Bung Dedy yang budiman

Saya baru masuk RN, belum ada sebulan. maaf baru ditanggapi karena
sehari email saya diprogram cuma terima dua pesan, jadi sekali buka
isinya penuh.
Nampaknya ada kesalahpahaman.   Itu hanya tulisan pendek, yang saya
tulis saat di bandara, menunggu saat pesawat delay beberapa jam.

Dedy, saya mendukung  adanya syariah Islam tapi bukan melalui hukum
negara melainkan karena keadaran pribadi. Kalau symbol symbol agama
dijadikan hukum Negara maka orang beragama lebih karena hukum daripada
hati nurani dan kesadaran pribadi.  Seseorang mau puasa atau tidak mau
berjilbab atau tidak, niatnya karena Allah, bukan karena hukum Negara.
Itu prinsip saya. Kalau orang memakai jlbab karena dipaksa maka yang
muncul adalah kepalsuan belaka.

Kegairahan membuat perda perda syariah di kalangan elite minang
tenyata hanya berhenti disitu, tapi tak punya dampak pada perbaikan
hidup masyarakat. Ini yang saya katakan aggama berhenti pada symbol
dan mengabaikan substansi ajaran agama yang membela kaum miskin, hidup
jujur dan bersih. Sesuatu yang tidak tercemin dari mereka.

Faktanya sumatra Barat terancam oleh illegal loging, korupsi,
tingginya angka kemiskinan dan kebodohan dstnya…Agama seharusnya
bicara lebih banyak soal ini.  Indonesia ini memang negeri aneh ya.
Islam bangkit secara menakjubkan, tapi korupsi juga bangkit sehingga
kita menjadi bangsa terbaik di bidang korupsi.

Anda mengatakan tak heran dengan pikiran saya karena saya  menulis
buku bersama Paramadina dan Cak Nur. Apa hubungannya..? Kesimpulan apa
yang anda bisa dapatkan dari situ..? Ada juga tulisan saya dalam buku
bunga rampai bersama Abubakar Baasyir, lalu anda tafsirkan apa..? Saya
kira kita tak bisa terlalu tergesa-gesa mengambil kesimpulan.

Anda mengatakan cak nur telah bicara jilbab tahun 70-an. Waduh, anda
membaca gak sih.  Data elementer ini saja anda bisa salah, apalagi
yang lain. Cak Nur tak pernah bicara itu di tahun 70-an.


Salam





Elza Peldi Taher



> >
>
>
> Dedy Yusmen <[EMAIL PROTECTED]> a écrit :
> Pemikiran Uda Elza ini.. tentu tidak ada hal yang  menggigit bila dilihat 
> latarbelakang beliau dibawah tulisan beliau  bersama-sama yayasan Paramadina 
> (Nurcholis Majid (alm)).
>
> Cuplikan dari tulisan Uda Elza
> "KARENA sesuatu hal tiba-tiba saya harus pulang ke kampung halaman. Dalam 
> perjalanan pulang dari bandara, saya terkejut melihat sesuatu yang sedang 
> berubah di kota tercinta ini.Begitu memasuki Kota Padang, perubahan yang 
> tampak mencolok adalah lautan jilbab di mana-mana. Hampir sebagian besar 
> wanitanya memakai jilbab, di kantor, di kampus, apalagi di sekolah umum. 
> Boleh jadi ini dampak dari kebijakan wali kota Padang yang menganjurkan 
> pemakaian jilbab di sekolah sejak beberapa tahun lalu.Peraturan daerah yang 
> popular dengan Perda Syariah bermunculan. Para elite politik daerah, pejabat, 
> dan anggota dewan, tokoh adat dan ulama, menjadi lokomotif dari perubahan 
> itu.Muncullah perda-perda yang disebut 'Perda Syariah" itu. Perda syariah 
> diyakini sebagai jembatan membawa masyarakat kepada masyarakat islami dengan 
> ber-Islam secara kaffah, berdasarkan Al-Quran dan sunah Nabi."
> "Ketika memasuki Muaralabuh, daerah saya dilahirkan, sebagian wanitanya masih 
> berpakaian seperti biasa, pagi dan sore hari, mandi dan mencuci di kali, 
> dengan pakaian kain sampiang di sekitar dada, tanpa berkerudung, sebagian 
> badan di atas dada terlihat, bercengkerama satu sama lain.Ini sudah menjadi 
> tradisi sejak lama. (Astaghfirullah, iko komentar Ambo ko 'ah)  Sampai saat 
> ini tak ada kasus pemerkosaan dan sejenisnya akibat cara berpakaian mereka 
> seperti itu.  Waktu saya membawa seorang teman asing dulu ke kampung, dia 
> nampak kaget sekali dengan cara wanita berpakaian seperti itu. (Jankan teman 
> asing, Ambopun akan kageet takajuik komah) Tadinya mereka menduga sebagian 
> besar wanitanya berkerudung. Ternyata Barat sekali, kata mereka.Perda-perda 
> syariah yang kini muncul sangat menekankan pentingnya simbol-simbol agama 
> dalam kehidupan dan mengabaikan substansi. Perda itu tak menjawab 
> problemaSumatera Barat kini, yakni kemiskinan yang makin merajalela, illegal 
> logging yang membuat Sumbar sering dilanda bencana, korupsi yang meluas di 
> kalangan pejabat, dandipertontonkan tanpa rasa malu, semakin besarnya jumlah 
> penganggguran dan banyak anak-anak Sumbar yang tak sempat mengenyam 
> pendidikan.Karena itu, jika perda masih akan lahir yang sangat ditunggu 
> adalah  perda syariah yang mendorong pemberantasan korupsi, pencegahan 
> illegal logging, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan perbaikan hidup 
> masyarakat miskin. Kalau perda syariah ini keluar pastilah mendapat dukungan 
> masyarakat.Saya tak tahu apakah perda semacam ini akan lahir karena pejabat 
> Sumbar termasuk pejabat yang buruk prestasinya"
> Penulis putra Muralabuh, Kabupaten Solok Selatan, kini tinggal di Jakarta. 
> Menulis dan mengeditori sejumlah buku, di antaranya bersama Nurcholis Madjid, 
> Demokratisasi Politik, Budaya, dan Ekonomi: Pengalaman Indonesia Masa Orde 
> Baru (Yayasan Paramadina: 1994) dan bersama Nasir Tamara, Agama dan Dialog 
> antar Peradaban (Yayasan Paramadina: 1994).
>
> Komentar Ambo:
>
> Urusan Ilegal Logging, Korupsi dll, itu tentu urusan yang harus dikerjakan 
> dan melibatkan berbagai pihak muatannya tidak lagi lokal , tentu nasional 
> para 'pelanggar' berat ini harus dihukum, waktunya akan tiba..., toh  kita 
> lihat KPK sudah mulai menggeliat, kelas Kakap saja sudah mulai disentuh 
> walaupun masih ekornya tapi  tak apalah, apatah nanti kelas lokal, anggota 
> DPRD Sumbar periode lalu saja sudah mulai 'ditelesik' kan walau akhirnya 
> bebas, tapi efek stress dan jeranya saya rasa akan berasa tidak hanya untuk 
> para pelaku juga lembaga. Para pelaku illegal logging di Sumbar itu kebetulan 
> ada yang saya tahu,  sudah ada saat ini yang jatuh terjerembab pula, walau 
> mungkin masih ada yang beredar, tapi lihat semua sudah mulai di'congkel' di 
> Kalimantan Timur pelaku illegal loging Mayjend Polisi 'disergap', anggota 
> DPR, Gubernur BI, Gubernur Propinsi, Walikota, Bupati, Artis, Tentara, 
> semuanya sudah bisa diperkarakan, walau ada muatan disitu bukan  soal, tapi 
> setidaknya sudah dapat disentuh. Apalagi nanti para pelaku tindak korupsi 
> kelas lokal Sumatera Barat, pastilah kebenaran akan segera berpihak.  
>
> Pengangguran, pendidikan, kemisikinan di Sumbar memang itu sebuah urusan, 
> yang juga harus dikerjakan. Tapi urusan Jilbab dihubung-hubungkan dengan 
> aktivitas itu, tentu masksudnya Uda eldi ini seperti tidak ada kerjaan. 
> 'Perda Jilbab' itu tidak menjawab pengangguran, illegal logging dll seperti 
> pendapat Uda Elza, secara langsung  ya Iyalah istilah Anak Ambo. Ilegal 
> Logging, Korupsi, Pengangguran co panyakik manahun yang penyebabnya juga 
> akibat proses yang kaik-mangkaik yang manahun pulo, sementara jilbab itu co 
> minum air putiah dalam menjaga kesehatan. Bayangkan urang sakik kangker akut, 
> suruah minum aia putiah yo ma pulo kasiak kecuali Allah berkehendak lain, 
> Ubeknyo supayo siaik yo barubek. Ilegal loging, korupsi  itu diberantas jo 
> manangkok palakunyo,  pengangguran buek lapangan karajo, masalah pendidikan 
> buat pendidikan berkualitas dengan harga murah. Masalah Korupsi, Ilegal 
> Logging adalah tindakan Kriminal, Pidana, tangkap sajo, ndak paralu pakai 
> Perda gedoh itu.  Tantu dengan BAJILBAB indak manjawab tantangan iko. Tapi 
> efeknyo kalau Udo Elza ko pernah basikola di kampuang, indak lai bisa 
> Laki-laki maliek maaf  Pao 'Anak Gadih' nan baru kambang itu diateh oto 
> 'Mersi' (Mersi ko isitilah lain Angkot di Bukittinggi), laki-laki nan agak 
> tenggen sangenek agak sagan pulo anyo'mandakak' padusi nan sadang liwaik. Dan 
> Ciek lai Adiak Ambo dek Padusi, kulik nyo lai jadi tajago dari 'polusi' udara 
> dan 'polusi' mata si Bujang Mudo jo si Bujang Buayo apolai Tuo Marano
>
> Dan tantu dengan itu 'padusi gata'  agak malu  juo nyo jadinyo kalau masih 
> manggata dek bajilbab, bajilbab mah masa manggata juo lai. Kalau masih ada 
> nan tenggen juo tantulah ado, indak pulo kaelok kasadoyo, namonyo iduik,  
> sebagai aia putiah, jilbab sederhananyo sebagai palinduang badan.
>
> Kalau Muara Labuah dibandiangkan  sebagai referensi lain tulisan Uda Elza ko 
> yang kampuang asal  Udo Elza  ko (tantu urang Muaralabuah lain buliah 
> bakomentar, diek nan diliek Uda Elza disamoratokan kasadonyo),  panek Ambo 
> mangomentarinyo, kampuang Udo iko terlihat dado padusi, biasa senyo sumbarang 
> menlah, kalau Uda Elza ini tidak malu bila salah seorang dari mereka adalah 
> saudara perempuan bahkan Ibu Uda Elza ini yo antahlah, alah tabaliak-balaik 
> dunia go mah. Pailah Ka Karawang, lain lo nan kadicaliak, kalau dicaritokan, 
> terngengak pulo kito bekoh,  dibandiangkan pulo ka Cianjur, ka Aceh seperti 
> tulisan Uda ELza ini penat kito. Bialah dikampuang nan tacinto 
> perempuan-perempuan saudara-keluarga sanak-dunsanak padusi Ambo TETAP dengan 
> JILBABnyo, karena Ambo masih seorang Muslim dan Ambo yakin JILBAB itu 
> diperuntukkan untuk Muslimah, kalau susah Uda Elza ini mencerna, minimal 
> untuk menjaga kulit supaya tidak bersisik  kena 'panas langkang' apalagi di 
> Bukittingggi yang kelembabannya rendah. Kalau Uda Elza ini  senang dikampuang 
> Muaralabuhnya tidak diterapkan, biarlah tak apa-apa. Namun Ambo senang di 
> kampuang Bukittinggi Perda ini diterapkan, dan Ambo raso beberapa Kota Lain 
> di Sumbar juga menerapkan 'PERDA JILBAB' ini.
>
> Artinya tentu Uda Elza ini akan melarang isterinya , saudara perempuannya, 
> Ibunya, Neneknya, nenek buyutnya, Eteknya, Tantenya,  untuk berjilbab toh 
> tidak ada hubungannya dengan pemberantasan Korupsi, Ilegal Logging, 
> Pendidikan, pengangguran dsbnya.
>
> Penat berceloteh, Uda Elza ini masuk rantau Net nggak ya Pak Moderator, 
> supaya dia baca ini. Tema-tema ini, bagi Ambo hanya propaganda, memusingkan, 
> logikanya terbalik-balik, sudah usang. Karean Nurcholis sendiri membahasnya 
> dari tahun 70-an, toh yang makai JILBAB bukan berkurang bahkan nambah.
>
> Kalu Uda Elza ini tahu, Produksi JILBAB Sumatera Barat ini, pergilah ke 
> Bukittingi produksinya sudah merambah seantaro Nusantara bahkan mancanegara, 
> banyak industri rumahan hidup karenanya, anak gadis putus sekolah 
> berketerampilan karenanya, banyak pengusaha perempuan yang tampil karenanya, 
> dan bila dihubungkan ini mengurangi kemiskinan, meningkatkan juga kesempatan 
> pendidikan karena makin banyak keluarga yang dapat menyekolahkan anaknya, 
> seberapa besar itu lain hal, karena industri JILBAB ini tentu hanya sekian 
> saja dari Industri bidang lain.
>
> Terlalu Panjang berkomentar, apakah Uda Elza ini masuk rantau Net??? entahlah
>
> Dedi Yusmen
>
> -----Original Message-----
> From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Bot S 
> Piliang
> Sent: Sunday, May 11, 2008 10:45 AM
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Tulisan: MINANGKABAU YANG SEDANG BERUBAH
>
> Mmm...membaca tulisan Bpk Elza Peldi Taher (EPT), ada beberapa point yang 
> cukup menyentil disini.
> Tentang masalah pengenaan jilbab, dan sebagaiya, saya rasa tidak ada 
> kaitannya dengan kemiskinan dan sebagainya. Saya sudah 9 tahun tidak tinggal 
> lama di ranah. Saya juga tidak terlalu paham dengan aturan pemda kota padang 
> untuk pengenaan jilbab. KArena setahu saya, pengenaan jilbab lebih kepad 
> ahibauan.
> Keluarga saya, Uni-uni dan Ibu saya sdah mengenakan jilbab jauh sebelum 
> aturan perda jilbab (kalau memang ada ) itu keluar.
> Sebenarnya kembali kepada penegakan aturan dan prioritas pembangunan Sumatera 
> Barat.
> KOrupsi masih merajalela. Aparatur pemerintaan yang masih bermental 
> keningrat-nigratan (bahkan Jawa yang terkenal feodal sudah meninggalkan malah 
> kita yang awalnya egaliter cendrung feodal belakangan ini).
> Satu lang saya tak habis pikir, mengapa Jakarta selalu melihat keberagaman 
> daerah dari kacamata jakarta yang 60 thn menikmati fasilitas sentralistisnya. 
> Kalau memang disuatu daerah memilih Islam sebagai solusi dasar dari 
> permasalahannya, ya itulah kearifan daerah tersebut. Mengapa Bali yang 
> menerapkan yang mengadopsi agama Hindu dalam beberapa beberapa produk aturan 
> daerahnya tidak pernah jadi masalah.
> Come on....apa perempuan dengan jilbab tidak bisa maju??? Iran tetap saja 
> maju meskipun kaum wanitanya mengenakan jilbab. Apalagi orang Minang yang 
> terkenal dengan modernitas Islamnya (ingat...modernitas, bukan liberalitas)
>
> regards
>
> ----- Original Message ----
> From: Yulnofrins Napilus <[EMAIL PROTECTED]>
> To: RantauNet2 Milis <rantaunet@googlegroups.com>; Milis SMA1Bkt <[EMAIL 
> PROTECTED]>
> Sent: Sunday, May 11, 2008 9:15:45 AM
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Tulisan: MINANGKABAU YANG SEDANG BERUBAH
> Mungkin menarik untuk disimak tulisan Elza Peldi Taher 
> ini:http://www.padangkini.com/opini/?s=kolomd<http://www.padangkini.com/opini/?s=kolomd&id=16>
>  &id=16
>
> Kedepan, apakah Sumbar akan bermain dengan simbol-simbol terus yang terkadang 
> cenderung digunakan untuk menutupi kelemahan dan ketakmampuan ATAU mencari 
> alternatif2 dan melakukan sesuatu yang lebih nyata untuk peningkatan ekonomi 
> rakyat...? Apa dan bagaimana caranya...?
>
> Salam,
> Nofrins/48-
> "4 Rancak 5 Lamak Bana"
>
>   _____  
>
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it 
> now. 
> <http://us.rd.yahoo.com/evt=51733/*http:/mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i...>
>
>   _____  
>
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try 
> <http://us.rd.yahoo.com/evt=51733/*http:/mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i...>  
> it now.
>
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> En finir avec le spam? Yahoo! Mail vous offre la meilleure protection 
> possible contre les messages non sollicitéshttp://mail.yahoo.frYahoo! Mail- 
> Sembunyikan teks kutipan -
>
> - Tampilkan teks kutipan -

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Hindari penggunaan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke