terima kasih mak sutan , kita masih bisa memperbaiki, negeri ini di bangun 
mulai dari optimis bukan pesimis. inti dari permasalahan itu. pertama benahin 
sistem. sistem politik , sistem pengelolaan kekayaan alam, sistem teknologi , 
sistem pendidikan, sistem pertahanan , pelan2 kita gerogotin kembali kekayaan 
yang sudah di ambil.

sistem politik : politik negeri ini tidak stabil , cenderung saling menjatuhkan 
untuk mencari posisi. bukannya saling berangkulan untuk membangun. dan 
mengingatkan kalau salah .dengan mencari jalan keluar. dan tak kalah penting 
mana ada partai bisa hidup kalau tanpa duit. sampai kapanpun, pasti ga jauh 
dari yang namanya uang. dan itu di bebankan ke anggota.orang baik jadi jahat. 
lagi2 bersumber dari sistem.


sistem pengelolaan kekayaan : selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan 
investor, apa bisa di rancang sistem pengelolaan kekayaan dari dana rakyat, 
atau jangan2 ga cukup, atau mungkin ga mau melakukan karena terlalu ribet, atau 
juga mungkin ada intervensi politik , lagi2 politik ujung2 nya duit.

sistem teknologi : teknologi sudah cukup maju, sangat gampang melakukan 
perkerjaan dengan menggunakan mesin. kemampuan itu semua kita sudah ada, 
apalagi jaman teknologi informasi. apa2 sangat gampang untuk mencari cara untuk 
menciptakan produk dengan mendapatkan informasi2 yang lebih cepat.

sistem pendidikan : mencari metode pendidikan, yang mana di negeri ini paling 
cocok dengan kewirausahaan. diajarkan dan di bimbing mereka untuk wirausaha. 
laut dan daratan yang subur sangat luas itu untuk di garap oleh mereka sebagai 
anak negeri.

sistem pertahanan:  ini yang tak kalah penting , kalau ga ada ini, bagaimana 
pun kita melawan kapitalis asing, kalau ini ga ada menjadi bakal percuma . ini 
penyebab utama kekeyaan alam kita di gerogoti.

ini hanya pendapat saya, mohon ma'af buat sanak , uda , uni, mamak, kalau ada 
salah kata. ini adalah luapan kegelisahan generasi muda menatap masa depan 
negeri ini . ga ada maksud menggurui .


Salam,
Dody



________________________________
 From: Sutan Sinaro <stsin...@yahoo.com>
To: rantaunet@googlegroups.com 
Sent: Thursday, June 21, 2012 5:55 PM
Subject: Re: [R@ntau-Net] Kita Tak Ingin Negara Gagal
 


Anda tidak salah Dody, anda benar,
 
negara Indonesia akan jadi negara besar dan kuat seperti Amerika dan negara 
Eropa 
lainnya. Karena Indonesia memang besar dengan 3000 pulau besar dan kecil dari 
Sabang
sampai Merauke, dengan kekayaan alam yang melimpah ruah yang tidak akan habis 
tujuh
turunan.  Juga dengan 300 suku bangsa dan 300 bahasa, yang menunjukkan negara 
besar
yang selalu menjadi incaran negara-negara lain semenjak zaman dahulu karena 
hasil 
buminya. Tidak salah Koes Plus menyanyikan lagu "...orang bilang tanah kita 
tanah sorga,
tongkat kayu dan batu jadi tanaman". 
  Setiap kali konferensi Asia Africa diadakan, semua peserta bilang "Indonesia 
adalah
negara besar". Setiap musim haji, quota jamaah Indonesia adalah yang paling 
besar, 
dengan barisan kemah yang paling luas. Dan pedagang-pedagang Arab Saudi 
mengatakan
yang paling banyak shoping pada waktu musim haji adalah jamaah Indonesia. Yang 
paling banyak shoping ke Singapura juga orang-orang Indonesia. 
 Di Indonesia seorang pegawai rendah pemerintahan dapat membeli mobil mewah 
sekelas
Mercy Tiger dan sejenisnya dan dapat membeli rumah mewah sejenis bungalow. Hal 
mana
yang bagi seorang Professor Jepang hanya mimpi. Oleh sebab itu orang Jepang 
bilang
Indonesia adalah negara besar. Seorang Professor Jepang pernah berkata, 
"Indonesia
adalah negara yang berpotensi besar dan maju, cuma sayangnya rakyatnya malas
baca koran".
 
Wassalam
 
St. Sinaro
 

--- On Thu, 21/6/12, Dody Osmon <dodytanjun...@gmail.com> wrote:


>From: Dody Osmon <dodytanjun...@gmail.com>
>Subject: Re: [R@ntau-Net] Kita Tak Ingin Negara Gagal
>To: rantaunet@googlegroups.com
>Received: Thursday, 21 June, 2012, 1:57 AM
>
>
>tidak ada tanda-tanda kalau indonesia akan menjadi negara gagal, justru 
>sebaliknya negeri ini akan menjadi negara besar dan kuat. semua permasalahan 
>yang di hadapin bangsa akhir2 ini, itu adalah kerikil2 yang dilewatin untuk 
>menuju kedewasaan. orang asing yang pergi ke indonesia pasti akan kagum dengan 
>kekayaan dan keanekaragaman negeri ini , pelajar asing aja contohnya dari 
>ukraina berlomba2 untuk bisa jadi salah satu pertukaran pelajar ke indonesia , 
>banyak minat untuk belajar bahasa indonesia, orang jepang aja berani bilang 
>kalau indonesia udah negara maju apa karena penjualan produknya ibarat kacang 
>goreng laris manis, saya ga tau pasti. memang semua itu butuh waktu dan perlu 
>improvement sistem politik, karena inti masalah disini . karena orang2 politik 
>akan nurut sama tuan tanah bukan sama negara . mudah2an saya salah mohon untuk 
>koreksi , pertimbangkan contoh seperti konsep politik jerman dan perancis.
>
>
>
>Salam,
>Dody
>
>2012/6/21 Darwin Bahar <dba...@indo.net.id>
>
>Perlu Kebersamaan untuk Perbaiki Kekurangan
>>http://cetak.kompas.com/read/2012/06/21/02005832/kita.tak.ingin.negara.gagal
>>Jakarta, Kompas - Semua elemen bangsa tidak menginginkan negara Indonesia 
>>dinilai atau menjadi negara yang gagal. Karena itu, semua elemen bangsa harus 
>>bersama-sama berupaya untuk memperbaiki hal-hal yang dinilai masih kurang.
>Hal tersebut ditegaskan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko 
>Suyanto dalam perjalanan dari Makassar ke Jakarta, Rabu (20/6). Djoko dimintai 
>tanggapan terkait publikasi Indeks Negara Gagal (Failed States Index) 2012 di 
>Washington DC, Amerika Serikat, Senin. Indonesia berada di peringkat ke-63 
>dari 178 negara. Indonesia masuk kategori negara dalam bahaya (in danger).
>Dalam indeks tersebut, semakin tinggi peringkatnya, semakin buruk kondisi 
>sebuah negara sehingga mendekati status negara gagal. Tahun lalu Indonesia 
>menempati peringkat ke-64 dari 177 negara. ”Semua elemen bangsa tidak mau 
>negara ini gagal. Kalau ada yang masih kurang, mari kita perbaiki bersama,” 
>katanya. 
>Juru Bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat juga memandang positif hasil survei 
>yang dikeluarkan organisasi internasional The Fund for Peace itu. Hasil survei 
>tersebut dinilai berguna untuk memacu kinerja aparat dan pejabat pemerintahan. 
>”Kita hidup di era terbuka sehingga kita harus terus melihat ke tetangga kita. 
>Kalau mereka lebih baik, kita tentu saja harus lebih baik lagi. Kami 
>melihatnya sebagai upaya untuk memacu kinerja kita. Saya setuju, kita harus 
>lebih baik. Kita merasa sudah maksimal, ya, tetap saja harus dipacu lebih 
>keras lagi,” tutur Yopie, di Kantor Wapres. 
>Namun, Djoko mempertanyakan apa yang dimaksud dengan ”gagal”. ”Kalau gagal, 
>kita tidak bisa apa-apa. Apakah negara Indonesia gagal membangun, tidak 
>demokratis, tidak aman, atau tidak memiliki cadangan devisa yang cukup,” kata 
>Djoko. 
>Kalau soal kemiskinan, Djoko mengakui, pasti ada orang miskin. ”Di Amerika 
>Serikat pun ada orang miskin,” tuturnya. 
>Djoko mencontohkan kehidupan demokrasi. Keterbukaan dan kebebasan pers di 
>Indonesia sangat maju. ”Jadi, saya tidak mau membantah. Lihat saja itu semua,” 
>katanya. Karena itu, Djoko berpendapat Indonesia bukan negara gagal. ”Negara 
>kita sedang membangun,” katanya. 
>Terkait aksi-aksi kekerasan, menurut Djoko, hal itu tidak terjadi di seluruh 
>Indonesia. ”Hampir di semua negara juga ada kekerasan,” katanya. Kekerasan di 
>suatu daerah jangan digeneralisasi seakan-akan kekerasan terjadi di seluruh 
>Indonesia. 
>Tidak tiba-tiba 
>Menurut Daron Acemoglu, profesor ekonomi Massachusetts Institute of Technology 
>(MIT), dan James Robinson, profesor politik dan ekonomi Universitas Harvard, 
>dalam sebuah artikel di laman majalah Foreign Policy, Senin (18/6), kegagalan 
>suatu negara tidak terjadi tiba-tiba dalam waktu semalam. Bibit-bibit 
>kegagalan itu sebenarnya sudah tertanam jauh di dalam berbagai institusi 
>politik kenegaraan, terkait bagaimana sebuah negara dijalankan. 
