Kawan2 di RN, Berikut ambo turunkan tulisan ambo dengan judul: "Memindahkan Ibukota Negara" nan ambo kirimkan ka salah satu koran di ibukota. Namun kalihatannyo ndak dimuek sabaok lah ambo kirimkan sajak tgl 26 Jan nan lalu. Daripado talatak sajo, kalau ado nan baminaek mambaco di palanta RN ko silahkanlah. Sukur2 kalau ado pulo nan mambari komentar ataupun tanggapan. Hormat ambo, MN MEMINDAHKAN IBUKOTA NEGARA Mochtar Naim 26/01/2013 G EJALA topografis dan klimatologis yang kita hadapi di ibukota negara Jakarta dari waktu ke waktu dan dari musim ke musim seperti yang kita hadapi sekarang ini mengantarkan kita kepada kesimpulan bahwa Jakarta tidak lagi layak untuk menjadi ibukota negara ke masa depan. Terlalu besar biaya dan beban yang harus kita tanggung jika Jakarta tetap kita pertahankan sebagai ibukota negara, di samping sekaligus juga pusat ekonomi, perdagangan, industri, pendidikan, politik, sosial, budaya, dan semuanya. Apalagi jika kita tetap bersikukuh dengan sistem administrasi kenegaraan seperti sekarang di mana semua urusan di tingkat nasional harus dibawa ke dan diselesaikan di Jakarta. Memberikan otonomi ke Kabupaten dan Kota, tetapi tidak ke Provinsi, ternyata tidak menyelesai karena masalah sekecil apapun masih saja dibawakan ke Jakarta, karena kekuasaan penentunya itu ada di pusat di berbagai kementerian dan instansi lainnya, tidak di provinsi. Yang terjadi lalu adalah, mondar-mandirnya tiap sebentar para petinggi negara dari berbagai kabupaten dan kota di seluruh Indonesia ke ibukota negara, yang hasilnya, seperti kita lihat, mereka pun telah menjadi raja-raja kecil di daerah sambil tak lupa mempraktekkan prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme yang tadinya hanya diarahkan ke ibukota negara tetapi sekarang, karena sistem yang diperluas, juga ke daerah-daerah kabupaten-kota itu di seluruh Indonesia. Memboyong ibukota negara ke satu lokasi strategis di luar Jawa seperti yang dimunculkan pertama kali oleh bapak pendiri negara ini, Soekarno, yaitu ke kota Palangka Raya di Kalimantan Tengah, misalnya, adalah ide cemerlang yang mampu menembus masa depan Indonesia itu. Bukan saja bahwa letaknya strategis di tengah-tengah gugusan kepulauan Indonesia-Nusantara ini, tetapi juga terhindar dari potensi bahaya gempa, gunung berapi dan tsunami, seperti yang dialami oleh daerah-daerah di Sumatera, Jawa dan lainnya. Tetapi memboyong ibukota negara tanpa melakukan perubahan dan perombakan total dari sistem birokrasi dan administrasi kenegaraan ini, jadinya hanya akan memindahkan borok dan penyakit yang sama, dan tidak menyelesai. Untuk itu diperlukan kemampuan visioner, bagaimana mengatur negara yang luasnya nomor empat terbesar di dunia ini dan bahkan negara maritim terbesar di dunia ini, dengan penduduk yang sekarang saja sudah nyaris 250 juta. Saya melihat bahwa Indonesia masa depan, dengan melihat gejala dan gelagat yang ada sekarang dan selama ini, mau tak mau harus meniru pola budaya politik negara-negara besar lainnya yang ada di dunia ini, kecuali negara totaliter-sentralistik seperti Cina sekarang dan Rusia sebelumnya, yaitu negara federal. Yang ditekankan adalah “persatuan”nya, bukan lagi “kesatuan”nya. Dengan bentukan negara federal untuk negara sebesar Indonesia ini, maka sentra-sentra pembangunan, dalam hal apapun, akan berpindah dari pusat ke daerah-daerah. Daerah-daerah pada gilirannya akan juga berotonomi, dari provinsi ke kabupaten-kota, ke kecamatan, dan ke desa-kampung-nagari di seluruh Indonesia, sehingga yang dibangun itu adalah daerah-daerah sampai ke perangkat desa-kampung-nagari di mana bahagian terbesar dari penduduk sebagai pemilik yang sah dari Republik ini bermukim. Tekanannya adalah juga seperti yang dicantumkan dalam Sila Kelima Pancasila: ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” serta pasal 33 dan 34 UUD1945 yang menginginkan ekonomi sebagai usaha bersama untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tekanannya bukan lagi pada ekonomi liberal-kapitalistik-pasar bebas seperti yang dipraktekkan sekarang ini yang hanya menguntungkan kaum kapitalis multinasional dan konglomerat non-pri, dan yang dilindungi oleh para birokrat-feodal sejak masa Orde Baru ke masa Reformasi sekarang ini, tetapi ekonomi kerakyatan. Para birokrat kita sekarang ini maunya terima upeti balas jasa dalam jumlah wah tanpa memikirkan rakyat pribumi yang masih dirundung oleh kemiskinan dan keterbelakangan. Memindahkan ibukota negara ke lokasi strategis seperti Palangka Raya itu adalah kebijakan mendesak yang harus segera kita ambil secara bersama dan bernegara, yang sekaligus diiringi dengan perubahan mendasar dari sistem administrasi kenegaraan kita, yakni dari Negara Kesatuan ke Negara Persatuan seperti juga yang dipraktekkan di hampir semua negara-negara besar di dunia ini. Filipina, Malaysia dan Thailand saja sebagai negara tetangga yang luasnya hanya sepersekian Indonesia dan jumlah pendudukknya hanya sepersekian, adalah Negara Persatuan yang federal. Masak Indonesia yang seluas ini dan dengan penduduk sebanyak ini akan tetap bertahan sebagai Negara Kesatuan yang hakikatnya adalah juga sentralistik-feodal dan yang ekonominya dikuasai oleh para kapitalis multi-nasional dan konglomerat non-pri yang jumlah mereka hanya secuil kecil? ***
-- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.