Sebuah Renungan yang kami copas dari Twitter Chipstory sdr Zaim Saidi.

Bahwa implikasi dari kegiatan semacam Pekan Kondom yang provokatif itu
adalah melegitimasi seks bebas itu sudah jelas. Alasannya sbg pencegah
HIV/AIDS bukan cuma meragukan, bahkan jika bisa, bukan itu caranya.
Perilaku menyimpangnya yang harus dihentikan.  Jadi, jelas ada motif
tertentu, dibalik gerakan yang mendunia ini, yakni kepentingan lestarinya
sistem RIBA.


Berikut penjelasannya.


Untuk terus bisa tumbuh dan berkembang sistem RIBA memerlukan masyarakat
yang sakit jiwanya, gelisah, was-was, dan merasa tidak aman. Untuk itu
semua kemungkinan adanya 'keamanan sosial' alamiah, tidak dikehendaki.


Termasuk institusi2 masyarakat sendiri dan keluarga. Maka, tiap orang harus
dijadikan individu yang teratomisasi, terisolasi secara terpisah-pisah,
tanpa jaring pengaman sosial sama sekali. Sistem ekonomi kapitalis, yang
berbasiskan RIBA ini, selanjutnya menghendaki seseorang sepenuhnya terus
menjadi budak bagi sistem ini.


Dalam sistem RIBA tiap individu diposisikan sbg buruh, konsumen, dan
debitur scr bersamaan. Plus sebagai pembayar pajak. Dengan penghasilan yg
dipas (UMP), inflasi abadi uang kertas, ditakut2i soal kesehatan,
pendidikan, masa depan, dll, tumbuh sakit jiwa itu

Datang bankir2 beri "solusi": KPR, kredit kendaraan, kredit alat2 rumah
tangga, kredit pendidikan, asuransi kesehatan, dsb. Utang berbunga, tentu,
bukan pemcahan, merosokkan lebih dalam lagi sang buruh-konsumen, jadi
debitur - untuk terus diperbudak sistem ini

Institusi keluarga adalah sumber keamanan sosial, maka mengganggu industri
RIBA: bank, aneka kredit, asuransi, jasa panti jompo, dll. Apalagi keluarga
besar, dg lebh dari satu istri, banyak anak, ini musuh sistem RIBA. Maka
poligami dibenci, keluarga dikebiri lewat KB


Poligami tidak cocok, bahkan menghambat, kapitalisme RIBAwi. Maka
propaganda anti poligami akan selalu sejalan dengan program KB. Institusi
keluarga itu sendiri harus dihancurkan, digantikan dg kebebasan memilih –
seks bebas, kumpul kebo atau legalisasi LGBT


Maka, perkawinan sah dilabeliasi ‘nikah siri’, didiskreditkan, bahkan
dikriminalisasi, kebebasan seksual ditolerir, bahkan dilegalisasi.
Pembentukan keluarga besar, dengan anak banyak, menghasilkan safety net
alamiah. Anak2 yg dewasa akan membantu biayai adik-adiknya.


Kelak, ketika kedua orang tua mulai menjadi manula, anak-anaknya juga akan
menjamin hari tua, memelihara, dan merawat mereka. Apalagi bila tradisi
kekerabatan masih kuat, safety net sosial, terbentuk lebih luas, lebih
kuat, keluar dari keluarga, sampai sedesa. Secara ekonomis keluarga besar
akan dapat saling menopang, memenuhi kebutuhan, bahu-membahu dan secara
estafet, menjalani hidup nyaman


Apalagi kalau keuarga itu lebih besar lagi, sdh disinggung di atas, dg
lebih dari satu istri. Kaum perempuan lebih bisa aktualisasi diri.
 Perempuan yg berbagi suami, dg jaminan hidup dari suaminya, akan bisa
banyak berperan dalm kehidupan sosial - kesehatan, pendidikan, dll

Maka, aneka rupa produk RIBA di atas, tidak dibutuhkan masyarakat. Senjata
membuat individu gelisah, was2, dan sakit jiwa, bisa diatasi. Masyarakat
secara umum akan sangat diuntungkan oleh peran sosial kaum perempuan yg
bebas-merdeka dan terlindungi ini.


Keluarga pun sehat. Kebebasan seksual itu sendiri memang diberikan sebagai
kompensasi primitif atas dirampasnya hak-hak dasar masyarakat oleh sistem
RIBA. Beberapa hak dasar yang dirampas ini, yg memungkinkan RIBA
merajalela: hak memilih alat tukar, memiliki harta, dan bebas dr dipajaki


Hak atas properti, adalah hak atas kehidupan itu sendiri, ketika dirampas,
hak apalagi yang tersisa? Para bankir merumuskan satu hak kompensatif: hak
atas tubuh-mu sendiri! Tubuhmu adalah satu-satunya milikmu, perlakukanlah
secara bebas.


Tidak ada satupun orang lain berhak memperlakukan tubuh-mu, kecuali dirimu,
inilah hak kebebasan berekspresi. Harus dilidungi. Seks secara bebas adalah
hak tubuhmu, kebebasan berekspresi, dalam bentuk apa pun: lain jenis,
sesama jenis, bahkan lain spesies.

Kebebasan seksual adalah milikmu, pengganti kebebasan memiliki properti,
memilih alat tukar, bebas dari dipajaki, dari rente dan bunga. Teruslah
jadi BUDAK industri RIBA, dan nikmatilah kehidupan "bebas" mu.


Rasul SAW menyatakan dosa RIBA lebih dari 36x berzina. Sistem RIBA lebih
buruk dan keji dari kebebasan seksual, karena mejadi pondasinya. Maka,
menjauhi zina, mencegah kebebasan seks adalah harus dan penting. tapi lebih
penting dan mendasar adalah memerangi akarnya: RIBA.


Marilah bahu-membahu, berjamaah, menegakkan muamalah yang halal.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke