Pak Maturidi,

Sanak ambo DAN tu urang lamo di lapau mah, dek karano lah lamo pulo indak
mancogok dilapau dikiro urang baru.
Kan iyo baitu pak Dasriel???

CDRSampono/Guci/Tabiang/65-snek/Tangsel



2014/1/24 Maturidi Donsan <maturid...@gmail.com>

> Salam kenal sanak Dasriel Noeha ( DAN) , maaf ya,  bisa diberi kami  data
> sanak DAN mengenai  umur, kampung kelahiran dan domisili sekarang,. Ini
> semata untuk memudahkan kita berkomunikasi saja.
>
>
> Wass,
> Maturidi (L/75) Talang, Solok, Kutianyia Duri Riau
>
>
>
>
>
>
> Pada 24 Januari 2014 07.59, Dasriel Noeha <dasrielno...@yahoo.com>menulis:
>
>  Jeje,
>> gimana cerita mengumpulkan dana beasiswa? Kelihatannya terputusa yaaa?
>>
>> wassalam,
>> DAN
>>
>>
>>   Pada Kamis, 23 Januari 2014 22:10, Maturidi Donsan <
>> maturid...@gmail.com> menulis:
>>   Nakan Aryandi Ilyas dan sanak dipalanta n.a.h
>>
>> Kita salut kepada generasi muda seperti Desi Priharyana (17), mungkin
>> yang terpendam banyak lagi.
>>
>> Yang mmenjadi kendala pendidikan sekarang ini diantaranya ialah:
>> 1.    Letak tempat pendidikan yang jauh dari asal anak didik
>>   Menyebabkan adanya biaya kos, transportasi
>> 2.    Biaya yang dibebebankan institusi pendidikan sendiri
>> 3.    Buku-buku tambahan yang harus dibeli peserta didik yang tiap tahun
>> berubah.
>> 4.    Perubahan kurikulum
>> Keadaan ini melanda anak didik dari PAUD-TK sampai keperguruan tinggi.
>>
>> Diantaranya kesemuanya ini menyebabkan biaya tinggi pendidikan. Akibatnya
>> yang bisa keatas anak PNS sama aparat dan yang terima gaji dengan Sk
>> pemerintah dan buruh menengah keatas serta anak orang berpunya (pedagang
>> dan orang kaya), anak-anak yang tak mampu tetap berada dilapisan bawah,
>>
>> Keadaan ini tak akan berubah  berapapun biaya dikucurkan untuk biaya
>> pendidikan,  kalau sistim ini tidak dirobah.
>>
>> Merobah sistim ini ialah mungkin  dengan menghadirkan ruang pendidikan
>> itu di Desa. Kalau untuk di Sumbar di Jorong maksimal di nagari dengan
>> memanfaat kan surau dan mesjid.
>>
>> Pemerintah hanya membantu menyediakan tempat prakltek dan tenaga pengajar.
>>
>> Tenaga pengajar sekarang sudah banyak tersedia, mereka yang mencari kerja
>> ditiap daerah bisa tersalur kesana.
>>
>> Tentu saja harus meninjau ulang mata pelajaran dan mengurangi buku-buku
>> yang mungkin kurang bermanfaat.
>>
>> Pendidikan harus dititik beratkan kepada keterampilan tidak hanya sekedar
>> memperkenalkan pengetahuan kepada mereka seperti yang banyak berlangsung
>> sekarang ini kepada anak didik mulai dari PAUD-TK sampai ke perguruan
>> tinggi, sehingga banyak menghasilkan anak didik  yang tidak siap pakai.
>>
>> Pendidikan di jorong/nagari ini, untuk Sumbar banyak manfaatnya.
>> Bila anak didik sudah di Jorong, mereka bisa dekat dengan orang tua ,
>> dekat juga dengan ABS SBK nya. Biaya kos-kosan, transportasi mungkin bisa
>> hilang. Semua anak negeri yang mau ikut bisa tertampung.
>>
>> Banyak lagi generasi muda desa yang punya kemampuan tinggi hanya mungkin
>> terkendala letak sekolah dan mahalnya biaya sekolah.
>>
>> Sekarang ini selain SD, sekolah lanjutan SLTP/ SLTA (SMK/SMKN) apalagi
>> untuk  strata  S1 dan selanjutnya semuanya jauh dari nagari atau desa,
>>
>> Semuanya akan berbiaya tinggi, baik transportasi bagi yang bisa pp dan
>> biaya kos-kosan bagi yang lain ditambah lagi permintaan dan   sumbangan
>> ini itu dari sekolah semua menjadi gangguan bagi anak yang kurang mampu
>> untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi masa depan mereka
>> sekaligus untuk bangsa dan Negara.
>>
>> Selain itu unuk tingkat SLTA mungkin juga  perguruan tinggi, masih
>> terdapatnya perbedaan pemikiran para intelektual kita dalam menyusun mata
>> pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik.
>>
>> Ada yang ingin agar produksi SLTA itu bisa siap pakai karena tenaga ini
>> diperlukan sebagai pelaksana , untuk itu mata pelajaran harus dibatasi.
>>
>> Yang lain berpendapat SLTA kecuali SMKN, memang tidak dipersiapkan untuk
>> kerja tapi untuk melanjutkan ke PT/UN. (Dialog kubu Fuad Hasan Mendikbud
>>  vs kubu BJ Habibi Menristek di TV).
>> Kubu ini masih berlanngsung sampai sekarang.
>>
>> Ada lagi pendapat pak Sudomo sebagai mantan  Menaker, beliau berpikir
>> praktis saja (secara tempur  barangkali), pada saat tak ada penampungan
>> untuk sekolah kejuruan, stop saja sekolahnya (STM/ SGA dan sebangsanya stop
>> saja, bagaimana kelanjutannya tak tahu).
>>
>> Agar pendidikan itu merata keseluruh pelosok, baiknya kita pikirkan dari
>> sekarang, rakyat bersama pemerintah harus jemput bola, hantarkan SLTA/SMKN
>> danUN itu ke desa/jorong/nagari.
>> Jadikan surau dan mesjid untuk  tempat pendidikan.
>> Semua rakyat desa/jorong/nagari, setidaknya pernah mengenal /  bisa ikut
>> pendidikan sampai kestrata S1.
>>
>> Anak didik jangan lagi diarahkan untuk mencari kerja tapi untuk bisa
>> berwiraswata. Dengan perbekalan ilmu yang didapat mereka akan bisa terampil
>> menghadapi masa depan dengan lahan pertanian dan tidak perlu bergerak jauh
>> dari Desa/jorong/ nagari mereka.
>>
>> Sekedar wacana.
>>
>> Wass,
>> Maturdi (L/75) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau
>>
>>
>> Pada 23 Januari 2014 14.31, Aryandi Ilyas <aryandi...@gmail.com> menulis:
>>
>> Bapak/Ibu, sahabat semuanya...
>>
>>
>> Subhanallah, ternyata masih banyak "mutiara2" yang bertebaran di
>> Nusantara ini, yang perlu diasah dalam bentuk kepedulian bersama....
>> Sama halnya dengan coach Indra Syafri yang menemukan para mutiara
>> dalam team sepakbola U-19, yang saat ini dipersiapkan tuk PIALA ASIA
>> 2014.
>>
>> Insya ALLAH kalo korupsi bisa diminimalisir secara sistematis,
>> kebangkitan Indonesia semakin cepat. Kita butuh juga "Indra Syafri"
>> dalam bidang pendidikan ini. Smoga banyak instansi/perusahaan ataupun
>> pribadi2 yang mau menjadi ortu angkat dalam mencapai cita cita
>> mereka..
>>
>> Laskar pelangi, bangkit lah..............
>>
>>
>>
>> ====
>>
>> Demi Biaya Sekolah, Desi Berjualan Slondok hingga Jadi Kuli Bangunan
>>
>> YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Desi Priharyana (17), siswa kelas 1 SMKN 2
>> Jetis, terbilang pekerja keras. Di tengah keterbatasan ekonomi
>> keluarga, dia ikut bekerja demi membantu biaya sekolah dan kehidupan
>> keluarga. Desi melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal, mulai
>> berjualan slondok hingga menjadi buruh bangunan.
>>
>> Rabu (22/1/2014) pagi, warga Dusun Taino, Desa Pendowoharjo, Kecamatan
>> Sleman, ini berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda dengan krombong
>> hijau di jok belakang. Krombong itu berisi bungkusan-bungkusan
>> slondok. Derasnya air hujan pagi itu tidak pernah menyurutkan niat
>> pelajar kelas 1 SMKN 2 Jetis jurusan Teknik Konstruksi Batu dan Beton
>> ini untuk terus mengayuh sepedanya sejauh 12 kilometer menuju
>> sekolahnya di SMKN 2 Jetis, Kota Yogyakarta.
>>
>> Desi harus berjualan slondok di sepanjang jalan yang dilewatinya
>> ketika berangkat dan pulang sekolah. Tak pernah sekalipun mulutnya
>> mengucapkan kata mengeluh atau malu demi memenuhi biaya sekolah dan
>> kebutuhan hidup keluarganya.
>>
>> "Kenapa harus malu, toh apa yang saya lakukan ini tidak melanggar
>> hukum," terang Desi saat ditemui di sekolahnya, SMKN 2 Jetis, Kota
>> Yogyakarta, Rabu (22/1/2014) siang.
>>
>> Desi mengaku sudah berjualan slondok sejak di bangku kelas 3 SMP.
>> Sebelumnya, ia pernah beternak bebek, berjualan telor, tahu, dan
>> tempe. Bahkan, dia juga pernah menjadi buruh bangunan.
>>
>> "Asal halal dan tidak merugikan orang lain, pekerjaan apa pun saya
>> lakukan untuk bertahan hidup dan biayai sekolah," ucapnya.
>>
>> Desi tidak bisa bertahan lama menjadi peternak bebek dan buruh
>> bangunan karena terbentur dengan jadwal sekolah. Akhirnya, dia
>> memutuskan untuk menekuni bisnis makanan slondok. Selain modalnya
>> kecil, dia juga memiliki saudara yang siap memasok slondok.
>>
>> "Modalnya dari ternak bebek. Awal beli slondok dengan uang 50.000.
>> Sekarang modal saya sudah lumayan, ya sekitar 1 jutaan," katanya.
>>
>> Setiap hari Desi bisa membawa sekitar 25 bungkus slondok di dalam
>> krombong-nya. Per hari rata-rata Desi mampu menjual 10-25 bungkus
>> slondok. Untuk satu bungkus slondok dijual Rp 7.000.
>>
>> "Pembelinya ya orang-orang yang ada di pinggir jalan. Selain itu,
>> guru-guru serta teman-teman sekolah. Satu bulan keuntungan bersih dari
>> jualan slondok bisa sekitar Rp 200.000," kata Desi.
>>
>> Uang hasil penjualan slondok tersebut, menurutnya, digunakan untuk
>> biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah ia dan adik perempuannya.
>> Sisanya ditabung untuk biaya rencana kuliah.
>>
>> "Setiap hari, adik selalu saya kasih uang saku Rp 10.000. Ya, untuk
>> uang transpor dan sekadar jajan," katanya.
>>
>> Sejak ibunya meninggal pada tahun 2000, kini Desi hidup bersama ayah
>> dan seorang adiknya, Rini Dwi Lestari (15). Dulu, kata Desi, kehidupan
>> keluarga bergantung kepada ayahnya yang bekerja sebagai buruh
>> bangunan. Namun, setelah ibunya meninggal dan tawaran kerja untuk
>> ayahnya berkurang, mau tidak mau sebagai anak pertama Desi harus ikut
>> membantu perekonomian keluarga.
>>
>> "Selama hidup, saya tidak pernah meminta apa pun kepada orangtua,
>> kecuali doa restu mereka," katanya.
>>
>> http://regional.kompas.com/read/2014/01/22/1641414/Demi.Biaya.Sekolah.Desi.Berjualan.Slondok.hingga.Jadi.Kuli.Bangunan
>>
>> ====================
>>
>> Meski Berjualan Slondok, Desi Tak Pernah Telat ke Sekolah
>>
>> YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Meski harus menjual "slondok" berkeliling dan
>> menjaga toko sembako setiap malam, tak pernah sekalipun Desi
>> Priharyana (17) terlambat masuk sekolah. Bahkan setiap harinya Desi
>> sampai ke sekolah lebih pagi dibandingkan siswa-siswa lain yang
>> mengendarai sepeda motor.
>>
>> Hal itu diungkapkan Dasiman, satpam SMKN 2 Jetis. Menurut Dasiman,
>> meski mengendarai sepeda dari rumah menuju sekolah ditambah harus
>> berjualan di sepanjang jalan, sejak masa orientasi siswa (MOS) sampai
>> saat ini, Desi tidak pernah terlambat masuk sekolah.
>>
>> "Setiap jam 7 tepat, gerbang sekolah pasti langsung digembok. Tapi
>> meski naik sepeda dan jarak rumahnya jauh, dia (Desi) tidak pernah
>> terlambat," katanya.
>>
>> Dasiman menceritakan, sejak awal mendaftar masuk ke SMKN 2 Jetis, Desi
>> sudah terlihat berbeda dengan siswa-siswa baru lainnya. Niat untuk
>> bisa diterima di SMKN 2 Jetis sungguh besar, bahkan dalam sehari, Desi
>> harus bolak-balik naik sepeda dari sekolah ke warnet untuk mengisi
>> pendaftaran online sebab ada kesalahan pengisian yang harus segera
>> diperbaiki.
>>
>> "Beberapa kali dia (Desi) bolak-balik naik sepeda karena salah mengisi
>> pendaftaran, mungkin belum paham soal online. Sifatnya juga baik,
>> setelah paham, langsung membantu siswa baru lainnya yang tidak paham,
>> ya diantar sampai warnet, padahal belum kenal," katanya.
>>
>> Baru masuk SMK sudah berjualan
>>
>> Rekan Dasiman, Wahyudi, yang juga satpam SMKN 2 Jetis, menambahkan,
>> saat menjalani MOS, Desi sudah pergi ke sekolah mengendarai sepeda
>> lengkap dengan krombong berisi slondok. Bahkan Desi sempat menjual
>> keresek berwarna kepada teman-temanya yang saat itu menjadi salah satu
>> barang yang harus dibawa oleh setiap siswa baru.
>>
>> "Memang beda, semangatnya luar biasa untuk membantu keluarga. Dia itu
>> selalu tersenyum dan tidak pernah mengeluh," ucapnya.
>>
>> Wahyudi mengungkapkan, di sekolah Desi menjual makanan slondok ke
>> teman-teman dan guru-guru. Bahkan Desi sempat menaruh slondoknya di
>> ruang guru lengkap dengan stoples uang. Jadi siapa yang mengambil,
>> langsung memasukkan uangnya ke stoples. Namun, karena ada kebijakan
>> tidak boleh berjualan di ruang guru, akhirnya Desi berjualan di depan
>> sekolah.
>>
>> "Saya sebenarnya tidak enak menegur Desi, tapi itu peraturannya. Sebab
>> saat pedagang jajanan boleh masuk ruang guru, banyak barang yang
>> hilang," paparnya.
>>
>> Menurutnya, sampai saat ini slondok yang dijual Desi banyak diminati
>> oleh siswa, karyawan, maupun guru-guru. Bahkan kalau Desi tidak
>> berjualan, ada beberapa guru dan karyawan yang menanyakan.
>>
>> http://regional.kompas.com/read/2014/01/22/2321054/Meski.Berjualan.Slondok.Desi.Tak.Pernah.Telat.ke.Sekolah
>>
>> --
>> Wassalammu'alaikum wr. wb
>> Aryandi, 40th+, ciledug, tangerang
>> *Tingkatkan Integritas Diri, Jalin Silahturrahim, Mari Bersinergi, Ayo
>> Jemput Rezeki, Bantu Anak Negeri**  *
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>>   1. Email besar dari 200KB;
>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>   3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Grup Google.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>>
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Grup Google.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>>
>>
>>    --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Grup Google.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke