Imam Bonjol: Buku Jangan Dibalas dengan Tinju
Sabtu, 02 Februari 2008 Oleh : Wisran Hadi, Budayawan Tampaknya, ketokohan Imam Bonjol memang tidak boleh digugat. Ketika Bumi Teater dari Padang akan mementaskan drama Imam Bonjol di Taman Ismail Marzuki Jakarta atas undangan Panitia Festival Kebudayaan Islam Internasional 1998, disingkat Festival Istiqlal Drs. Hasan Basri selaku Gubernur Sumatera Barat melayangkan surat keras kepada panitia, agar pementasan Imam Bonjol dibatalkan. Dengan alasan, pementasan drama Imam Bonjol itu akan dapat mengubah imej tentang kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol yang sudah dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Namun pihak panitia tetap melaksanakan pementasan itu dan Imam Bonjol tetap jadi pahlawan nasional sampai sekarang. Akan tetapi, Pemerintah Amerika Serikat melalui Kedubesnya di Jakarta meminta copy film Imam Bonjol produksi TVRI Padang bekerjasama dengan BUMI TEATER Padang pada tahun 2004, untuk dibagikan kepada universitas-universitas di Amerika Serikat yang mempunyai program studi Keislaman dan Asia Tenggara. Dari permintaan tersebut dapat dilihat dari dua sisi; pertama, pihak luar (Amerika Serikat) menjadikan film Imam Bonjol itu sebagai bagian dari studi mereka tentang pergerakan Islam di Indonesia, dan kedua, Imam Bonjol yang difilmkan itu dapat dianggap sebagai salah satu sumber dalam melakukan studi kesejarahan dan historiografi tentang Perang Paderi. Akan tetapi, jauh sebelum itu, gugatan terhadap Imam Bonjol atau Perang Paderi yang paling menghebohkan adalah dengan terbitnya buku Tuanku Rao yang ditulis oleh Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan pada tahun 1965. Hamka sebagai seorang ulama, budayawan, penulis yang merasa bertanggug jawab terhadap kebenaran sejarah Perang Paderi, pada tahun 1974 menerbitkan buku berjudul Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao, sebagai sanggahan dan koreksi total terhadap buku Tuanku Rao itu. Bahkan dengan tegas Hamka menulis, bahwa buku Tuanku Rao yang ditulis Mangaraja Onggang Parlindungan, lebih kurang 80 persen isi buku itu tidak benar, atau dusta. Setelah buku sanggahan itu terbit, buku Tuanku Rao tidak dilanjutkan penerbitannya. Akhir-akhir ini sebagian masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) dikejutkan lagi dengan persoalan Imam Bonjol dengan terbitnya buku Basyral Hamidy berjudul Greget Tuanku Rao dan beberapa komentar ikutannya pada beberapa surat kabar Jakarta. Setelah itu turun pula berbagai tulisan pembelaan tentang keberadaan dan kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol. Lalu, Fakultas Sastra UNAND beberapa waktu lalu mengadakan diskusi dengan alasan "atas dasar akademik". Benarkah semua itu atas dasar akademik, atau hanya didorong oleh tersinggungnya puncak kada orang Minang, yang orang Minang itu berada di lembaga akademik? Persoalan yang perlu kita simak dalam persoalan ini adalah; dunia ilmu dalam tradisi keIslaman yang kita kenal sampai sekarang adalah; buku harus dibalas dengan buku, sebagaimana yang telah dilakukan Buya Hamka terhadap Onggang Parlindungan. Yang ditunggu sekarang adalah, siapa yang akan berani menulis buku untuk menimbang, mengoreksi atau membantah buku yang telah ditulis Basyral Hamidy itu? Jangan hanya dengan pernyataan-pernyataan, kebulatan tekad, atau mampalagakan kekuasaan seperti yang dilakukan Gubernur Sumbar Drs. Hasan Basri Durin, yang mengeluarkan surat larangan terhadap pementasan Imam Bonjol duapuluh tahun lalu. Sekiranya gugatan terhadap kepahlawanan Imam Bonjol terkabul berkat desakan masyarakat Batak setelah membaca bukuBasyral Hamidy itu, sebenarnya orang Minang tidak perlu mempermasalahkannya, tidak perlu emosi benar, karena masalah pengakuan terhadap kepahlawanan seorang tokoh untuk dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional hanya untuk kepentingan politik dan bukan untuk kepentingan budaya, sejarah apalagi kebanggaan suatu etnik. Orang Minang berbangga terhadap kepahlawanan Imam Bonjol hanya sebagai tameng, bahwa mereka pun berjuang untuk kepentingan nasional. Apakah dengan banyaknya pahlawan nasional dari Minangkabau akan dapat menyebabkan orang Minang jadi pejuang yang gigih pula dalam era atau zaman seperti sekarang ini? Belum tentu sayang. Jika ada pihak-pihak yang mau menggugat kepahlawanan Imam Bonjol tujuannya tentulah dalam kerangka dampak domino. Gugatan yang mereka lakukan akan memudahkan berbagai pihak untuk menggugat tokoh-tokoh yang lain pula. Termasuk menggugat orang-orang tertentu yang sedang ditokohkan dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Menggugat kebenaran sejarah terhadap ketokohan Imam Bonjol adalah baik dalam konteks untuk menguji kebenaran penulisan sejarah. Namun kita juga harus jujur dan meneliti secara seksama pengakuan-pengakuan dari orang-orang tertentu yang datang kemudian, yang menyatakan dirinya punya hubungan darah dengan sang tokoh. Mereka-mereka itu harus berani bermain satu lawan satu. Saat ini adalah zaman, di mana buku harus dibalas buku bukan dengan tinju, atau kebulatan tekad, himbauan, rekomendasi dan surat-surat pengukuhan dari pihak penguasa, dibawah payung "pelurusan sejarah". Dengan kasus ini, jelas bahwa orang Minang telah memperlihatkan sosoknya secara jelas, bahwa; mereka sangat takut kehilangan tokoh, karena mereka tidak mampu lagi melahirkan tokoh. Jika orang Minang mau berbenar-benar mau meluruskan sejarah Perang Paderi, atau sejarah Tuanku Imam Bonjol, jangan hanya tokoh-tokoh yang sudah ditangkap Belanda dengan cerita yang sudah mereka putarbalikkan yang dijadikan objek. Banyak tokoh besar selain Imam Bonjol dalam Perang Paderi tersebut. Di atas langit masih ada langit, begitukan? *** --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Peraturan yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---