Minggu, 06 April 2008 00:42 WIB         
Sejarah Sultan Alam Bagagar Shah Dalam Kemelut Perang Paderi     
<http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=15358> PDF  
        
<http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&task=view&id=15358&pop=1&page=0&Itemid=55>
 Cetak        
<http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=15358&itemid=55>
 E-mail      

WASPADA Online

Oleh Tuanku Luckman Sinar Basarshah-II
Sultan Serdang

TERBAKARNYA Pos Belanda di Padang dan Pariaman telah menimbulkan malu yang 
sangat besar bagi Belanda. Kebakaran itu dilakukan 2 bersaudara dari Suruasso 
pada tahun 1714. Setelah itu, keduanya menghilang. Mereka mengaku waris dari 
tahta Kerajaan Pagarruyung, yang waktu itu tahtanya dipegang oleh Raja Muning 
Shah alias Tuanku Nan Tuah, yang berhasil menyelamatkan diri dari uberan kaum 
Paderi. Raja Muning Shah ini mempersunting Tuan Gadis, tetapi kemudian bercerai 
dan Tuan Gadis kembali ke Suruasso.

Sir Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris di Bengkulu, pernah meminta 
bantuan kepada 2 bersaudara bengsawan Suruasso ini untuk mendampinginya melawat 
ke pedalaman Minangkabau. Ketika Belanda berkuasa, kedua bangsawan Suruasso ini 
beserta Sultan Alam Bagagar Shah disertai banyak pemukapemuka adat Minangkabau 
lainnya, dikumpulkan Belanda dengan dalih untuk "melindungi mereka dari ancaman 
Paderi". Waktu itu Belanda sudah mendeking mereka dengan 100 orang serdadu 
ditambah 2 buah meriam besar.

Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika dipaksa dengan ancaman harus 
menandatangani Pernyataan untuk melepaskan semua tanah Minangkabau buat 
diserahkan kepada Hindia Belanda. Itu terjadi pada 10-2-1821, ketika itu Raja 
Muning Shah masih bersembunyi di Lubuk Jambi.  Maka dianggap Sultan Alam 
Bagagar Shah yang menggantikannya.("Al die hoofden eene overeenkomst was 
getekend geworden, waarbij een afstand van alle Minangkabausche landen aan het 
Gouvernement werd bekend gestend"). Mereka yang menandatangani di bawah ancaman 
Belanda itu ialah:

- Daulat Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarshah van Pagarruyung;
- Yang Dipertuan Sutan Kerajaan Alam van Suruasso;
- Yang Dipertuan Raja Tangsir Alam van Suruasso;
- Datuk Basuko en Datuk Mudo (voor zich en de overige 12 penghulu = untuk diri 
sendiri dan atas nama 12 Penghulu) van Batipuh;
- Datuk Raja Muda en Datuk Palindih (voor zich en de overige 6 penghulu van 
Singkarak);
- Datuk Raja Muda en Datuk Raja Bagagar (voor zich en de overige 8 penghulu van 
Saningbakar);
- Datuk Raja Nan Sati (voor zich en de overige 5 penghulu van Bunga Tanjung);
- Datuk Gadang Maharajalela (voor zich en de overige 5 penghulu van Pitalah);
- Datuk Sati (voor zich en de overige 4 penghulu van Tg. Berulak);
- Datuk Raja Bukuet (voor  zich en de overige  4 penghulu van Gunung Raja);
- Datuk Penghulu Besar (voor zich en de overige 4 penghulu van Batu Sangkar);
- Datuk Maharaja Lela (voor zich en de overige 6 penghulu van Sumpur); 
- Datuk Seripada (voor zich en de overige 6 penghulu van Melala); 
- Datuk Nakoda Intan en Datuk Paduka (voor zich en de overige 6 penghulu van 
Semawang);

"Deze Toewankoe Alam Bagagarshah was zusterkind en dus, volgens de 
landinstellingen, de wettige opvolger van bovengenoemden Raja Muningshah. Hij 
is later Regent van Tanah Datar geweest".1.(Tuanku Alam Bagagarshah ini adalah 
putera dari saudara perempuan jadi menurut adat istiadat negeri ini, merupakan 
pengganti yang syah dari Raja Muningsyah tersebut. Ia kemudian menjadi Regent 
Tanah Datar).

Pada 1824 Tuanku Nan Tuah alias Raja Muning Shah kembali ke Pagarruyung dari 
tempat persembunyiannya di Lubuk Jambi. Ternyata ia masih populer dan disambut 
rakyat dengan meriah di sana. Ia kemudian tinggal dengan tenang dan aman, 
karena tempat itu dijaga oleh pasukan Belanda yang membuat benteng disana sejak 
tangal 1 Januari 1823.

Pada 1826 Raja Muning Shah mangkat di Pagarruyung. Belanda mau melenyapkan 
bekas imperium tua Kerajaan Pagarruyung dan lalu memecah konsentrasi kekuasaan 
di Minangkabau itu. (De oude Vorst van Minangkabau, Raja Muningsyah of Tuanku 
Nan Tuah, kwam ook in het jaar 1826 te overlijden. Zijn Neef, Sultan Alam 
Bagagarsyah, was als Regent van Tanah Datar opgetreden en Tuanku Samat, een 
zoon van een der instellers der Padrische sekte, als Regent van Agam". (Raja 
tua dari Minangkabau, Raja Muningsyah atau Tuanku Nan Tuah, mangkat pada tahun 
1826. Keponakannya, Sultan Alam Bagagarsyah, diangkat sebagai Regent Tanah 
Datar dan Tuanku Samat, putera dari salah seorang pendiri Padri, diangkat 
sebagai Regent Agam).2

Rakyat tidak senang dengan politik pecah belah kekuasaan yang dilakukan 
Belanda, karena  politik licik Belanda agar dengan melalui para Regent (dan 
bawahannya para Kepala Laras dan Nagari serta Penghulu kampung dan Dusun) lebih 
mudah mengutip belasting dan  mengatur agar perdagangan rakyat tidak bebas 
lagi. Tidak mustahil jika banyak daerah seperti Sumpur, Batipuh, Sungai Bakau 
dan lain-lain berusaha sepandai mungkin menghindar dari tekanan Belanda.

("..........de Resident en militaire Commandant gezamenlijk gemachtigd, onder 
nadere goedkeuring pachten of belasting in te voeren")3. Oleh karena itu kaum 
Paderi berusaha akan membunuh Regent Tanah Datar, karena mereka mencurigai 
politik Belanda dibelakang layar, nanti akan melebarkan kekuasaan dia sampai ke 
pedalaman.  ("Men wil ook, dat die Tuanku (Pasaman van Lintau). maar wel de 
Regent van Tanah Datar, Sultan Alam Bagagarsyah, hem om het leven heft doen 
brengen, voon namelijk uit ijverzucht als bevreesd dat het Gouvernement hem 
eens het gezag over de binnen landen zou opdragen".4  Mereka sebenarnya 
menghendaki ia digantikan oleh seorang Arab bernama Sayed Salimul Jafried, yang 
ahli hukum Islam tetapi juga pernah jadi orang kepercayaan Kolonel Stuers dulu. 
Dia ini pandai masuk kesana kemari. 5

Pada akhir tahun 1832, kaum Paderi pimpinan Tuanku Tambusai dibantu Panglimanya 
Tuanku Rao, telah hampir menguasai seluruh Tapanuli Selatan khususnya Padang 
Lawas, yang membuat Belanda serba salah karena takut melanggar perjanjian 
London 1824 dengan Inggris. Kesempatan ini dipergunakan oleh Sentot Ali Basa, 
yang menurut Belanda berusaha, mengikat kembali rantai perlawanan menentang 
Belanda di Tanah Minangkabau bersama wilayah Tapanuli Selatan. Menurut laporan 
Belanda, Sentot Ali Basa, ini sengaja mau menimbulkan kekacauan kembali, dengan 
maksud agar dia nanti bisa meredakannya sendiri, dengan harapan agar Belanda 
mengangkat dia jadi raja (Panembahan) disesuatu daerah di Sumatera.

Untuk itu ia bersedia bekerja sama dengan Regent Tanah Datar Sultan Alam 
Bagagar Shah dan dengan Tuanku Nan Cerdik. "Terzelfde tijd werd het den 
Resident en Militiairen Komandant ook duidelijk dat de ontwerpen tot dien 
opstand geheel bekend waren geweest aan de Ali Basa, aan den Regent van Tanah 
Datar, Tuanku Pagarruyung en aan Tuanku Nan Tjerdik". (Bersamaan waktu itu, 
makin jelaslah bahwa rencana pemberontakan itu seluruhnya diketahui oleh Ali 
Basa, kepada Regent Tanah Datar, Tuanku Pagarruyung dan kepada Tuanku Nan 
Cerdik) 6.

Sultan Alam Bagagarsyah secara sembunyi telah menyalakan api perlawanan 
terhadap Belanda khususnya didaerah Agam dengan 6 distrik, terutama Kamang, 
Mage, Kota Baru dan Sage masuk kampung keluar kampung dan diketahui penduduk 
sudah membuat benteng dan hempangan (barikade) dipersimpangan jalan besar pada 
awal 1833. ("Jang Dipertoean van Pagarruyung immer voortging met de vonken in 
het geheim aan te blazen, ten dade ook in die oorden den opstand te doen 
breken")7. Sesuai dengan Peraturan (Reglement) Residen Sumatera Barat tgl. 27 
Okt. 1823 No. 58, pembahagian Pemerintahan di Sumatera Barat sebagai berikut:

A.   Padang Wilayah
1. Regent Padang, 2. Regent Pariaman, 3. Regent Pulau Cinko, 4. Regent Air Haji;

B.   Minangkabau (Afdeeling ini dibagi sebagai berikut ) :
1. Regent Tanah Datar, 2. Regent Tanah Datar Di bawah, 3. Regent Agam dan 5 
Regen Limapuluh Koto;

Di bawah Regentschap ini ada Latas (distrik) dan di bawahnya lagi ada Kampung 
dan Dusun. Di Tapanuli dan Nias yang masa itu tunduk ke Sumatera Barat ada 
pembahagian lain. Pada mula system Regent ini diadakan, Sultan Alam Bagagar 
Shah menjabat sebagai Regent seluruh Minangkabau, kemudian turun hanya Tanah 
Datar saja. Kemudian dikeluarkan lagi wilayah Tanah Datar  Bawah dari 
kekuasaannya.

Menurut Belanda, Sultan Bagagarsyah bercita-cita untuk mengusir Belanda sampai 
ke laut sehingga mudahlah baginya untuk mendirikan kembali Imperium Tua 
Minangkabau Pagarruyung bahkan akan meluaskannya. ( "Hij verbeelde zich dan 
indien wij genoodzaakt waren naar de stranden terug te trekken, het hem 
gemakkelijk zou vallen het oude Minangkabausche Rijk weder op te rigten en 
zelfs uit te breiden").8 

Belanda kemudian menyelenggarakan suatu pertemuan besar di Biru, dimana hadir 
Sentot Ali Basa, Tuanku Sultan Bagagarsyah, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku Alam. 
Disitu dibacakan oleh Residen Elout antara lain sebuah Surat Pengangkatan dari 
Yang Dipertuan Pagarruyung Sultan Bagagarsyah yang turut juga ditandatangani 
oleh Tuanku Imam Bonjol, yang menunjuk Tuanku Alam dari Kaman untuk beroperasi 
di daerah sebagian dari XII Koto (di pedalaman) dan di daerah 4 Raja di 
Kumpulan buat berontak mengusir Belanda dari tanah Minangkabau. 

("...... een door zekeren in Kaman wonende Toeankoe Alam, ontworpen, door den 
Jang Dipertoean van Pagarruyung en den Tuanku Imam Bondjol ondertekend stuk").9 
Tuanku Alam langsung ditangkap dan keesokan harinya di hukum pancung oleh 
Belanda. Begitu juga Tuanku Nan Cerdik ditangkap dan kemudian dibuang ke Betawi 
tgl.16-3-1833. Komandan Militer Belanda mendesak agar Sentot Ali Basa segera 
disingkirkan. Kepada Sentot Ali Basa Residen secara diplomatis meminta agar 
Sentot berangkat ke Betawi guna melaporkan situasi keamanan disana. Ternyata ia 
tidak dibenarkan kembali ke Sumatera bahkan kemudian dibuang ke Bengkulu. 
Tentera Jawa Barisannya tetap di Sumatera dan menjadi bahagian dari tentera 
Belanda.

Dibuang 
Mengenai Sultan Alam Bagagar Shah, banyak kalangan Belanda minta agar dia 
segera disingkirkan, tetapi Residen berpikir menunggu kesempatan yang lebih 
baik nanti karena Residen menganggap dia lemah pengaruhnya kepada rakyat. 10 
("Men vatte de gedachte op, om de Yang Dipertuan Pagarruyung te verwijderen, 
doch ditwerd tot gelegener uur uitgesteld"). 

Tetapi setelah saat terakhir ditemukan bukti bahwa Regent Tanah Datar 
menancapkan pengaruhnya masuk kampung keluar kampung, terutama disekitar bulan 
April 1833, dan setelah diketahui Belanda bahwa Tuanku Sultan Alam Bagagar Shah 
menulis surat dan minta bantuan Inggris mengirim pasukan sebagai bantuan dari 
Singapura kepadanya, maka Residen Elout tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan 
harus segera menangkap Regent Tanah Datar itu. 

