Uda Akmal yth.

Dugaan ambo salah satu penyebab dinginnyo tanggapan di Ranah Minang adalah 
randahnyo minat baca dan beli buku generasi muda. Pernah ambo survei ketek2 di 
beberapa kelas di Fekon Unand beberapa th lalu iyo sangenek bana mahasiswa yang 
bali buku. Kalaupun ado yg masih taingek dek ambo mereka manyabuik Harry Potter 
dan Raditya Dika wakatu tu.

Ambo akhir th 2011 menerbitkan buku ttg kewirausahaan di Sumbar. Iyo buku 
sadarhana sajo. Cuma 200 urang Padang yg minat. Itupun via fb nan banyak. Lalu 
ambo kirimkan ka pemimpin2 Sumbar dan mhs2 gratis, ndak tau apokah kai dibaco 
atau indak.

Mungkin mambaco bukan karano kebiasaan. Kalau didekati mungkin masih banyak 
yang tertarik buku sabananyo, antahlah.

Salam
Donard 33perth




 Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org> wrote: 


Tarimo kasih Mak Muchlis Hamid n.a.h.

Acara di Jogja ini merupakan ketiga setelah di Kukusan, Depok (belakang UI) dan 
di jamaah pengajian Masjid Al Hakim BSD City. Insya Allah awal pekan ini di 
(Univ. Muhammadiyah) Purwokerto, dan setelah itu Solo. Semua atas undangan 
mereka, bukan inisiatif ambo atau penerbit. Jadi tampaknya memang ada kerinduan 
umat terhadap sosok Buya Hamka.

Satu hal yang bagi ambo cukup menjadi "pertanyaan" adalah mengapa dari seluruh 
acara ini, termasuk yang berlangsung sebelum Ramadhan, yang bersemangat justru 
masyarakat non-Minang (kecuali di UBH Padang atas inisiatif Uni Rita Desfitri, 
awal April lalu). Begitu juga dengan radio-radio yang sudah mengadakan 
talk-show (hampir 10 radio), seluruhnya radio umum dan dakwah non-Minang. 

Sebetulnya, minimnya respon mayarakat/komunitas Minang seperti ini bukan 
"pengalaman pertama". Ketika novel sejarah "Presiden Prawiranegara" terbit 
(2011) dan menurut Aisyah Prawiranegara, putri Ayah Sjaf, sangat berperan dalam 
menggolkan Mr. Sjafruddin Prawiranegara yang sudah di-blacklist baik Orde Lama 
maupun Orde Baru, sebagai Pahlawan Nasional baru (2011), ambo pun pernah 
menulis di milis ini tentang "respon dingin" masyarakat/organisasi Minang. 
Satu-satunya respon positif yang muncul saat itu adalah dari almarhum Pak 
Darwin Bahar, yang di hari-hari terakhir hidupnya sempat membaca novel PP itu 
dan membayangkan bagaimana bermanfaatnya jika kisah perjuangan Pak Saaf itu 
bisa dimuat bersambung di harian Minang, seperti Singgalang.

Jadi, meski ambo "menyiapkan diri" untuk tidak terkejut seandainya dengan novel 
sejarah tentang Buya Hamka ini pun respon warga Minang (dengan indikator dari 
respon dunsanak Palanta RN) ini tetap "tidak antusias", ambo umumkan juga di 
sini proses kelahiran TCBP. Dan memang dengan jumlah pesanan sekitar 80-an 
novel (kurang dari 10 % anggota milis yang sekitar 1200-an, dan biaya 
pengiriman sudah digratiskan oleh Renny ke mana pun alamat pengiriman di pojok 
bumi ini), jumlah pesanan itu masih di bawah milis alumni sekolah ambo yang 
memesan hampir 3 kali lipat, padahal latar belakang budaya mereka heterogen, 
justru sedikit sekali yang Minang.

Mohon maaf, bukannya ambo kecewa Mak Muchlis, insya Allah indak. Sejak awal 
memutuskan untuk fokus sebagai penulis novel sejarah 3 tahun lalu, dan mundur 
sebagai jurnalis, ambo sudah tahu ini risiko penulis, profesi yang sangat berat 
di negeri ini. Apalagi jika yang ditulis adalah kisah yang membutuhkan banyak 
riset dan makan waktu, seperti TCBP yang bagian pertamanya ini saja butuh waktu 
1,5 tahun.

Selain itu, respon pembaca kita terhadap selera novel pun kadang-kadang sangat 
mudah terpukau glorifikasi. Misalnya, novel-novel best seller belakangan ini 
yang sering merupakan kisah hidup penulisnya sendiri, dengan menggunakan nama 
lain sebagai alter ego, langsung mendapat beragam sanjungan hanya karena sang 
penulis (tokoh dalam novel itu) semua mengambil template "from zero to hero" 
(biasanya dari anak kampung tapi sukses kuliah di luar negeri). Ini template 
dari "novel motivasi" sekarang.

Tanpa mengabaikan pencapaian para penulis yang menjadikan kisah hidup mereka 
sendiri sebagai bahan tulisan, sudahkah perjuangan mereka sebanding dengan Buya 
Hamka, yang sekolah formal hanya sampai kelas 2 SD tapi mendapatkan gelar 
doktor kehormatan dari universitas asing dengan tanda tangan sang presiden 
negara itu (Gamal Abdul Nasser).

Belum lagi perjuangan Buya Hamka yang majalahnya (Panji Masyarakat) dibredel 
oleh Soekarno, sahabatnya sendiri, karena memuat tulisan Bung Hatta yang saat 
itu sudah patah arang dengan BK. Lalu Buya Hamka pun kelak dijebloskan ke dalam 
penjara oleh sahabatnya itu dengan bermacam fitnah yang bahkan membuat ulama 
sekelas Buya Hamka pun terpikir untuk BUNUH DIRI saat menjalani interogasi, 
saking beratnya (ada di "Tasawuf Modern"). Dll pengalaman Buya Hamka yang sudah 
proven, terbukti jauh di atas rata-rata ulama Indonesia sendiri.

Jadi Mak Muchlis, kalau memang kita semua punya komitmen agar kisah Buya Hamka 
ini menjadi pelajaran, pendorong, hikmah, dan inspirasi bagi generasi muda 
Indonesia, khususnya generasi muda Minang khususnya, tugas untuk menyiarkan 
kisah Buya sesungguhnya adalah tugas kita semua.

Ambo sebagai penulis sudah mencoba menuangkan dan merekonstruksi kehidupan 
sosok besar ini sesuai kemampuan ambo yang terbatas. Penerbit (Salamadani 
Grafindo, Bandung) pun sudah mengambil bagian lewat upaya mereka menerbitkan 
hard copy dan versi soft copy (e-book) novel ini melalui kerjasama dengan 
Wayang Force dan QBaca.

Tinggal, apa yang akan dilakukan stakeholder Minang lainnya terhadap kisah Buya 
Hamka ini? Apakah (lagi-lagi) hanya menjadi penonton di pinggiran atau mau 
lebih aktif berkiprah sebagai agen perubahan sosial?

Ketika "Sang Pencerah" (kisah tentang KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah) 
difilmkan oleh sebuah "PH India", di Bali Post muncul berita dengan judul besar 
"Kisah Ulama Islam difilmkan Orang Hindu" (maksudnya Raam Punjabi).

Kini saya melihat sebuah pola deja vu akan terjadi pada Desember 2013 ketika 
film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" dari roman Buya Hamka juga dibuat 
(sedang syuting) oleh "PH India" lainnya. Besar kemungkinan koran seperti Bali 
Post pun akan menurunkan berita dengan pola serupa "Kisah Tokoh Besar Minang 
dan Islam Internasional Dijadikan Film Oleh Orang Hindu."

Strategi kebudayaan etnis Minang kontemporer, menurut saya, sudah tak sensitif 
pada warisan besar sendiri, sehingga kita sudah selayaknya malu jika selalu 
membandingkan kebesaran intelektual Minang masa lampau dan sekarang, karena 
jangan-jangan kita sendiri yang merupakan bagian penting dari rontoknya "spirit 
Minang" yang pernah begitu berjaya di panggung kesusastraan dan kebudayaan masa 
silam. Sudah tak ada lagi semangat, ghirah, untuk menjadi bagian dari perubahan 
sosial itu.

Kalau ada yang berpikir bahwa "ah, novel TCBP itu kan karya Akmal, ngapain saya 
capek-capek ikut mempopulerkan?", maka pertama-pertama yang harus diperhatikan 
adalah bahwa novel TCBP ini memang saya yang tulis, tapi BUKAN TENTANG KISAH 
HIDUP SAYA seperti kecenderungan novel kontemporer para penulis sekarang. Dan 
itu sebuah perbedaan besar.

(Agustus nanti insya Allah ada serombongan penulis Malaysia yang sudah mengajak 
bertemu. Jangan salahkah mereka juga kalau nanti Buya Hamka pun "diklaim" 
sebagai milik mereka, karena respon dingin masyarakat Minang sendiri). 
Wallahua'lam.

Wassalam,

ANB
45, Cibubur






Pada Rabu, 17 Juli 2013, Muchlis Hamid menulis:
Bung Akmal,
Ambo mengucapkan selamat atas gelar bincang di Jogja. Semoga TCBP makin dikenal 
sebagaimana Buya Hamka dikenal dan terkenal sampai ke seluruh Nusantara dan 
negara jiran.
Salam,
Muchlis Hamid

From: Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org>
To: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> 
Sent: Monday, July 15, 2013 4:38 PM
Subject: [R@ntau-Net] (OOT) Membincang Buya Hamka di Jogjakarta


Assalamu'alaikum Bundo, Mamak, Uni, Uda, dunsanak Palanta RN,

Masjid Syuhada, Kota Baru, Jogjakarta akan menggelar bincang Ramadhan 
menyangkut sosok mulia, Allahyarham Prof.  Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah 
(1908-1981), a.k.a. Buya Hamka, bersama ambo dan Abiedah El Khalieqy, pada 
Selasa, 16 Juli, 16.00-17.30, dilanjutkan dengan buka puasa bersama.

Silakan diberitahukan kepada komunitas-komunitas Minang di Jogja dan 
sekitarnya, terutama para pasangan muda yang mempunyai anak remaja, agar kisah 
hidup masa remaja Buya Hamka lebih diketahui dan dijadikan hikmah parenting.

Sampai bertemu besok. Insya Allah.

Wassalam,

ANB
45, Cibubur.

"Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga yang ditulis saudara Akmal Nasery Basral ini 
setara dengan disertasi." - Prof. Dr. H. Aliyah Hamka, putri Buya, dalam 
sambutan di PP Muhammadiyah, Menteng, 7 Juni 2013.

"Saya membaca dengan khusyuk novel ini, beberapa kali terhenti akibat menangis 
terharu, tapi beberapa kali juga tertawa terpingkal-pingkal membaca kisah 
remaja Malik yang sangat saya kenal di dalam hidup saya." - H. Afif Hamka, 
putra Buya Hamka. 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
 
 


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
 
 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
 
  

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke