Yang mana pula yang iya ini?

Iko penulis sendiri,
Iko panulih sandiri, 
Ika panulis sendiri ...?

Senginyit,
-- Nyit :)

--- In rantau...@yahoogroups.com, alhaqirwalfaqir@... wrote:
>
>  Iko penulis sendiri indak mamakai bahaso Minang lo mah....hehehehe
> 
> Ibaraik kapitiang manggalak-an anak sandiri bajalan manyampiang...hehehe
> 
> 
> Sangenek,
> 
> 
> 
> Wassalam,
> anwardjambak 44+, 
> mudiak Pyk, kanakan Dt Rajo Malano(Maulana), 
> 
> "Maminteh Sabalun Hanyuik....!!!
> 
> Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile
> 
> -----Original Message-----
> From: "Nofend St. Mudo" 
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Fri, 18 Jan 2013 18:58:36 
> To: 
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: [R@ntau-Net] Mengembalikan Nama-nama Minangkabau
> 
> Oleh: *ASWADI MUNIR *(Pengurus BK3AM, Jakarta)
> 
> 
> 
> *KETIKA *saya pulang kekampung minggu lalu, saya bertandang kerumah saudara
> yang masih punya anak usia balita. Sebagaimana layaknya tamu, saya
> disuguhkan kopi dan sepiring goreng pisang. Karena sudah lama tidak
> berjumpa, kami *maota *kian kamari, mulai dari nostalgia masa kecil sampai
> kepada lonjakan harga pupuk dan racun tanaman yang tidak seimbang dengan
> harga hasil pertanian yang jadi tumpuan periuk nasi dia sekeluarga.
> 
> 
> 
> Sedang asyiknya kami *maota*, tiba-tiba anaknya yang baru kelas satu SD
> datang menghampiri ayahnya sambil berkata "Pa, besok saya perlu uang untuk
> membayar zakat fitrah disekolah" kata sang anak dengan bahasa Indonesia
> berlogat kampung saya. Sang *Papa *menjawab dengan bahasa Indonesia juga
> tapi dengan logat yang sama, bahkan kentara sekali kalau dia jarang
> berbahasa Indonesia yang baik dan benar "Berapa kamu perlu uangnya? A,
> mintaklah sama mama kamu, ada uang sama dia itu".
> 
> 
> 
> Saya kaget mendengar dialog anak dan bapak ini, bukan kaget dengan isi
> dialognya, tapi saya sangat kaget dengan bahasa yang mereka pakai. Mereka
> tidak lagi mamakai bahasa minang, tapi justru memakai bahasa indonesia.
> Tadinya saya ingin menanyakan kepada saudara saya ini, kenapa kok tidak
> mamakai bahasa kampong lagi, tapi takut dia tersinggung, rasa heran itu
> saya simpan dalam hati.
> 
> 
> 
> Masih dengan rasa penasaran yang dalam, saya lalu mengadakan observasi
> kecilkecilan keliling kampung, ternyata fenomena ini sudah menjalar
> keseluruh kampung, bahkan kekampung-kampung yang lain, mungkin juga sudah
> terjadi dihampir seluruh nagari di sumbar ini, dimana bahasa sehari-hari
> didalam keluarga tidak lagi memakai bahasa minang, tapi sudah memakai
> bahasa Indonesia berlogat nagari masing-masing.
> 
> 
> 
> Terus terang, sebagai anak minang, saya sangat prihatin melihat fenomena
> ini. Betapa tidak, walaupun saya bukan ahli budaya minang. Tapi
> sepengetahuan saya, nilai-nilai filosofi budaya minang itu tersembunyi
> didalam bahasa minang itu sendiri. Apalagi budaya minang sangat
> mengandalkan budaya tutur daripada budaya tulis. Mulai dari pepatah
> petitih, gurindam, sambah manyambah dan lainnya, hampir semuanya tersimpan
> dalam budaya tutur tadi.
> 
> 
> 
> Dalam hati saya bertanya, bagaimana generasi tua bisa mentransfer
> nilai-nilai budaya minang yang begitu tinggi kalau generasi mudanya tidak
> pandai berbahasa minang karena dari kecil mereka tidak dibiasakan
> memakainya dalam percakapan sehari-hari? Dan saya juga belum menemukan
> jawaban, kenapa para keluarga muda minang ini tidak membiasakan
> anak-anaknya berbahasa minang? Gejala apa ini?
> 
> 
> 
> Mungkin para ahli budaya atau ahli bahasa bisa mencarikan jawabannya. Yang
> jadi pertanyaan berikutnya. Kalau fenomena ini dibiarkan tanpa ada yang
> mengingatkan bahayanya, bagaimana nasib Minangkabau ini dimasa mendatang?
> 
> Apakah kita akan membiarkan budaya Minangkabau ini menjadi fosil yang hanya
> akan dikenang sebagai peninggalan sejarah masa lalu, dimana generasi
> mudanya sudah terasing dan tercabut dari akar budayanya sendiri?
> 
> 
> 
> Selain pemakaian bahasa minang yang sudah terpinggirkan dari rumah tangga
> para keluarga muda. Penamaan nama-nama kampung dan nagari juga tidak
> menjadi perhatian para kepala daerah. Kenapa pemda-pemda di sumbar tidak
> mengembalikan nama-nama kampung dan nagari kenama-nama aslinya.
> 
> 
> 
> Coba anda lihat dipapanpapan nama instansi, kita akan menemukan nama-nama
> kampuang, nagari dan kecamatan yang tidak lagi memakai lafal bahasa minang.
> Kalumbuk, kenapa tidak kalumbuak? Cingkaring, kenapa tidak Cingkariang?
> Padang Sibusuk? Kenapa tidak Padang Sibusuak? Padang Lawas, kenapa tidak
> Padang Laweh?
> 
> Sebagai contoh. Padahal, nenek moyang kita tatkala menamakan suatu nagari,
> tidaklah sembarangan. Dari setiap nama itu tersimpan sejarah yang melatar
> belakangi lahirnya nagari-nagari tersebut. Akankah sejarah tersebut akan
> hilang ditelan masa karena ketidak pedulian kita?
> 
> 
> 
> Untuk itu, kalau kita memang merasa bangga menjadi orang minang dan ingin
> terus akan mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai budaya minang ini
> kepada generasi penerus, diperlukan upaya kerja sama semua pihak dalam
> melestarikannya. Pemerintah daerah bisa memulai dengan mengembalikan
> namanama nagari dan kampung kenama aslinya. Para pendidik, cendekiawan,
> media massa bisa memulai kampanye kembali berbahasa minang dan para
> keluarga muda kembali membiasakan dengan memakai bahasa ini sebagai bahasa
> pengantar sehari-hari. Agar peringatan nenek moyang kita yang berbunyi *Jalan
> diasak urang lalu, cupak diganti urang panggaleh dan adat diubah urang nan
> datang*, tidak sampai terjadi. ***
> 
> 
> 
> Opini Harian Haluan, Hal. 5 | Jum'at 18 Januari 2013
> 
> -- 
> *
> *
> *Wassalam
> 
> *
> *Nofend St. Mudo
> 36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan
> Tweet: @nofend  | YM: rankmarola
> *


-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke