Iko linknyo jo : http://www.ranahberita.com/news.php?id_news=849/Berita/view%20:Nasionalisme%20Seorang%20Pemuda%20dari%20Timor%20Leste#.Ui10xWQY044
Pada Senin, 09 September 2013 13:36:07 UTC+7, Lies Suryadi menulis: > > Ondeh, rancak bana beritanyo, Andiko. Dari koran ma ko sumbernyo? > > Salam, > Suryadi > > *Dari:* Andiko <andi....@gmail.com <javascript:>> > *Kepada:* rant...@googlegroups.com <javascript:> > *Dikirim:* Senin, 9 September 2013 1:16 > *Judul:* [R@ntau-Net] OOT : Nasionalisme Seorang Pemuda dari Timor Leste > (Sentuhan Urang Minang di Timor Leste) > > Sanak Palanta > > Berita menarik ambo temukan salasai sumbayang subuah ko, seorang anak > timur leste nan dibao dek Brigjen. Purn. Adityawarman, Jendral urang awak > dan akhirnyo kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Pasti banyak kisah-kisah > humanis nan dialami dek urang Minang sajak operasi seroja tahun 75 di > Timor-Timur. Suatu kali ambo pai ka musium tentara di dakek ngarai di > Bukiktinggi, ambo mancaliak sebua bendera kesatuan nan ditulih namo tentara > nan ikuik operasi Seroja. Lain pulo nan dialami dek sipil urang Minang, > antah bana antah indak curito ko. Ukatu operasi seroja di mulai dan tentara > tajun payuang di Dili, pas mendarat, alah inyo tamui urang Piaman manggaleh > sate di pasa Dili ukatu itu. > > Mungkin banyak curito menarik dari mamak, bundo jo sanak palanta yang > menarik. Ambo menunggu di suduik lapau mandanga. > > Salam > > Andiko Sutan Mancayo > > > Nasionalisme Seorang Pemuda dari Timor Leste > Sabtu, 17 Agustus 2013 12:51 WIB > > RANAHBERITA-- Tak ada kepedihan yang mendalam, bagi Hasan Subang Lamanepa > selain berpisah dengan kampung halaman. Saat meninggalkan Timor Leste pada > 1999, hatinya gundah. Batas teritorial negara yang kini berbeda, > mengharuskan ia dan keluarganya menyeberangi tapal batas bekas provinsi > bungsu Negara Kesatuan Republik Indonesia itu. > > Hasan adalah salah satu anak pengungsi Timor Leste yang ikut menyeberang > ke Nusa Tenggara Timur setelah wilayah tersebut resmi terlepas dari > pangkuan Ibu Pertiwi. > > "Kesedihan itu harus kami tahan, karena ada yang lebih besar dari itu: > Merah Putih. Bagi saya itu darah. Merah Putih sampai titik darah terakhir. > Tidak bisa digantikan dengan apa-apa," katanya kepada ranahberita.com, > Sabtu (17/8/2013). > > Hasan kini mahasiswa di Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab, > IAIN Imam Bonjol, Padang. Ia menceritakan kisah panjangnya dari Timor Timur > hingga akhirnya merasa nyaman menetap di Ranah Minang. > > Cerita pemuda yang akrab disapa Acang ini bermula ketika konflik saudara > melanda Timor Timur. Masyarakat terbelah. Sebagian ingin Timor Timur > menjadi negara sendiri, sebagian pro integrasi, termasuk keluarga Acang. > > Saat itu, bagi Acang, melihat mayat berlumur darah itu sudah biasa. > Mendengar suara tembakan bukan hal yang aneh. Hampir tiap hari ada baku > tembak. Bahkan, keluarga pihak ibunya pun banyak yang jadi korban konflik. > > "Pihak keluarga saya berada di pihak pro integrasi. Jadi sering bentrok > dengan pihak yang ingin merdeka. Suara tembakan, mayat bergelimpangan, itu > menjadi pemandangan sehari-hari," kata pemuda kelahiran 1986 tersebut. > > Seingat Acang, puncak konflik itu pada tahun 1999. Ketika itu juga, Acang > harus meninggalkan kampung halamannya di Kabupaten Manatutu bersama > orang-orang yang cinta merah putih. > > Dibawa dengan kendaraan milik TNI, pengungsi diantar ke Kupang, Flores > atau beberapa daerah lain di Nusa Tenggara Timur. Ketika proses > pengungsian, Acang yang berumur 13 tahun terpisah dari orang tuanya. Namun, > kembali bertemu di lokasi pengungsian di Kupang. > > Bulan Juni tahun 2000, kisah melalangbuana Acang dimulai. Untuk > mendapatkan pendidikan yang layak, Acang dan empat temannya dibawa ke > Jakarta oleh seorang tentara. > > Dimaksudkan untuk disekolahkan di pesantren. Namun, setiba di Jakarta, > ternyata Acang dan kawannya dibawa menyeberangi Selat Malaka oleh Brigjen. > Purn. Adityawarman. Ya, mereka tiba di Pulau Sumatera. Perjalanan berlanjut > hingga sampai di Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di Padang Jopang. > > Tepat 27 Juni 2000, Acang mulai sekolah di pesantren setempat. > Kedatangannya yang tidak membawa bekal apa-apa selain pakaian, membuat > mereka tergantung kepada masyarakat dan pengelola pesantren. Tiap ada > masyarakat syukuran, Acang dan murid di pesantren itu diundang. > > Di awal kedatangan, Acang kesulitan memahami bahasa Minang. Tiga bulan > berlalu, kesulitan itu ditepisnya. Dia mulai mengeja bahasa Minang. > > Tahun 2002, Acang pulang ke pengungsian di Kupang dan bertemu keluarga. > Data Pemprov NTT pada 2005 mencatat, total pengungsi dari Timor Leste lebih > 100 ribu orang atau lebih dari 24 ribu kepala keluarga. Sebagian besar dari > pengungsi kini menetap dan dapat bantuan rumah di NTT. Sebagian kecil, > menyebar ke beberapa daerah di Indonesia, termasuk ada yang di Sumatera > Barat seperti Acang. > > Ketika bertemu dengan keluarga pada 2002 itu, Acang sempat mengajarkan > keluarganya ilmu yang telah ia dapat selama di pesantren. Namun, tidak > punya cukup waktu. Acang harus kembali ke pesantren dan keluarganya > melanjutkan belajar Islam kepada guru agama yang ada di lingkungannya. > > Selepas tamat Madrasah Aliyah pada 2006, Acang melanjutkan pendidikan di > IAIN Imam Bonjol, Padang. Tahun 2007, Acang kembali pulang ke Kupang. > Mengetahui dia kuliah, orang tuanya sangat bangga. > > Sejak 2007 hingga sekarang, Acang belum pernah kembali ke Kupang. "Tapi > kami masih tetap berkomunikasi. Nanti suatu saat saya akan kembali melihat > orang tua di NTT," ujarnya. > > Tapi, untuk menetap, Acang merasa nyaman di Sumatera Barat. "Saya belajar > banyak hal di Ranah Minang, negeri asal para pendiri bangsa Indonesia. Saya > ingin menyumbang sesuatu untuk negeri yang saya cintai ini." > > Karena itu, ia bercita-cita untuk tetap menetap dan bekerja di Sumatera > Barat. "Saya juga ingin menyunting gadis Minang," katanya sambil tersenyum. > (Raju/Ed1) > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari > Grup Google. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+berhenti berlan...@googlegroups.com <javascript:>. > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. > > > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.