Wa'alaikumsalamwarahmatullahiwaarakaatuh. Kanda Madahar yang baik,
Wah, jelas enggak donk kanda. Baik itu tugas belajar, maupun ngak tugaskan(sejauh itu). Saya tetap ngak mau.Lain hal, kalau ambil S2nya di Indonesia juga, masih bisa bertemu, atau sering bertemu. Itupun lihat juga kondisi anak-anak. Kalau dalil yang kanda minta, tergantung kondisi saya belajar itu bagaimana. Kalau saya diminta suami untuk menerusin, saya akan patuh pada suami, karena salah satu hak suami adalah Taat pada suami(sepanjang bukan maksiat pada Allah, laathaata lima'siatilkhaaliq). Dulu, beliau minta saya ambil S2 di Jakarta, kalau tidak bisa lulus di Al Azhar. Saya patuhi beliau, padahal berat sekali bagi saya, saya di Jakarta, beliau di Kairo. Tetapi namanya kepatuhan pada suami, tentu beliau lebih tau mana untuk kemaslahatan keluarga kemasa depannya, sementara saya pribadi, sejak tammat Lc dah malas kuliyah, bukan malas belajarnya, belajar bisa dimana-mana saja, tetapi urusan dikuliyah Al Azhar terkenal yang paling susah.Dimana saya memang lebih suka dirumah.Saya lebih bisa banyak beribadah terutama menghafal AlQuran. Dari semenjak masuk Diniyyah Puteri Padang Panjang, saya akui, saya hobby sekali menghafal AlQuran, dan menelitinya, saat pilihan dikuliyah tingkat tigapun saya ingin jurusan tafsir, tetapi nilai saya di hadits verygood, sementara tafsir good, maka harus di hadits. Saya jalani itu, dan ternyata jurusan hadits yang Allah tetapkan ini rupanya jauh lebih baik untuk masalah keduniawiyaan bagi saya(bukan maksud akhiratnya enggak, jelas diakhirat ada ganjarannya), tetapi ternyata jurusan hadits tammatan Al Azhar ini, sangat minim di Indonesia, (magister, apalagi doktor). Pada awalnya saya ngak minat nyambung S2,suami saya yang meminta lanjutkan kuliyah, sehingga pada akhirnya minat itu datang juga sendirinya dari saya pribadi. Walaupun S2 di Al Azhar pada mulanya saya malas(karena alasan tadi, administrasi disana bikin menangis-nangis, dan benar-benar dibuatnya kita jadi manusia yang benar-benar sabar,menghadapi sikap orang Mesir dalam berurusan, dan apa yang saya rasakan ini, ternyata juga mahasiswa/i lainnya turut juga merasakan hal yang sama).Namun begitu, saya ngak ingin mengecewakan suami saya. Saya berusaha untuk menyenangkan hati suami saya semampu saya, sebab selain dididik sejak kecil patuh pada ortu, dan ortu saya selalu menasehatkan kami agar patuh pada suami, mana haditspun mendukungnya, jadi yah klop, suami itu bagi saya segala-galanya(untuk urusan didunia ini, dan tentu tidak melebihi cinta saya kepada Allah). Kepatuhan pada kedua orang tua kandung saya, kepada suami saya, itu datang dengan sendirinya, ngak dibuat-buat.Jujur, saya dulu sejak kecil belum tau akan perintah AlQuran harus patuh pada ortu, kepatuhan itu, datang dari dalam diri saja, sehingga ngak pernah melayang cubitan, dan pukulan sedikitpun dari ayah saya(dan ini benar-benar diakui semua kakak kandung saya, anak yang tak pernah kena pukul tangan ayahnya, sementara ibu pernah sekali, itu bukan karena kenakalan saya, tetapi karena saya asyik bermain, sementara ponakan saya yang saat itu main sepeda terjatuh dari tangga, saya dekat darinya, ngak perhatikan ponakan itu, saat saya dimarahi begitu, ayah saya memanggil ibu saya kekamar, dan saya mendengar ayah menasehati ibu saya, jangan sampai cubit, atau marahi saya, dikarenakan ponakan jatuh, karena saya juga masih anak-anak yang sedang bermain2 juga) Jadi, begitulah sudah terpatri patuh pada ortu dan suami, dan biasanyakan, (ini menurut pandangan saya aja), orang yang dah biasa patuh pada ortunya, dah otomatis saja patuh pada suami, karena mau tak mau suami adalah pengganti dari ortunya semenjak ia menikah. Tanggung jawab yang selama ini dibebankan kepada ayahnya, setelah menikah tanggungjawab itu jatuh pada suami. Makanya sang istripun saya rasa, dah otomatis saja patuh pada suami, bukan karena tau perintah Allah dan hadits Rasulullah, itu refleks saja, dan ternyata setelah saya mempelajari agama, apa yang saya lakukan selama ini, memang Allah memerintahkannya, jadi,..ngak begitu susah sekali bagi saya menjalankan perintah Allah dan rasulNya itu. Dalil kepatuhan istri pada suami:Nabi Muhammad Rasulullah bersabda:" Seandainya aku boleh memerintahkan sujud kepada manusia lain, akan aku perintahkan istri sujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka"(H.R Tirmidzi). Dalil membelanjakan harta harus seizin suami:" Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:" Wanita tidak boleh membelanjakan sesuatu dari rumah suaminya, kecuali dengan izin suaminya".Seseorang bertanya:" Wahai Rasulullah apakah termasuk makanan?"Rasulullah menjawab:" Itu adalah kekayaan kami yang paling utama"(H.R Tirmidzi). Saya rasa, itu aja alasan saya masih terus kuliyah sampai saat ini. Dan saya kira juga suami punya alasan-alasan tertentu kenapa beliau keras sekali saya lanjut kuliyah. Setelah saya tanya beliau, jawabnya. 1. Beliau dulu sangat berkeinginan sampai S2, tetapi kondisi tak memungkinkan sekarang. Beliau dah sarjana muda di IAIN Padang jurusan bhs Arab, lantas oleh Rektor, disuruh melanjutkan S2 dengan bea siswa Depag. Namun sampai di Kairo, beliau ngak bisa melanjutkan ambil S2 langsung, karena ketika itu, ijazah IAIN, ngak mu'adalah(ngak diakui). Akhirnya, karena ngak mungkin pulang kampung beliau masuk kembali ke Al Azhar tetapi setingkat SMA, tingkat II(betapa ruginya umurnya saat itu, tetapi ketimbang pulang, malu sama orang kampung), dan syukurnya beliau naik tingkat terus dengan nilai jauh lebih bagus dari saya(dari sisi keilmuwan apa saja, saya akui, sampai saat ini beliau jauh luar biasa dari pengetahuan saya, apalagi bahasa Arab dan terjemahannya, makanya di Kedutaanpun beliau menterjemah surat2kabar yang ada di Mesir, dikirim ke Indonesia. Beda saya dengan beliau, dari sisi hafalan saja, Allah Subhanahu Wata'ala berikan saya karunia kuat hafalan ini(tentu dalam AlQuran, hadits, yang lainnya kagak, nama orang, telpon, beliau lebih kuat mengingatnya), begitulah, bukankah dah dikatakan:"Likulli Syain maziyyah, bagi masing-masing orang punya kelebihan tersendiri(sebagaimana kekurangan juga), dan itu dah menjadi sunnatullah. 2. Mengingat masa depan anak-anak. Beliau tidak selamanya bekerja di kedutaan itu. Iyah, sekarang alhamdulillah finansial kita, lumayan, bagaimana kelak kalau pulang ke Indonesia? Salah satu diantara kami, harus S2, apalagi ada datang Depag meregrut mahasiswa/i kairo untuk PNS.Beliau minta saya mengikutinya, eh..ternyata lulus. Beliau minta saya mengikuti ujian masuk S2, padahal saat test S2, saya baru melahirkan tiga hari, sakitnya melahirkan belum hilang, bekas jahitan luar biasa, suami saya yang mendukung, atau membimbing saya naik ke tingkat tiga(dengan tangga pula, ngak ada lift), untuk ujian penerimaan S2,dan alhamdulillah lulus. Saya malah menduga ngak lulus, karena sebulan sebelum melahirkan, kondisi saya cukup parah, sesak nafas saya kambuh, mana bisa saya kosentrasi menghafal AlQuran. Saya heran, apa saja yang diinginkan atau dimintakan oleh suami saya kesaya, selalu saja terpenuhi. Saya disuruh ambil S2, alhamdulillah selesai, padahal susahnya minta ampun menyelesaikannya. Saya diminta ikut test oleh Depag yang datang ke Mesir itu, eh..lulus juga. Akhirnya saya pulang, 2 thn pula terhenti kuliyah saya gara-gara PNS ini. Banyak penyebab saya berhenti kuliyah, saya aja menikah tingkat tiga, bisa dibayangkan selama kuliyah ada empat kali saya melahirkan anak saya, belum lagi dua kali kegugurannya, berapa tahun pula terhentinya kuliyah saya karena mendahulukan anak-anak dan keluarga. Jadi saya rasa, Allah benar-benar sayang pada suami saya.Lantas, agar saya bisa kembali lagi ke Kairo, berkumpul bersama-sama lagi, yah..Jalan satu-satunya ambil S3 di Al Azhar. Kalau beliau menginginkan saya ambil S3 di lain tempat, itu saya pertimbangkan dulu dengan beberapa catatan,dan ternyata itu tak terjadi,saya bisa juga tugas belajar ditempat dimana suami saya bertugas, alhamdulillah, karena niat ikhlas itu tadi kali, maka jelas catatan semula itu dihilangkan saja. Begitulah cerita bagaimana perjalanan kuliyah saya. Yang di banggakan oleh Mak Zubir Amin,saat itu pada orang-orang disekitar beliau, saya bisa berhasil kuliyah dimana tempat kuliyah yang luar biasa sulitnya dari berbagai macam sisi,hafalan AlQurannya, administrasinya, mata kuliyahnya, dllnya sementara saya harus pula melahirkan beberapa kali, keguguran beberapa kali, mengurus anak-anak, tentunya juga melayani suami, mana tidak memiliki pembantu seorangpun, apalagi dua tiga. Apakah ada peran suami membantu urusan RT?. Jelas sekali ada, kalau saya sakit, beliau memasakkan saya, melayani saya, sebaik-baik pelayanan yang jauh lebih baik dari perawat sekalipun. Saat saya mo ujian, setiap pagi, bangun tidur, beliau menyediakan teh, susu, dan sarapan, agar saya bisa lulus dengan baik. Dalam masalah material kebutuhan kuliyah saya, beliau sangat memanjakan saya, membelikan buku-buku, membelikan laptop, dimana mahal sekali laptop kala itu, tetapi beliau katakan, kalau Ima lulus saat masa dua tahun sebelum menulis(di Al Azhar untuk S2, 2 thn masa perkuliahan, baru bisa menulis saja), beliau akan belikan saya laptop yang saya inginkan semodel apapun. Beliau selalu menemani saya kepembimbing, dimana pembimbing saya jauh diluar kota(semacam dari BKT-PDG). Jadi keberhasilan-keberhasilan saya baik kuliyah S1, S2, begitupun tugas belajar, ngak pernah terlepas dari dukungan materil, dan moril dari beliau.Modal saya cuma kepatuhan saja. Saat ini, setelah biaya memungkinkan, saya lagi yang akan mendorong suami saya untuk ambil kembali S2nya. Saat ini beliau hanya sampai diploma, tinggal menulis thesis saja lagi. Tetapi kalau selain Al Azhar, biaya ambil S2 sangat tinggi(kalau sayakan gratis, paling bayar untuk buat kartu, kecuali dua tahun belakangan ini, sudah mulai dikenakan biaya, itupun ngak banyak). Kalau tinggal menulis saja, saya kira beliau bisa,karena saya tau beliau berotak briliant, cerdas, gigih dalam kerjaan, meski harus lambat, karena tugasnya di kantor banyak sekali, pergi jam 8 pagi, pulang jam 8 malam, kalau lagi ngak ada tamu. Kalau ada tamu, bisa pergi jam 7 pagi, pulang jam 12, bahkan dini hari. Soal umur dah tua, biarkan saja apa kata orang, dah tua koq masih belajar? Dah tua koq begini..begitu..Biarkanlah apa kata orang..yang tau kemaslahatan kita, hanyalah diri kita sendiri.Selain kuliyah, sekolah anak-anakpun jauh lebih diperhatikan lagi. Saya salut pada suami saya tekun mengajari anak-anak. Anak sekarang dua lagi yang sedang belajar. Satunya beliau yang membimbing langsung, satunya lagi saya.Yang kecil, suka ganggu. Kami dah tekad bersama-sama, soal bacaan AlQuran, harus orang tua langsung yang membimbing anak-anak, lain dengan mata pelajaran umum, kami membiasakan anak-anak mencoba memahami sendiri dari isi bacaan buku, kalau ngak faham, baru silahkan bertanya pada ortu, agar terbiasa mandiri mereka dalam belajar. Beda dengan pelajaran AlQuran, lidah yang fasih, harus dimulai pengajarannya sejak dini sekali, dan dengan kamipun, ngak serius amat, sambil bermain-main saja.Menanamkan tauhid pada anak-anak, justru disaat-saat bermain. Dalil mengutamakan keluarga ini adalah:"Peliharalah dirimu, dan keluargamu dari api neraka", juga perintah Rasulullah akan belajar:" Menuntut ilmu suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah", perintah mengajari anak shalat:" Suruhlah anak-anak kamu shalat sementara mereka sudah berumur 7 tahun(belum 7 thn juga sdh kita ajarkan), dan pukullah mereka (kalau ngak mau), setelah mereka berumur 10 thn)". Wassalamu'alaikum. Rahima. --- "Madahar (madahar)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Assalamu'alaikum ww, > Sanak Rahima, batanyo pulo ciek di masalah sikola > ko. > Tanyo sarupo iko; kalaulah seandainyo pak Rahim > indak di Cairo (di > kampuangnyo). Apo kiro-kiro sanak Rahima pai Kuliah > maambiak master ka > Cairo. Sa'at sanak pai maambiak kuliah ko status > sanak indak dalam > keadaan tugas belajar do. > tolong dibari jawek sacaro alqur'an dan hadist. > > Tarimo kasi > > Wassalamu'alaikum ww > Batuduang Ameh (41) Cuma tamaik S3, terakhir jurusan > Sipil Basah > (Konstruksi Bangunan Air) ____________________________________________________________________________________ Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca dan dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur dan Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG!!! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. - Anggota yg posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen akan mengikuti peratiran yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahul -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---