>Penulis buku Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty 
>itu membahas mengapa ada beberapa negara di dunia yang sangat sukses secara 
>ekonomi, tetapi ada juga yang tetap miskin dan terpuruk. 
>Ada beberapa negara yang mengalami kegagalan tiba-tiba dan spektakuler, 
>seperti Afganistan setelah pasukan Uni Soviet mundur akhir 1980-an. Namun, 
>sebagian besar negara gagal tidak secara mendadak. Negara-negara itu tidak 
>gagal karena perang, tetapi lebih karena gagal memberdayakan potensi 
>pertumbuhan rakyatnya yang besar. 
>Menurut Acemoglu dan Robinson, yang paling tragis dari kegagalan di sebagian 
>negara tersebut adalah karena disengaja. Negara-negara tersebut runtuh setelah 
>dikuasai institusi-institusi ekonomi ”ekstraktif”, yang merusak daya dorong 
>ekonomi, melemahkan setiap usaha inovasi, melemahkan bakat dan potensi warga 
>negaranya dengan menciptakan medan permainan yang tidak adil, dan 
>menghilangkan kesempatan warga untuk maju. 
>Dalam indeks negara gagal itu, situasi Indonesia dinilai memburuk, terutama di 
>tiga indikator dari total 12 indikator yang digunakan dalam penyusunan indeks 
>tersebut. Ketiga indikator itu adalah tekanan demografis, protes kelompok 
>minoritas, dan hak asasi manusia. Bagaimanapun, Indonesia diakui berhasil 
>mendorong pertumbuhan ekonomi dan melakukan reformasi politik beberapa tahun 
>terakhir. 
>Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Hariyadi B Sukamdani 
>mengatakan, kalangan pengusaha merasakan bagaimana kualitas penegakan hukum 
>dan jaminan keamanan menurun beberapa tahun terakhir. Kondisi itu cukup 
>mengkhawatirkan. Hariyadi mencontohkan, cetak biru pembangunan nasional cukup 
>jelas dalam Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi 
>Indonesia, tetapi menghadapi masalah koordinasi. 
>”Kalau negara itu rapi, jumlah sengketa pasti turun. Masalah serius lain 
>adalah manajemen pemerintahan berkait koordinasi dan kebijakan pemerintah 
>daerah yang tumpang tindih dengan pusat sehingga merugikan investor,” ujar 
>Hariyadi. 
>Namun, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky 
>Sibarani mengatakan, kalau disebut sebagai negara gagal, sesungguhnya masih 
>terlalu jauh. ”Kita masih ada yang bisa diharapkan asalkan ada kemauan dari 
>semua pihak, terutama pemerintah, dalam menyusun kebijakan.” 
>Franky menilai, kebijakan yang tidak konsisten lambat laun bakal menggiring 
>Indonesia sebagai negara gagal. Masalah infrastruktur dan penegakan hukum 
>memang membutuhkan proses yang cukup lama. 
>Infrastruktur di Indonesia juga mendapat perhatian. Menurut Yopie, untuk 
>memastikan proyek-proyek infrastruktur berjalan mulus, Wapres Boediono 
>memutuskan untuk memantau hingga ke pelaksanaan proyek. ”Orang menilai, kok, 
>sampai segitunya. Wapres seharusnya tidak perlu mengawasi detail teknis. 
>Namun, itu dilakukan untuk memastikan fungsi-fungsi itu berjalan baik,” 
>tuturnya. 
>Selain infrastruktur, menurut Yopie, Wapres memberikan perhatian serius pada 
>pelaksanaan reformasi birokrasi. Alasannya, birokrasi adalah eksekutor 
>kebijakan sehingga birokrasi yang baik akan membuat kinerja pemerintah ikut 
>jadi lebih baik. 
>Bagaimanapun peringkat Indonesia dalam kategori bahaya itu merupakan kritik 
>serius terhadap kinerja pemerintah. Menurut Ketua Badan Pengurus Setara 
>Institute Hendardi, dan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, M Ridha 
>Saleh, pemerintah jangan terus berkelit, melainkan harus bekerja lebih keras 
>lagi untuk menjauhkan negara ini dari keterpurukan. 
>”Dalam banyak kasus kekerasan terhadap minoritas, pemerintah cenderung 
>membiarkan, tidak tegas menindak, apalagi memproses hukum para pelakunya,” 
>kata Hendardi. 
>Ridha menilai, pemerintah belakangan ini memang lemah dalam melindungi hak-hak 
>sipil politik warga negara Indonesia dari kekerasan, konflik sosial, dan 
>gangguan keamanan. ”Pemerintah hendaknya memperbaiki regulasi, sistem, dan 
>kepemimpinan untuk melindungi HAM,” katanya. 
>Bagi pakar hukum tata negara Universitas Andalas Saldi Isra, pemerintah harus 
>membuktikan mampu melaksanakan fungsi pemerintahan secara baik. ”Semua 
>kelemahan hanya mungkin diatasi dengan keberanian dan langkah besar,” 
>katanya.   
-- 
.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke