IKOLAH FENOMENA SEKALIGUS HOMEWORK "PR" ANTARO DUO BUAH KATO NAN SALAMOKO KITO SULIT MAMBEDAKANNYO, AWAK SEBAGAI URANG "MINANGKABAU/minang" ATAU NAN AWAK KO SEBAGAI URANG "SUMATERA BARAT"? Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message----- From: "Nofend St. Mudo" <nof...@rantaunet.org> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Fri, 18 Jan 2013 18:58:36 To: <RantauNet@googlegroups.com> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [R@ntau-Net] Mengembalikan Nama-nama Minangkabau Oleh: *ASWADI MUNIR *(Pengurus BK3AM, Jakarta) *KETIKA *saya pulang kekampung minggu lalu, saya bertandang kerumah saudara yang masih punya anak usia balita. Sebagaimana layaknya tamu, saya disuguhkan kopi dan sepiring goreng pisang. Karena sudah lama tidak berjumpa, kami *maota *kian kamari, mulai dari nostalgia masa kecil sampai kepada lonjakan harga pupuk dan racun tanaman yang tidak seimbang dengan harga hasil pertanian yang jadi tumpuan periuk nasi dia sekeluarga. Sedang asyiknya kami *maota*, tiba-tiba anaknya yang baru kelas satu SD datang menghampiri ayahnya sambil berkata “Pa, besok saya perlu uang untuk membayar zakat fitrah disekolah” kata sang anak dengan bahasa Indonesia berlogat kampung saya. Sang *Papa *menjawab dengan bahasa Indonesia juga tapi dengan logat yang sama, bahkan kentara sekali kalau dia jarang berbahasa Indonesia yang baik dan benar “Berapa kamu perlu uangnya? A, mintaklah sama mama kamu, ada uang sama dia itu”. Saya kaget mendengar dialog anak dan bapak ini, bukan kaget dengan isi dialognya, tapi saya sangat kaget dengan bahasa yang mereka pakai. Mereka tidak lagi mamakai bahasa minang, tapi justru memakai bahasa indonesia. Tadinya saya ingin menanyakan kepada saudara saya ini, kenapa kok tidak mamakai bahasa kampong lagi, tapi takut dia tersinggung, rasa heran itu saya simpan dalam hati. Masih dengan rasa penasaran yang dalam, saya lalu mengadakan observasi kecilkecilan keliling kampung, ternyata fenomena ini sudah menjalar keseluruh kampung, bahkan kekampung-kampung yang lain, mungkin juga sudah terjadi dihampir seluruh nagari di sumbar ini, dimana bahasa sehari-hari didalam keluarga tidak lagi memakai bahasa minang, tapi sudah memakai bahasa Indonesia berlogat nagari masing-masing. Terus terang, sebagai anak minang, saya sangat prihatin melihat fenomena ini. Betapa tidak, walaupun saya bukan ahli budaya minang. Tapi sepengetahuan saya, nilai-nilai filosofi budaya minang itu tersembunyi didalam bahasa minang itu sendiri. Apalagi budaya minang sangat mengandalkan budaya tutur daripada budaya tulis. Mulai dari pepatah petitih, gurindam, sambah manyambah dan lainnya, hampir semuanya tersimpan dalam budaya tutur tadi. Dalam hati saya bertanya, bagaimana generasi tua bisa mentransfer nilai-nilai budaya minang yang begitu tinggi kalau generasi mudanya tidak pandai berbahasa minang karena dari kecil mereka tidak dibiasakan memakainya dalam percakapan sehari-hari? Dan saya juga belum menemukan jawaban, kenapa para keluarga muda minang ini tidak membiasakan anak-anaknya berbahasa minang? Gejala apa ini? Mungkin para ahli budaya atau ahli bahasa bisa mencarikan jawabannya. Yang jadi pertanyaan berikutnya. Kalau fenomena ini dibiarkan tanpa ada yang mengingatkan bahayanya, bagaimana nasib Minangkabau ini dimasa mendatang? Apakah kita akan membiarkan budaya Minangkabau ini menjadi fosil yang hanya akan dikenang sebagai peninggalan sejarah masa lalu, dimana generasi mudanya sudah terasing dan tercabut dari akar budayanya sendiri? Selain pemakaian bahasa minang yang sudah terpinggirkan dari rumah tangga para keluarga muda. Penamaan nama-nama kampung dan nagari juga tidak menjadi perhatian para kepala daerah. Kenapa pemda-pemda di sumbar tidak mengembalikan nama-nama kampung dan nagari kenama-nama aslinya. Coba anda lihat dipapanpapan nama instansi, kita akan menemukan nama-nama kampuang, nagari dan kecamatan yang tidak lagi memakai lafal bahasa minang. Kalumbuk, kenapa tidak kalumbuak? Cingkaring, kenapa tidak Cingkariang? Padang Sibusuk? Kenapa tidak Padang Sibusuak? Padang Lawas, kenapa tidak Padang Laweh? Sebagai contoh. Padahal, nenek moyang kita tatkala menamakan suatu nagari, tidaklah sembarangan. Dari setiap nama itu tersimpan sejarah yang melatar belakangi lahirnya nagari-nagari tersebut. Akankah sejarah tersebut akan hilang ditelan masa karena ketidak pedulian kita? Untuk itu, kalau kita memang merasa bangga menjadi orang minang dan ingin terus akan mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai budaya minang ini kepada generasi penerus, diperlukan upaya kerja sama semua pihak dalam melestarikannya. Pemerintah daerah bisa memulai dengan mengembalikan namanama nagari dan kampung kenama aslinya. Para pendidik, cendekiawan, media massa bisa memulai kampanye kembali berbahasa minang dan para keluarga muda kembali membiasakan dengan memakai bahasa ini sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Agar peringatan nenek moyang kita yang berbunyi *Jalan diasak urang lalu, cupak diganti urang panggaleh dan adat diubah urang nan datang*, tidak sampai terjadi. *** Opini Harian Haluan, Hal. 5 | Jum’at 18 Januari 2013 -- * * *Wassalam * *Nofend St. Mudo 36Th/Cikarang | Asa Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan Tweet: @nofend <http://twitter.com/#!/@nofend> | YM: rankmarola * -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/