2008/2/22 Zulidamel <[EMAIL PROTECTED]>:

>  Assalamu'alaikum w.w.
>

Wa'alaykumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh,

>  Saya sering sekali mendengar ataupun membaca "Seseorang yang mendatangi
> tukang ramal, dukun, berarti dia telah melakukan kesyirikan yang nyata"
>  Bahkan sering pula mendengar semua praktek perdukunan adalah syirik.
>  Terus terang saya dalam hal ghaib, perdukunan dan ramalan terdapat
>  kontroversi dalam diri saya sendiri. Saya pikir kita harus melihat isinya,
>  bukankah segala sesuatu perbuatan dilandasi niat. Bahkan Allah belum
>  membebankan atas dosa kepala orang-orang yang belum menjalankan niat
>  jahatnya.
>

Suatu perbuatan memiliki dua bagian: niat dan cara. Kedua perlu baik
agar perbuatan itu teranggap sebagai amal shalih. Niat baik namun cara
yang salah bukanlah amal shalih karena tujuan baik tidaklah
menghalalkan semua cara. Sebaliknya, cara yang baik tapi niat yang
salah juga tidak bernilai (misalnya berbuat baik karena riya).

>  Pertama :
>  Dalam hal ramalan, Bukankan nabi Allah Yusuf A.S.diberi kemampuan untuk
>  meramal.
>

Mengenai para rasul, Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):

"Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu
tidak memikirkan (nya)?" (QS. al-An'aam 6:50)

"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan
tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman"." (QS. al-A'raaf 7:188)

"Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan
tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya
kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Hud
11:49)

"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali
kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (QS. al-Jin
72:26-27)

Jadi para rasul mengetahui perkara ghaib hanya sebatas apa yang
diwahyukan Allah Ta'ala kepada mereka. Mereka tidak bisa mengetahuinya
sesuka hati mereka untuk meramal apa yang akan terjadi. Ingatlah bahwa
Nabi Muhammad Shallallahu 'alayhi wa Sallam pernah mengalami kekalahan
di perang Uhud, bahkan beliau pun terluka.

>  Nenek moyang kita juga telah menggunakan ilmu perbintangan untuk meramalkan
>  cuaca, arah angin dll dengan memperhatikan tanda-tanda alam. Saya pikir itu
>  adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang sekarang dapat dilakukan dengan
>  peralatan modern. Namun karena mereka belum beragama islam maka dianggap
>  tidak sesuai dengan ajaran islam. Jadi wajar saja kita mempelajari
>  tanda-tanda alam tanpa mengesampingkan bahwa semua itu berasal dari Allah.
>

Penentuan musim, cuaca dan arah angin dengan memperhatikan bulan dan
bintang bukan termasuk bab yang kita bicarakan. Itu masuk ke aplikasi
astronomi.

Namun untuk kalau menentukan nasib seseorang, inilah yang menjadi masalah.

>  Kedua :
>  Dalam hal ghaib seperti yang ibu rahima jelaskan mengenai ghaib bahwa ada
>  yang mutlak dan ada yang tidak mutlak. Yang saya tahu, yang mutlak itu
>  adalah zat Allah. Lainnya berlaku dalil  "Tuntutlah ilmu itu sekalipun
>  kenegeri Cina" apa maksudnya ini. Buat sementara saya jawab ringkas saja
>  "dimana saja boleh" artinya kita diperintah menuntut ilmu kemana saja.
>

Tidak ada dalil "Tuntutlah ilmu itu sekalipun ke negeri Cina" karena
hadits itu tidak shahih.

>  Diantara ilmu tersebut ada yang di golongkan sebagai ilmu ghaib. ada yang
>  dikata ilmu hitam ada pula ilmu putih.
>  Dalam kenyataannya dilingkungan kita banyak terjadi hal-hal gaib sehingga
>  kita perlu bantuan orang mempunyai pengetahuan tentang ghaib ini. Kalau di
>  Jakarta disebut orang pintar. Kebanyakan orang pintar ini adalah pemeluk
>  islam yang ta'at, kiyai bahkan kita tahu juga tahu sunan yang dikenal di
>  Indonesia  sebagai tokoh penyiar agama Islam di tanah Jawa mempunyai
>  kekuatan ghaib yang sangat tinggi.
>

Setaatan seseorang bukanlah dinilai dari kemampuan yang luar biasa
seperti itu. Imam asy-Syafi'i pernah mengingatkan: "Bila kamu melihat
seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka ukurlah
amalannya dengan sunnah". Kemampuan-kemampuan seperti itu bisa saja
merupakan karamah namun bisa juga perbuatan jin.

>  Saya sendiri punya pengalaman khusus dalam mempelajari hal-hal mengenai ilmu
>  ghaib seperti kekebalan tubuh, agar tidak dapat dilihat orang dll, dan apa
>  yang saya pelajari secara untuh adalah mengamalkan ayat-ayat al'quran dan
>  doa kepada Allah SWT.
>

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam terluka di perang Uhud.
Apakah beliau tidak tahu bahwa ada ayat al-Qur'an atau doa agar kebal?

Kemampuan luar biasa adalah sesuatu yang nyata namun yang menjadi
masalah melalui sebab apa. Allah Ta'ala memberikan karamah bagi
hamba-Nya yang beriman sehingga karamah bukanlah sesuatu yang
dipelajari. Kemampuan luar biasa itu bisa juga merupakan sihir. Para
penyihir Fir'aun pun memiliki kemampuan luar biasa padahal mereka
kafir.

>  Ke-empat
>  Bukankankah nabi dan rasul mempunyai mukjizat. hal ini juga termasuk gaib.
>  Rasullulah Muhammad S.A.W mendapatkan wakyu yang pertama di Gua, dalam
>  rangka apa Rasulullah ke gua tersebut. Jadi kalau ada orang sekarang pergi
>  ke gua selagi meminta kepada Allah harusnya sah-sah saja.
>

Mu'jizat bukanlah sesuatu yang dipelajari. Sedangkan masalah ke gua,
apakah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam ke gua sebelum atau
setelah menjadi nabi? Apakah beliau pernah sengaja ke gua tertentu
setelah menjadi nabi?

Juga perlu diperjelas kalau ada orang beribadah di sebuah gua, kenapa
ia melakukan itu? Apakah ia kebetulan lewat tempat itu dan mencari
tempat bernaung dan shalat maka ia menggunakan gua itu? Ini tidak
masalah. Namun jika dia meyakini bahwa gua itu memiliki barakah
tertentu maka ia harus mendatangkan dalil yang jelas.

Allahu Ta'ala a'lam.

-- 
Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke