompas.com/read/2010/10/12/03023423/nasionalisme.ekonomi.yang.m >> emajukan.bangsa >> >> [3] >> http://cetak.kompas.com/read/2010/11/04/02581532/indonesia.tidak.untuk.dijua >> l >> >> >> >> >> >> -- >> . >> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain >> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet >> http://groups.google.com/group/RantauNet/~ >> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. >> =========================================================== >> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: >> - DILARANG: >> 1. E-mail besar dari 200KB; >> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; >> 3. One Liner. >> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: >> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 >> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting >> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply >> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & >> mengganti subjeknya. >> =========================================================== >> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: >> http://groups.google.com/group/RantauNet/ >> > > -- > Sent from my mobile device > > Wassalaamu'alaikum > Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta), > suku Mandahiliang, > lahir 17 Agustus 1947. > nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman. > rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA > ------------------------------------------------------------ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > -- Sent from my mobile device -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/