"..............dat de Regent van Pagarruyung reeds vele maanden vroeger brieven 
had geschreven aan de Engelschen (waarschinjlijkvan Singapore) om hunne hulp in 
te roepen tegen ons" (........... bahwa Regent Pagarruyung sudah sejak 
berbulan-bulan yang lalu menulis surat kepada Inggris (mungkin ke Singapura) 
agar mereka memberikan pertolongan melawan kita).11 Ketika akan pulang 
meninggalkan rapat di Biru itu Residen Elout dengan marahnya mengecam tindak 
tanduk Sultan Bagagarshah. Lalu serta merta disuruhnya pasukan menangkap Sultan 
Alam Bagagarsyah dan di bawa ke Padang (2 Mei 1833). Ketika perlawanan rakyat 
makin menjadi-jadi kemudian ia nanti dibawa ke Jawa (Betawi) untuk dibuang 
disana.

Dalam suratnya kepada Gubernur Jendral, Elout menulis: "Ik ben nu volkomen 
overtuigd dat de Regent Tanah Datar met den Ali Basa en Toewankoe nan Tjerdik 
sedert lang in het complot waren tegen het Gouvernement". Kemudian didalam, 
suratnya tgl. 6 Desember 1833 Elout melaporkan lagi kepada Van den Bosch : 
"......... Untuk lebih perlu memberikan bukti kepada Yang Mulia mengulang 
kembali pengkhianatan seperti saya laporkan dahulu disertai bukti-bukti 
tertulis mengenai Yang Dipertuan Pagarruyung, mengingatkan kita bahwa dia sejak 
zaman Pemerintahan Kolonel dan Residen De Struers, selalu mencoba menentang 
kita, terbukti dalam surat jawaban kepadanya oleh Toeanku Kapoh, yang saya 
perlihatkan dulu kepada Yang Mulia ditempat ini (di Padang) dan juga balasan 
dari surat-menyurat dari Tuanku Alam yang kegiatan hebatnya di mana-mana sudah 
diketahui dan dalam surat menyurat yang sudah disampaikan kepada Yang Mulia. 
Kedua mereka ini sudah dikenal aktivitasnya satu persatu; dan sebaliknya begitu 
baiknya tindak tanduknya dibela di Betawi oleh Yang Dipertuan Pagarruyung". 12

Ternyata 2 hari sesudah penangkapannya, seharusnya Sultan Alam Bagagar Shah 
akan mengepalai sebuah rapat besar di Sumpur, di mana akan ditentukan jam dan 
hari proklamasi serentak pemberontakan terhadap Belanda diseluruh alam 
Minangkabau. Memang berita penangkapan dan pembuangan Sultan Alam Bagagarsyah 
menimbulkan aksi luas yang luarbiasa diseluruh Minangkabau. Di bawah pimpinan 
Regent Buah, yang juga kerabat dari Sultan Bagagar Shah dia, memerintahkan 
kepada beberapa orang Dubalang, menyerang Letnan Hendriks, pada malam 12 Mei 
1833, tetapi dalam keadaan sekarat Hendriks dapat selamat lari ke benteng. 
Kemudian benteng Belanda di Gugung Sigandang dikepung gerilyawan rakyat, di 
mana komandan benteng, Letnan Tomsos, dapat ditewaskan bersama pasukannya dan 
benteng dibakar. Di Ambacang, benteng Fort de Kock dan benteng Belanda di 
Kuriri di kepung dan diserang gerilyawan rakyat. Belanda menunjukkan 
kekejamannya dengan memenggal 15 orang pejuang rakyat yang dapat tertangkap.13

Kejadian baru di Sumatera Barat itu membangkitkan ketakutan Belanda akan 
kemungkinan berulangnya lagi perang besar "Bonjol II".Sehingga dengan 
terburu-buru didatangkanlah dari Betawi bantuan pasukan sebesar 1100 serdadu 
bersama dengan Mayor Jenderal Riesz didampingi Komisaris Hindia Belanda, Van 
den Bosch. Sultan Alam Bagagar Shah dibuang di Betawi dan mangkat di sana 1849. 
Selama masa pembuangan di Betawi kegiatannya terus dipantau oleh intel Belanda. 
Tetapi bagaimanapun sampai akhir hayatnya ia tidak pernah berkhianat dalam 
tujuan perjuangannya. 
Dari berbagai sumber 

Copyright © 1997-2006 WASPADA Online  

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke